28.

444K 14.2K 707
                                    

Zac POV

Semenjak mengetahui bahwa anakku kembar sebulan yang lalu, semua anggota keluargaku menjadi heboh sendiri. Mereka selalu berdebat kalau anak-anakku berjenis kelamin perempuan atau laki-laki. Bahkan kak Maxi ikut berdebat soal ruang bayi yang aku buat. Ia komplain karena ruang bayi buatanku terkesan biasa saja.

"Astaga! ZAC, APA INI? KENAPA KAMAR BAYINYA SEPERTI INI? Siapa yang memilih semua ini?" Ucapnya membentakku. Aku gelagapan karena dia sedang melotot kesal padaku.

"Ak-aku yang pilih kak. Aku suka kak. Biarkan saja." Protesku saat dia sudah mengangkat ranjang bayi keluar.

"Tidak. Buang semuanya! Aku dan Rixi yang akan mendekor ruangan pangeran dan putri keluarga kita! Dasar kau, apaan itu pilihanmu. Jelek dan biasa sekali." Gerutu Kak Maxi. Kak Rixi tersenyum mengejekku dan ikut mengangkat keranjang bayi yang satunya lagi.

"Kacian deh lo. Makanya kakak kasi tahu kan kemaren, yang ini jelek. Bandel sih lo. Rasain noh diomelin." Ucap Kak Rixi mengejekku. Aku hanya bisa cemberut dan mengadu pada istriku yang sedang duduk di sofa.

"Moooom..Ranjangnya dibuang sama Kak Maxi. Aku juga diledekin sama Kak Rixi. Emang pilihanku jelek ya Mom?" Aduku manja sambil memeluk perut besarnya. Ia dan Anna cekikikan melihat wajah murung manjaku.

"Dad mau Mom jujur?" Tanyanya. Aku mengangguk.

"Emang jelek sih Dad." Jawabnya santai membuatku mendongak dan menatapnya tajam.

Aku mencebik dan dia malah tertawa geli. Ia menangkup pipiku dan mencium keningku lembut membuat suasana hatiku kembali tenang dan kekesalanku menghilang.

"Dad, maklumi aja ya? Ini kan keponakan dan cucu pertama keluarga kita. Jadi maklum mereka antusias seperti itu. Kita lihat aja nanti jadinya seperti apa. Ya sayang? Jangan cemberut terus dong." Ucapnya lembut membujukku.

Aku tersenyum bahagia mendengar ucapan lembutnya yang sangat jarang aku dengar. Aku mencium bibir manisnya lembut dan beralih mencium lembut perut besarnya.

"Oke deh. Soal ranjang aku serahin ke kak Maxi aja. Aku mau lihat kamar bayinya lagi ya Mom. Mom diem disini aja sama Anna." Ucapku dibalas anggukan oleh istri tercintaku.

Saat aku masuk lagi kekamar bayi yang ada disebelah kamarku, aku terbelalak kaget. Karena Dad dan Papa Adrian sedang mengangkat lemari yang kemarin aku beli.

"Dad, Pa, kenapa dikeluarkan sih?" Protesku. Mereka mengedik pada kedua ibu ratu yang sedang melotot garang kearahku.

Mom melangkah mendekat dan tiba-tiba menoyor kepalaku keras hingga aku terhuyung kebelakang.

"Kau ini! Kenapa lemarinya jelek sekali. Itu kecil dan warnanya jelek tahu! Baju yang Mom dan Mama mertuamu belikan tidak akan muat masuk kesana. Biar urusan kamar bayi jadi urusan kami saja." Ucap Mom ku yang dibalas anggukan oleh Mama mertuaku dan kedua laki-laki paruh baya itu.

Aku hanya menghela nafas kesal pada mereka dan beralih ke kak Rixi yang sedang menatap dinding kamar. Ia tiba-tiba merobek wallpaper yang aku pasang dan berkacang pinggang didepanku. Aku melongo melihat aksinya.

"Kau memang keterlaluan! Aku akan mengganti cat kamar bayi ini sore ini. Apa-apaan kau! Catnya terlalu membosankan kau tahu itu. Sudah kau keluar saja. Biar kami yang urus semuanya!" Ucap Kak Rixi yang membuatku semakin kesal.

Aku hanya menurut dan tidak protes. Aku takut mereka akan mengeroyokku. Aku kembali pada istriku dan merajuk lagi sambil memeluk perut besarnya. Anna pergi untuk mencari Kak Maxi karena ia diminta ikut ketoko perlengkapan bayi saat ini juga.

"Mooom..masa semuanya diganti sih Mom. Aku kan juga pengen beli sesuatu untuk anak kita." Rangekku. Dia tersenyum lembut padaku sambil membelai lembut kepalaku yang ada diperutnya. Aku tersenyum menerima tendangan dan gerakan kedua anakku diperutnya.

My Ice QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang