|8| P E R N Y A T A A N

173 19 14
                                    

P E R N Y A T A A N
♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧

Pintu terbuka bersamaan saat Lian keluar dari apartemennya. Saat itu, Dimas sudah berdiri sambil bersandar pada dinding, menunggu gadis itu. Malam ini, mereka menepati janjinya pada pasangan Williams untuk datang ke perayaan ulang tahun pernikahan mereka. Mungkin hanya makan malam seperti biasa, acaranya pun di kompartemen mereka sendiri. Yang Lian tahu, hanya beberapa teman relawan yang juga diundang pada hari bahagia ini.

Hanya makan malam biasa. Dan Frea juga mengenakan dress selutut yang juga biasa. Tanpa pernak pernik, hanya putih polos dan tidak ketat. Sangat pas di tubuh rampingnya. Namun, meski pun pakaian yang dikenakannya terlihat biasa, namun malam itu Lian terlihat cantik. Rambut gelombangnya dibiarkan tergerai yang sebagian dijepit kebelakang, sepatu flat hitam dengan sedikit glitter serta make-up yang terkesan natural, membuat gadis itu tampak mempesona malam itu.

Selama ini Dimas memang jarang sekali melihat Frea memoleskan make-up di wajahnya. Gadis itu lebih nyaman tanpa riasan. Katanya agar tidak akan repot kalau-kalau maskaranya luntur saat hujan atau matanya akan setengah menutup karena keberatan bulu mata palsu. Jadi, melihatnya yang seperti ini, dia cukup gugup ditambah rasa canggung.

"Lian, Dimas! Kami menunggumu!" Claire berseru sambil melongokkan kepalanya dari pintu.

"Aku akan kesana!" seru Lian menjawab.

Wanita itu pun hanya mengangkat jempolnya dan kembali masuk kedalam. Mungkin dia sibuk mempercantik meja atau menyiapkan makanannya.

"Kamu pakai make-up?"

Lian mendongak, menatap Dimas. Hanya dengan memakai kemeja putih dengan lengan tergulung, celana jeans, dan sepatu kets, mengapa pria itu tampak sangat keren?

Dunia seperti tak adil. Disaat banyak pria yang berusaha keras tampil menarik, pria ini malah sudah mempesona meski hanya dengan pakaian yang simpel.

Dia mengangguk. "Aneh, ya?"

"Tidak. Kamu cantik."

Lian tertawa kecil. "Menggodaku lagi?"

Pria itu tersenyum simpul. "Tidak. Aku serius kali ini." jawabnya enteng.

Sementara itu, Lian yang diliputi perasaan aneh di hatinya, hanya diam. Jujur, dia senang Dimas memujinya, namun tak membuatnya untuk berpikir berlebihan.

Ya, Dimas hanya memujinya seperti biasa, tidak lebih. Sama sekali tidak dibumbui lirikan nakal, senyuman usil maupun rayuan-rayuan yang memabukkan. Hanya dengan sedikit kata-kata manis dan senyumannya yang hangat...

Senyuman itu! Senyuman itulah yang membuat dadanya bergemuruh tak karuan setiap saat, membuat rona di pipinya semakin jelas terlihat memerah. Dirinya tak mampu menyembunyikan itu semua, baik rasa senang maupun kegugupannya.

Secepat kilat, Lian menunduk. Baiklah, dia harus menetralkan perasaannya yang serba aneh ini.

Ini hanya awal. Fase dimana gadis itu menganggap semua hal itu wajar dialaminya...
***

"Tak kusangka kamu memiliki teman yang cute seperti dia."

Lian menoleh lantas tersenyum tipis mendengar sahutan Claire. Gadis itu duduk tak jauh dari Claire yang menyilangkan kaki di sofa sembari meneguk wine. Kedua matanya melirik Dimas yang berbincang akrab dengan Sam. Meski baru beberapa jam mereka saling mengenal, keduanya tampak akrab, bahkan sesekali dilihatnya mereka tertawa, saling melemparkan candaan.

Memang Dimas tipe orang yang mudah beradaptasi. Pria itu mampu mengakrabkan diri pada seseorang yang baru ditemuinya. Berbeda dengan dirinya yang membutuhkan waktu lama untuk bicara dengan nyaman. Dia tak bisa begitu saja menpercayai seseorang. Hanya pada orang-orang tertentu saja, dirinya dapat nyaman mengutarakan segala sesuatu tentang perasaannya.

[1st #TT] - The Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang