|22| F O T O G R A F E R

131 19 2
                                    

F O T O G R A F E R
♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧

"Apa... kamu mengenalku?"

Mimik wajah pria itu seketika berubah. Ekspresi kagetnya hilang digantikan kebingungannya menatap Lian dari ujung rambut hingga kakinya.

Sekali lagi dia mendongak, memandang wanita di depannya lekat hingga gadis itu merasa risih dibuatnya.

"Ada apa?" Lian mengernyit heran.

"Aliana?" Pria itu bergumam ragu. Ada getaran aneh yang terdengar jelas setiap kata-katanya.

Spontan, Lian memicing, menatapnya kian menyipit. "Kamu kenal saya?" Ia memastikan. Kepalanya terangguk mantap. "Iya. Nama saya Aliana, tapi dipanggil Lian."

"Kamu... benar tidak ingat aku?" Pria itu menunjuk dirinya sendiri. "aku Dimas."

Namun, Lian hanya tersenyum kecut lantas menggeleng lemah.

"Maaf. Wajahmu hanya... samar-samar teringat."

"Kok bisa?"

Lian terkekeh pelan.
"Panjang ceritanya."

Pria itu tak ingin menanggapi lagi meski ekspresi bingung jelas terlukis di wajahnya. Sesaat kemudian, tangannya terulur. Telapaknya terbuka, siap membantu gadis itu berdiri.

"Perlu kubantu?"

Lian tidak langsung menjawab. Namun cukup lega saat kembali merasakan nyeri, hingga saat kakinya dapat digerakkan sedikit demi sedikit.

"Terima kasih," Lian menyapa uluran tangan Dimas yang langsung menariknya berdiri.

Sesaat kemudian ia mendongak. Senyumnya seketika hilang begitu ditatapnya seseorang yang ada di depannya. Memang tadi ia tak begitu memperhatikannya, namun, melihatnya dari jarak sedekat ini, Lian bisa melihat semua detail wajahnya.

Perasaannya seratus persen yakin. Pria ini pasti orang yang pernah dikenalnya dulu. Tapi....

Siapa?

"Dimas,"

Lian terkesiap begitu mendengar sebuah suara yang entah berasal dari mana itu.

Pria itu kini melongok pada sosok yang berdiri di belakang Lian. Lian ingin menoleh, tapi dengan cepat, pria itu langsung menahan pundaknya. Membuatnya mengurungkan niat.

"Aku ingin bertanya banyak sebenarnya," katanya sebelum pergi. "Ini kartu namaku."

Sambil menunduk, Lian menerima sebuah kartu kecil dengan desain sederhana bertuliskan namanya juga nomor teleponnya.

"Aku duluan, ya." Sambil melambai, dia melangkah pergi. Meninggalkan Lian yang saat itu masih terpaku pada benda di tangannya.

Sunset Photograph

Dimas Angga P.
0xx-xxx-xxx-xxx

***

Dijatuhkan pantatnya pada kasur empuk kamarnya. Ia menatap kesekeliling ruangan. Tampak asing saat dirinya kembali dari rumah sakit dulu. Memang benar jika dirinya sempat kehilangan sebagian besar memori, tapi dia yakin, dirinya masih bisa mengingat meski masih samar. Ivan mengatakan tempat ini merupakan apartemennya dulu. Bahkan dia mengatakan kecelakaan itu terjadi di London. Namun, kenapa hati kecilnya ingin mengingkarinya? Seakan merasa ganjil dengan suasana di sekitarnya. Seperti baru baginya. Tidak ada satu pun yang membekas kecuali orang-orang yang ditemuinya seperti Kinan dan Ivan.

Dan kini, kedua matanya tertambat pada tumpukan kardus di bawah almari. Ia mengernyit. Lian yakin bahwa dirinya tidak pernah meletakan kardus sebesar itu disana.

[1st #TT] - The Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang