|6| P E R S I M P A N G A N

204 21 7
                                    

P E R S I M P A N G A N
♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧

Lian melompat ke keluar sebelum pintu kembali tertutup. Hari itu, memang metro yang ditumpanginya cukup sesak, membuatnya harus berusaha ekstra keras keluar dari kerumunan dan langsung meloncat pada timing yang tepat.

Fiuh! Hampir saja dirinya terlambat!

Gadis itu kembali melangkah, berjalan keluar dari stasiun bawah tanah sambil terus mengecek jam di ponselnya. Hari memang sudah menjelang malam, hampir saja dilupakannya janji dinner dengan Ivan malam ini. Sudah sekitar satu jam dia terlambat datang ke tempat janjian yang dikenalnya sebagai sebuah restoran prancis. Entahlah, ia tak tahu menahu dengan nama restorannya. Yang pasti, kini bangunan itu kini sudah berjarak 100 meter.

Dipercepat langkahnya, masuk ke dalam restoran. Disana dapat dilihatnya suasana restoran yang cukup ramai. Namun, perhatiannya sempurna tertuju pada pria yang tengah berbincang seru dengan seorang wanita.

"Sorry, I'm late!" Lian menarik kursi lantas duduk dengan napas terengah-engah.

"Kalian sudah lama?"

"Hey, breath first." Kinan menyarankan. "Bagaimana bisa kamu terlambat di kencan yang penting ini?" dia kembali menyahut, mengomel pada Lian karena berani membuat adik tersayangnya menunggu lama. Ivan memang ia anggap seperti adiknya sendiri.

"Maaf, tadi sore aku kebablasan sampai tak ingat waktu." Kali ini suara Lian yang terdengar. Gadis itu mengalihkan pandangannya kearah meja yang masih bersih, belum tersaji satupun makanan padahal dirinya sudah sangat lapar.

"Kenapa belum pesan makanan? Aku sudah lapar."

Kinan menyentil dahinya pelan.

"Perut saja yang kamu pikirkan! Setidaknya pikirkan juga perasaan Ivan yang menunggu selama sejam penuh!"

"Aku sudah meminta maaf." Lian membela diri. Namun sedetik kemudian, diliriknya Ivan yang hanya diam.

Marah ya?

"Van, aku minta maaf...." ucapnya lirih.

Pria itu hanya tersenyum bijak dan mengangguk. "Sudahlah, kalian ini seperti anak kecil saja." Ia memberikan buku menu pada Lian. "Nah, kamu pesan dulu." lanjutnya kembali.

Dia melambai pada salah satu pelayan yang langsung datang menghampiri. Beberapa makanan menjadi pilihan Lian, begitu pula dengan Ivan yang hanya menjawab 'samakan saja' Saat pelayan itu beralih padanya.

"Okey, ini saatnya aku pergi. Aku sedang tidak mood diacuhkan." Kinan menyahut dan langsung berdiri.

"Kenapa juga aku harus liburan sendiri!? Huft!!" gerutunya.

"Makanya, cepat baikan sama suamimu. Jangan kabur-kaburan seperti ini!"

Kinan mencubit lengan Lian kesal. "Bicara saja gampang! Kalian akan rasakan kalau sudah menikah nanti!" omelnya.

Keduanya pun terdiam, bukannya takut, hanya saja saat seseorang membantah ucapan Kinan, dia tak akan berhenti berceloteh. Membuat kepala seketika pening.

"Banyak sekali masalah yang muncul setelah menikah. Banyak sekali! Kalian tidak hanya mengandalkan cinta, perlu pengorbanan, tanggung jawab juga semuanya harus direncanakan, jangan sampai keluarga berantakan hanya masalah sepele!" cerocosnya.

Nah, benarkan, dia tak bisa berhenti bicara!

"Iya. Iya!" potong Lian cepat.

Kinan kembali diam.

[1st #TT] - The Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang