Seperti biasa di hari Minggu, kini jadwal les mengajar anak-anak kecil. Shellyn berpamitan pada Sheryn untuk mengerjakan tugasnya itu. Kali ini, Shellyn membawa setoples permen cokelat untuk dibagikannya pada anak-anak itu.
"Selamat siang adek adek," sapa Shellyn.
"Siang kak." Anak-anak itu kompak menjawab.
"Masih semangat untuk belajar?" tanya Shellyn.
"Masih."
"Oke, sebelum itu kakak punya permen cokelat nih buat kalian. Siapa yang mau?"
"Aku mau."
"Aku."
"Aku juga."
"Semuanya dapat ya. Mohon kalian tenang." Shellyn memberikan anak-anak itu permen cokelat. Mereka tampak senang saat memakan permen cokelat bersama. Ada yang menempel di giginya yang membuat teman-teman lain menertawakannya, ada yang minta lagi, ada yang jatuh sebelum dimakan, dan yang lainnya.
Kepolosan anak-anak terlihat disini. Selain tempat untuk berbagi ilmu, disini juga merupakan tempat untuk menenangkan diri, menghilangkan penat berbagai masalah sekaligus menjadi tempat hiburan semata.
"Sudah makan permen cokelatnya?" tanya Shellyn.
"Sudah," jawab mereka serempak.
"Sekarang kita belajar ya. Materi hari tentang pokok ajaran islam." Shellyn pun menjelaskan mengenai materi tersebut. Semua anak-anak tampak menikmati pelajaran kali ini. Selain materi yang diberikan, Shellyn mengajak anak-anak untuk bermain games supaya belajarnya tidak jenuh. Hal ini disukai oleh seluruh anak-anak tersebut.
"Jadi, kesimpulannya pokok ajaran Islam terdiri dari berserah diri kepada Allah dengan merealisasikan tauhid, tunduk dan patuh kepada Allah dengan sepenuh ketaatan dan memusuhi dan membenci syirik."
"Bisa dimengerti?" tanya Shellyn.
"Bisa."
"Oke. Cukup sekian materi hari ini. Kita ketemu minggu depan. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Shellyn membereskan alat tulisnya. Lalu dia pamit kepada semuanya. Shellyn mengendarai sepeda motor sendiri. Sekitar lima belas menit, akhirnya sampai rumah juga.
***
"Gimana persiapan buat besok, Sher?" tanya Shellyn saat keduanya sedang asyik menonton televisi.
"Ya begitulah. Udah siap kok." Shellyn tersenyum melihat saudaranya itu yang sebentar lagi akan sembuh.
"Shell, siapa ya pendonor ginjal buat aku? Kalau aku tahu, pasti aku udah berterima kasih sama dia. Kok dia mau ya ngorbanin ginjalnya," ujar Sheryn.
"Mungkin dia ingin bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan padanya. Cara dia bersyukur, ya dengan mendonorkan ginjal itu," ucap Shellyn bergetar.
"Kamu nangis, Shell?" tanya Sheryn.
"Enggak kok. Cuma aku terharu sama kamu yang udah sabar jalanin hidup." Sheryn memeluk erat Shellyn. Baginya Shellyn bukan hanya sebagai kembaran, keluarga, ataupun sahabat, tetapi Shellyn sebagai malaikat tanpa sayap yang Allah kirimkan untuk dirinya.
"Udah malem tuh. Tidur gih. Besok kesiangan lagi."
"Enggak kok. Gak akan."
"Besok kamu udah diizinin sama aku. Oh iya, besok kamu berangkat pagi-pagi ya jam enam-an."
"Oke."
"Tapi aku ga bisa ikut. Soalnya mau ngurusin buat olympiade itu."
"Iya gapapa. Kan ada Tante Rena. Kamu fokusin ke olympiade ya. Jangan mikirin aku terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
S I N A R ✔
EspiritualBagaimana kehidupan seseorang saat dirinya hidup tak terarah, sedangkan sang kembaran justru sebaliknya? Ketika semua kepahitan berhasil dilalui dan berubah menjadi sebuah kebahagiaan, apakah dapat bertahan lama?