Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam saat Ara dan Zac turun ke ruang makan untuk makan malam. Mom dan Dad nya sudah tidak ada disana. Ara dan Zac makan dengan Ara yang menyuapi Zac karena tak tahan dengan rengekannya. Ara makan dengan lahap karena ia benar-benar lapar.
"Kamu lapar banget ya, Sayang?" Tanya Zac yang melihat Ara makan dengan lahap.
"Hm. Gara-gara siapa aku begini?" Ucap Ara dingin dan Zac pun tertawa geli.
"Mom sama Dad kemana ya? Nanti kita duduk diruang keluarga dulu apa langsung tidur?" Tanya Zac.
"Aku langsung tidur aja deh. Capek banget. Jet lag takutnya." Ucap Ara setelah menghabiskan makanannya.
"Ya udah kita tidur aja langsung. Besok kita libur aja ya? Kan kamu baru pulang malam ini."
"Nggak bisa, Zac. Aku ada meeting besok. Kayanya juga kak Maxi mau ke kantor besok, mau ngomongin soal proyek di Jerman kemarin. Aku butuh tanda tangannya." Tolak Ara membuat Zac cemberut.
"Yaaahh...padahal besok aku pengen dirumah seharian sama kamu, honey. Mau ya? Cuti besok, sekali aja, Sayang. Pleaseee.." Rengek Zac mendapat tatapan dingin dari Ara.
"Bukannya sebelum aku pergi ke Jerman kamu janji nggak akan ngerengek gini lagi? Apa gunanya kamu minta maaf pagi itu?" Tanya Ara dingin membuat Zac mati kutu. Zac menunduk dan menghela nafas.
"Haaaahh..Ya udah deh. Tapi makan siang besok sama aku ya?" Tanya Zac sambil berharap keinginannya di iya kan oleh istrinya.
"Hm. Kamu mau kekantorku atau ketemu ditempat makan?"
"Aku ke kantormu aja ya?" Tanya Zac dibalas anggukan.
"Oh ya, apa setelah ini kamu akan terus berurusan sama Juan?" Tanya Zac mengingat tentang laki-laki itu.
"Hm. Jelas. Dia karyawanku. Kerjanya bagus, aku suka cara kerjanya." Jawab Ara santai tanpa menatap Zac yang melotot tak suka mendengar perkataannya.
"Kok kamu bilang suka dia sih? Kamu bilang suka sama aku aja nggak pernah, Ra!" Seru Zac mengagetkan Ara.
"Aku bilang suka CARA KERJANYA, bukan ORANGNYA! Dengerin baik-baik!" Protes Ara penuh penekanan pada kata-katanya yang semakin menyulut cemburu Zac.
"AKU DENGER! AKU NGGAK SUKA KAMU MUJI COWOK LAIN!KAMU MUJI AKU AJA NGGAK PERNAH, RA!" Nada Zac semakin meninggi menyulut emosi Ara. Ara menatap tajam Zac dan Zac pun sebaliknya.
"Aku cuma muji dia karena pekerjaannya. Bukan dirinya, tubuhnya, atau sesuatu secara pribadi. Kenapa kamu marah?" Tanya Ara dingin kembali pada dirinya yang asli. Zac yang terbiasa dengan Ara yang dingin tak peduli dengan ucapan Ara.
"AKU CEMBURU! AKU CEMBURU KAMU MUJI COWOK LAIN DIDEPANKU! AKU NGGAK SUKA! PUAS!" Teriak Zac semakin menjadi. Ara semakin berang tapi masih mencoba bersabar. Tak pernah ada yang berani membentaknya, apalagi meneriakinya.
"Nggak usah teriak kalo ngomong sama aku. Alasan kamu cemburu nggak masuk akal, Zac. Jangan sampai kamu dibutakan karena cemburu dan menyesalinya nanti." Ucap Ara dingin.
Mereka tidak sadar kalau sedari tadi pertengkaran mereka disaksikan oleh Elena dan Mario. Orang tua mereka menghela nafas melihat sifat kekanakan anak laki-lakinya.
"NGGAK! POKOKNYA AKU NGGAK SUKA!" Zac masih berteriak dan kini benar-benar membangkitkan amarah Ara.
BRAK
"Aku bilang jangan berteriak saat berbicara denganku. Apa kamu tuli? Sebaiknya tenangkan fikiranmu dulu, sebelum kamu mengatakan hal yang akan kamu sesali nantinya." Desis Ara dingin setelah menggebrak meja makan untuk menyalurkan amarahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Queen
Romance21+. Seorang wanita berparas cantik, bertubuh indah, berkulit putih bak pualam, mata biru gelap segelap laut dalam, berotak cerdas, sukses dan kaya. Apa yang kurang dari seorang Araxi Amora Hernandes? Hanya satu. Bibir ranum itu tak pernah tersenyum...