Hermione mendesis menahan sakit di kepalanya. Dengan sabar, Draco menemaninya. Mendekapnya, dan mengelus kepalanya dengan hati-hati.Kepala Hermione seakan diikat kuat. Kilasan memori seakan mengobrak-abrik kepalanya. Rasa-rasanya kepalanya akan membludak pecah saking sakitnya.
"Heeelpp!"
"Hermione, move!"
"Itu gunanya teman 'kan?"
"Oh, ayolah Hermione.. kami hanya ingin menyamakan tugasmu dengan tugas kami."
"Tidak ada yang meminta pendapatmu, darah lumpur kecil yang menjijikan!"
"Arghhhh!!" Dengungan hebat seakan memekakkan telinga Hermione. Tangannya semakin kuat mencengkram jubah Draco. Wajahnya Ia benamkan dalam-dalam pada pelukan laki-laki itu.
Perlahan rasa sakit itu hilang. Namun deru napasnya masih terlampau cepat. Ia mendongak untuk menatap Draco dengan wajah yang basah karna keringat.
Draco melepas pelukannya, lalu mengambil tissue untuk menyeka keringat Hermione. Gadis itu sekarang sudah agak tenang. Ia duduk di pinggir ranjang tanpa mengatakan apapun.
"Apa yang kau ingat?" Tanya Draco tanpa melihat wajah Hermione.
"Harry dan Ron."
"Lalu?"
"Tak ada lagi."
"Kau tidak bisa berbohong padaku." Draco mengangkat kepalanya dan menatap mata Hermione yang enggan menatapnya balik.
"Kau mengingat tentang diriku 'kan?"
Hermione mengangguk samar.
"Apa yang kau ingat?"
Hermione diam sejenak. Ia mengambil napas sebelum menjawab, "Draco memanggil mione darah lumpur."
Draco mengalihkan pandangannya dari Hermione. Wajahnya mengeras. Tangannya mengepal kuat.
"Itu lah aku, granger. Aku tidak sebaik yang kau kira."
Kepala Hermione yang sedari tadi menunduk, kini terangkat. Ia melihat Draco yang tengah menahan emosinya sendiri. Dengan hati-hati, Hermione mengambil tangan Draco dan menggenggamnya erat.
"Draco tidak jahat. Saat itu, pasti Draco hanya sedang emosi."
Draco menggeram. Ia menatap Hermione dengan tajam, "Jangan terlalu percaya padaku, granger."
Hermione menggeleng, "Mione akan selalu percaya pada Draco."
Laki-laki itu menghembuskan napas lelah. Atensinya yang tadi tajam, kini mulai melembut. Ia ikut menggenggam tangan gadis itu dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya terangkat untuk menyentuh pipi kemerahan Hermione.
Namun, Ia menahan tangannya di udara. Tak sanggup walau hanya untuk membelai pipi gadis itu. Ia memejamkan matanya sesaat, lalu sedikit mendorong bahu gadis itu agar berbaring di ranjangnya.
"Beristirahatlah. Aku akan kemari lagi jam tiga sore." Katanya sebelum meninggalkan Hermione yang terpaku dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah itu.
Draco keluar dari hospital wings. Namun, kaki panjangnya tak juga menjauh. Ia memandangi Hermione dari luar jendela. Ia memegang tembok sebagai sanggahannya berdiri.
"Peringati dirimu sendiri agar tidak jatuh pada tempat yang salah."
"Sialan!"
[.]
Benang-benang putih terlihat di atas kepala Hermione. Saling menyatu, walau masih ada beberapa yang terlihat putus-putus.
Madam Pomfrey terus saja menggumamkan mantra. Entah mantra apa, Draco dan Hermione tak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My STUPID Girl [DRAMIONE]
Fanfiction[COMPLETED] Bagaimana jadinya kalau Hermione Granger yang terkenal dengan sebutan The Brightest Witch Of Her Age dan Gryffindor sejati berubah menjadi murid paling bodoh, idiot, sembrono, cengeng, manja, dan penakut? Itu semua terjadi karna kecelak...