Setelah mengetahui tentang hubungan Anna dan Maxi, Ara jadi lebih sering berinteraksi dengan sekertarisnya itu. Ia jadi lebih sering memperhatikan wanita yang ia anggap akan menjadi kakak iparnya itu. Ara ingin menjadi lebih dekat dengan wanita yang sedang dekat dengan kakaknya. Ia ingin memastikan kalau wanita yang dipilih kakaknya bukan wanita yang salah.
Ara dan Zac sedang ada dikantor Ara. Mereka akan makan siang bersama disebuah cafe didekat kantor Ara. Ara dan Zac baru saja membuka pintu ruangannya saat mereka akan pergi untuk makan siang. Mereka masih berdiri diambang pintu ruangan Ara saat mata Ara tak sengaja melirik ke meja Anna. Ia terbelalak melihat Maxi yang sedang berbicara, entah apa, dengan Anna. Ia tahu kalau kakaknya tidak akan pernah mengobrol dengan orang lain kalau bukan masalah bisnis. Karena kakaknya itu bukan tipe orang yang suka berinteraksi dengan orang asing tanpa tujuan penting.
Ara mendorong Zac kembali melangkah masuk keruangannya dan menutup pintu ruangannya, membiarkan sedikit celah agar ia bisa mengintip ke meja Anna. Zac terkikik melihat tingkah Ara yang seperti anak kecil ini. Mereka mengintip dalam diam. Mereka bisa melihat bagaimana Anna memajukan bibirnya seperti sedang kesal saat Maxi mengatakan sesuatu. Ia juga melihat Maxi yang tersenyum lembut menatap Anna. Zac dan Ara saling menatap dengan tatapan takjub melihat senyum lembut Maxi pada Anna.
'Kak Max tersenyum? Selain padaku?' Batin Ara heran.
Ara dan Zac menganga melihat Maxi yang tiba-tiba mencium lembut bibir ranum Anna dan mengecup kening sekertarisnya itu. Mereka terbelalak melihat bagaimana hangat dan lembutnya perlakuan Maxi pada Anna yang dulu hanya ia berikan pada Ara. Ara tersenyum senang saat melihat wajah bahagia kakaknya saat ia berinteraksi dengan Anna. Ara semakin yakin kalau kakaknya sudah keluar dari zona amannya. Ia akan mendukung pilihan hati kakaknya dan akan membantu menyatukan mereka.
'Kakak...aku akan membuat senyum diwajahmu tak pernah pudar. Kalau Anna yang bisa menerbitkan senyum itu diwajahmu, maka Anna akan menjadi milikmu untuk selalu membuatmu tersenyum.' Janji batin Ara.
Ara dan Zac masih dalam mode mengintip dan mereka tersentak saat melihat Maxi melangkah ke ruangan Ara. Mereka gelagapan tapi dengan cepat mereka menormalkan ekspresinya.
"Bagaimana ini?" Tanya Zac panik karena takut pada kakak iparnya. Ia takut kalau nanti sampai ketahuan mengintip, bisa-bisa lehernya dipatahkan.
"Ssst..tenanglah. Aku akan membuka pintunya. Pura-pura terkejut melihatnya. Ayo." Ucap Ara antusias. Zac mengangguk mantap.
Ceklek
Sebelum Maxi membuka pintu ruangannya, Ara mendahului gerakan Max. Ia pura-pura terkejut melihat Max ada didepan pintu ruangannya.
"Hai..kakak mau keruanganku? Ada apa?" Tanya Ara yang pura-pura terkejut.
"Ya. Kakak mau mengajakmu makan siang?" Ucap Maxi lembut pada adiknya itu. Seketika bola ide dikepala Ara menyala.
"Oh..aku sudah janji dengan Zac. Mau ikut bersama kami?" Tanya Ara.
"Baiklah." Ucap Maxi santai. Ara mengangguk lalu ia melirik lewat ekor matanya kearah meja Anna.
Ia sengaja melirik ke meja Anna dan melihat Anna yang sedang menatap punggung kakaknya dengan tatapan memuja dan cinta. Iblis dalam hatinya menyeringai.
"Anna..." Panggil Ara menyentak Anna karena panggilan tiba-tiba itu. Maxi menoleh pada wanitanya itu.
"I-iya, Nona?" Anna tergagap karena ia ketahuan sedang menatap Maxi oleh Ara.
"Kenapa kau menatap Kakak ku seperti itu? Apa ada yang ingin kau sampaikan?" Tanya Ara ingin melihat reaksi mereka berdua. Zac ikut memperhatikan Ara dan Maxi tapi lebih memilih diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Queen
Romance21+. Seorang wanita berparas cantik, bertubuh indah, berkulit putih bak pualam, mata biru gelap segelap laut dalam, berotak cerdas, sukses dan kaya. Apa yang kurang dari seorang Araxi Amora Hernandes? Hanya satu. Bibir ranum itu tak pernah tersenyum...