2 - Berbeda

1.4K 46 0
                                    

Setelah melaksanakan Shalat Isya dan mengajarkan Sheryn membaca Al-Quran, Shellyn mengajak Sheryn untuk belajar bersama. Hal ini disambut baik oleh Sheryn, karena -menurutnya- hal ini sangat membantu supaya tidak terlalu tertinggal pelajaran. Kebiasaannya sering bolos saat jam pelajaran berlangsung, kini pelan-pelan Sheryn tinggalkan.

"Eh Shell, lo tau gak kalau besok si Bagas jadi murid baru di sekolah kita?" tanya Sheryn.

"Iya. Bosen banget denger beritanya," sahut Shellyn datar.

"Kok bosen sih?" tanya Sheryn.

"Ya jelas-jelas tuh orang belum jadi murid di sekolah kita aja udah trending topic banget. Belum tentu kalau orangnya baik. Coba kalau sebaliknya? Lagian murid-murid pada diambil ribet. Yang kayak ginian aja digossipin terus-terusan," ujar Shellyn. Sheryn tertawa mendengarnya.

"Haha. Lo itu ya polos banget. Jelas-jelas Bagas itu sempurna banget. Masa lo gak tau? Ya wajar aja jadi bahan buat diomongin toh status dia sebagai cucu pemilik sekolah dan prestasinya itu lho banyak banget." Shellyn memutar bola matanya kesal. Mengapa semua orang terhipnotis oleh seorang bernama Bagas.

"Cuma cucu kan? Bukan dia yang bikin sekolahnya?" Sheryn melongo. Mengapa kembarannya ini sangat susah untuk memuji kesempurnaan orang lain.

"Aduh Shell. Yaiyalah bukan dia. Gimana sih lo?" gerutu Sheryn.

"Nah, terus apanya yang mau dibanggain?" tanya Shellyn.

"Shell, dia itu sempurna banget. Selain dia ganteng, prestasinya itu seabreg. Dia kan waw banget pokoknya." Shellyn menggelengkan kepalanya.

"Dengerin ya Sher, gak akan ada manusia biasa yang sempurna. Kesempurnaan itu hanya milik Allah. Dan manusia yang sempurna itu Nabi Muhammad. Kamu jangan terlalu memuji seseorang. Puji dulu yang menciptakannya, bukan yang diciptakannya. Jadi kalau kamu mau memuji orang, biasa aja jangan terlalu gimana gitu," ucap Shellyn tenang.

"Bener juga kata-kata lo, Shell. Tapi masa' sih lo gak tertarik sama Bagas? Secara cewek-cewek di sana pada rebutin dia," ujar Sheryn.

"Kita itu sekolah untuk mencari ilmu. Bukan untuk memandang atau menyukai lawan jenis," sahut Shellyn.

"Lo gak suka sama Bagas gitu?" tanya Sheryn penasaran.

"Haha Sher, aku itu gak tau yang mana Bagas Bagas itu. Lagian gak penting banget mikirin tuh orang," jawab Shellyn.

"Beneran Shell? Tar lo kelepek-kelepek lagi ketemu dia." Sekali lagi Sheryn memastikan.

"Enggak. Udah deh, terusin aja belajarnya. Malah ngegossip."

"Hehe. Iya ayo."

***

Pagi ini semua warga sekolah sibuk memperbincangkan seorang murid baru yang beberapa menit lagi akan sampai ke sekolahnya. Semua murid perempuan mempercantik dirinya sendiri supaya terlihat baik di mata Bagas.

Berbeda dengan Shellyn. Dia tampak biasa-biasa saja pergi ke sekolah. Dengan membawa novel kesayangannya, dia berjalan melewati gerombolan orang yang berkumpul di depan gerbang untuk menunggu Bagas. Shellyn pergi ke sekolah sendiri karena Sheryn merasa tidak enak badan.

"Aneh banget si Shellyn."

"Orang lain sibuk nungguin Bagas, lah ini malah baca novel terus."

"Dasar kutu buku."

"Sok alim banget."

Beberapa sindiran terdengar jelas di telinganya. Tetapi dia tidak menghiraukannya. Jelas-jelas sangat membuang waktu saja, berdiri di depan gerbang sekolah menunggu seseorang yang belum jelas keberadaannya.

S I N A R ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang