"Kau mau membawaku kemana, Draco?""Sudah diam saja. Nanti kau juga tahu."
"Tapi aku belum selesai membaca bukuku."
Draco memutar bola matanya. Hermione dan kekutu bukuannya telah kembali ternyata.
Ditengah rimbunnya pohon, dan bunyi burung hantu yang semakin menambah kesuraman hutan ini, Draco terus menarik tangan Hermione. Mata gadis itu ditutup oleh Draco.
Beberapa kali Hermione menggerutu karna hampir tersandung akar pohon. Sebenarnya seberapa jauh tempat yang akan ditunjukan Draco?
"Sampai. Sekarang, buka matamu." Hermione bernapas lega. Ia pun membuka kelopak matanya perlahan.
Pupil matanya seketika melebar. Bersamaan dengan bibirnya yang tak kuasa untuk tidak tersenyum lebar.
"Ini apa? Indah sekali."
Draco tersenyum. Ia mendekati Hermione, dan berdiri di samping gadis itu.
"Ini pohon harapan."
Ya, didepan mereka berdiri kokoh sebuah pohon rindang. Ini bukan sembarang pohon. Karna setiap daunnya memancarkan warna yang berbeda-beda. Semakin terlihat indah jika dilihat malam-malam begini. Daun-daun itu mengkilat-kilat terkena cahaya bulan.
Hermione semakin mendekat. Ia menengadahkan kepalanya ketika sudah benar-benar berada di bawah pohon tersebut.
"Cantik sekali." Pujinya dengan mata berbinar-binar. Disampingnya Draco malah lebih memilih memperhatikan wajah Hermione yang tampak lebih cantik karna terkena cahaya dari daun-daun pohon harapan itu.
"Ya.. cantik sekali." Gumam Draco tak sadar.
Hermione menoleh, lalu gadis itu langsung tertawa melihat ekspresi Draco. "Lihat pohonnya, Draco. Bukan lihat wajahku." Kikiknya geli.
Draco jadi ikut tertawa karna ketahuan memperhatikan Hermione diam-diam.
"Setiap harapan orang-orang, akan ditampung oleh daun itu. Makanya daun-daun itu berwarna-warni. Karna harapan setiap orang pasti berbeda-beda." Ujar Draco.
"Kau tahu dari mana ada pohon seperti ini disini?"
"Kau lupa? Aku itu Draco Malfoy. Apa yang aku tidak tahu?"
"Pffftt." Hermione mencebik. Bibirnya maju beberapa centi.
"Ya, sangat Malfoy."
Draco tersenyum miring. Entah, niat hati ingin tersenyum tulus, yang keluar malah seringai. Mungkin itu memang sudah bawaan sejak bayi.
"Kau ingin berharap?"
"Aku berharap pada Tuhan. Bukan pada pohon."
Draco tertawa, "Aku tahu. Ini hanya kepercayaan kuno. Kata orang zaman dulu, setiap permohonan yang ditampung di daun-daun itu, setiap beberapa waktu sekali akan diambil oleh dewa. Lalu dewa akan menyampaikannya pada yang maha pencipta."
Hermione mengangguk-angguk saja. "Oke, kalau begitu." Seru gadis itu.
Hermione lalu menutup matanya dengan kedua tangan yang menyatu. Persis seperti orang berdoa. Membuat Draco semakin betah memandangi wajah manisnya.
"Apa yang kau harapkan?" Tanya Draco.
"Aku berharap menjadi menteri sihir." Kata Hermione bersemangat.
Draco tersenyum, lalu mengangkat kedua alisnya. "Menarik. Aku hanya berdoa agar para bawahanmu nanti tidak cepat-cepat minta berhenti."
"Draco!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My STUPID Girl [DRAMIONE]
Fanfiction[COMPLETED] Bagaimana jadinya kalau Hermione Granger yang terkenal dengan sebutan The Brightest Witch Of Her Age dan Gryffindor sejati berubah menjadi murid paling bodoh, idiot, sembrono, cengeng, manja, dan penakut? Itu semua terjadi karna kecelak...