|11| D U S T A

136 18 12
                                    

D U S T A
♧ ♧ ♧ ♧ ♧

Hari Minggu.

Yap, hari dimana Lian dapat menghabiskan waktu seharian di tempat tidur, bergelung dengan selimut dan nonton tv sepanjang hari. Setidaknya dalam seminggu ada hari dimana dia dapat menstabilkan emosinya setelah selama seminggu penuh berurusan dengan kesibukan toko maupun masalah-masalah dengan karyawannya.

It's heal time!!

Kepalanya kembali tenggelam dalam tumpukan bantal dan selimut. Sementara tirai dan jendela di kamar itu dibiarkan tertutup menghalangi sinar matahari yang masuk menyilaukan.

Ding...dong...

Tubuhnya tak bergeming. Dia tetap diam di posisinya, mengacuhkan suara nyaring bel yang sempat mengganggu istirahat weekend-nya.

Ding...dong...ding...dong...ding...dong...

Biarkan saja, pura-pura saja tak mendengarnya...

Gadis itu terus memejamkan mata, mensugesti dirinya sendiri. Diembuskan napasnya perlahan, membuat dirinya kembali tenang lalu kembali tidur bak bayi dalam timangan.

Ding...dong...ding...dong...ding...dong...ding...dong...ding...dong...

Namun, bukannya berhenti, suara berisik itu malah terus memburunya hingga membuat kepala pening tak berkesudahan.

"Astaga!! Menyebalkan!!" pekiknya kesal, menyibak selimutnya kasar.

Dengan langkah cepat, dia berjalan kearah pintu apartemen sambil terus menggerutu. Dibukanya pintu tersebut dengan wajah masam plus acak-acakan setelah bangun tidur.

Matanya menyipit begitu melihat seseorang yang berdiri di depannya.

"Ada apa? Pagi buta begini sudah mengganggu orang. Bel pintuku bisa rusak tahu..."

Dimas menaikkan alisnya kemudian melirik arloji ditangannya. Baru Lian sadari, pria ini sudah berpenampilan rapi lengkap dengan jas hitam dan sepatu lancip mengkilatnya.

"Pagi buta bagaimana? Ini sudah jam sebelas!"

Lian hanya memutar bola matanya.

"Ini masih pagi di hari minggu. Sudah lah cepat katakan, kenapa kamu menggangguku?"

"Ikut aku!" Dimas menyahut pendek langsung menarik tangan Lian.

Praktis, dia menepisnya.

"Mau membawaku kemana?"

"Ke pernikahan saudaraku."

"Penting sekali ya sampai mengajakku? Sudah ah aku mau tidur. Bye!"

Dengan sigap, Dimas langsung menahan pintu Lian. Membuat gadis itu masih keukeuh berdiri dibaliknya sambil terus mencoba mendorong sampai tertutup. Namun pria tetaplah pria. Tenaganya tak mungkin bisa mengalahkan pertahanan Dimas.

"Ayolah tolong aku. Aku membutuhkanmu."

"Tidak mau, Dimas!"

"Please..."

"Aku ingin tidurrrr!!" Rengeknya melompat-lompat.

"Sebentar saja, Li. Promise." Sambil terus menahan pintu di depannya, tangan Dimas terkatup rapat. "Oke. Kamu mau apa untuk rasa terima kasih?"

"Hah?

"Iya. Aku akan membelikan apapun yang kamu mau kalau sejam saja menemaniku ke acara itu."

Lian menatap skeptis.

[1st #TT] - The Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang