4 - Tak Disangka

1K 41 0
                                    

Pagi ini seperti biasa, Shellyn melakukan aktifitasnya. Setelah selesai, dia menemui Sheryn yang masih terbaring lemah di ranjang kamarnya.

"Pagi Sher."

"Pagi juga."

"Gimana? Udah mendingan?"

"Lumayan. Tapi agak masih sakit sih perutnya."

"Jaga kondisi ya. Jangan sampai kamu terlalu capek."

"Siap bos. Haha."

"Sarapan dulu yuk. Hari ini aku beliin bubur."

"Gak-"

"Eits.. Harus mau."

"Hmm. Iya deh."

Shellyn pun mengambil dua mangkok bubur yang tadi dibelinya. Satu untuk Sheryn dan satu lagi untuk dirinya. Memang hari ini Shellyn tidak memasak karena Shellyn tahu yang biasanya dimakan oleh orang yang sedang sakit adalah bubur.

"Dihabisin ya, Sher."

"Kebanyakan, Shell."

"Masa sih? Biasanya juga kamu makan segitu malah suka nambah."

"Gak nafsu ih."

"Yaudah. Tapi harus ada yang masuk ke perut kamu ya."

***

Minggu yang cerah dimanfaatkan Bagas untuk lari pagi. Biasanya saat di Gorontalo, Bagas menghabiskan weekend dengan tidur sepuasnya atau bermain game online. Bagas menelusuri jalan-jalan di perumahannya itu. Selain pemandangan yang indah, udara yang sejuk di pagi hari membuat semangatnya terpenuhi.

"Gue kangen sama anak - anak nih. Apa mereka masih tinggal di sini gak ya?" Bagas melihat-lihat rumah yang ada di sekelilingnya. Berusaha mengingat-ingat letak rumah sahabat-sahabatnya itu.

"Rizky! Dia tinggal disana. Ah gue harus ke rumahnya." Ketika Bagas melihat rumah bercat hijau muda, Bagas mengingat bahwa itu adalah rumah sahabatnya yang bernama Rizky.

Bagaspun menuju rumah tersebut. Dia menekan bel di depan pagar rumah itu. Lama menunggu, akhirnya seseorang membukakan gerbang. Seseorang itu masih mengucek matanya.

'mungkin baru bangun tidur,' pikir Bagas.

"Rizky!" sapa Bagas bersahabat.

"Hooaammm. Siapa ya?" tanya orang itu yang masih mengucek matanya.

"Lo Rizky kan?" tanya Bagas tak sabar.

"Iya. Lo siapa?" Bagas terkekeh pelan.

"Gue Bagas. Lo masih inget kan?" Rizki mengerjapkan matanya.

"Bagas? Bagas Adinata? Lo beneran Bagas?" Bagas mengangguk.

"Iyalah. Apa kabar lo?" tanya Bagas.

"Baik. Lo di sini?" Mereka berjabat tangan.

"Iya. Gue baru kemaren-kemaren pindah," ucap Bagas.

"Kenapa baru sekarang ke sini?" protes Rizki.

"Gue baru inget. Hehehe," ujar Bagas disertai cengiran khasnya.

"Btw, lo tambah cakep ya. Tapi masih cakepan gue," ujar Rizki dengan percaya dirinya.

"Gue mah emang cakep dari dulu juga. Lo-nya aja yang kagak bisa nerima." Rizki tertawa kecil.

"Eh masuk yuk," ajak Rizki.

Bagas masuk ke dalam rumah Rizky. Mereka melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu. Sesekali mereka tertawa.

S I N A R ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang