9 - Pertemuan

260 14 1
                                    

Hari yang ditunggu tiba. Shellyn sudah siap dengan barang yang akan dibawanya ke Jakarta. Senyuman terus menghiasi wajahnya. Melihat waktu sudah menunjukkan pukul 5, Shellyn memanggil papanya untuk segera berangkat.

Berbeda dengan Shellyn, Sheryn masih tampak santai memilih baju yang akan dikenakannya. Jadwal penerbangan ke Jakarta pada pukul 7, jadi Sheryn tidak terlalu terburu-buru karena jarak dari rumahnya menuju bandara lumayan dekat.

***

"SHELLYN!"
Merasa ada yang memanggil namanya, Shellyn membalikkan badannya. Wajahnya tampak bahagia sambil melambaikan tangannya melihat Sheryn yang berjalan berdampingan bersama sang mama. Memang, mereka janjian untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama di salah satu tempat rekreasi keluarga di kawasan Jakarta Utara.

Tak perlu waktu lama, mereka larut dalam pelukan untuk mencurahkan rasa rindu. Mata Shellyn berkaca-kaca merasakan kembali kehangatan keluarga yang sudah memudar beberapa tahun terakhir. Shellyn sangat bersyukur dengan keadaan saat ini.

Berbagai wahana mereka lalui bersama. Sheryn tertawa puas melihat tingkah sang papa yang menyerah karena tidak kuat dengan wahana yang memutar mutar badannya hingga membuat kepalanya berdenyut.
"Papa cemen ah masa gitu doang udah kalah haha," ledek Sheryn sambil tertawa.
"Dulu papa jago banget naik wahana yang ada di pasar malem, Sher," balas papanya tak mau kalah.
"Emangnya papa dulu naik apa?" tanya Shellyn penasaran.
"Eum.. ya.. naik komedi putar," jawab papa sambil tersenyum canggung yang malah membuat tawa mereka pecah. Sang mama tersenyum melihat tingkah mereka.

Tak terasa hari mulai gelap. Kini mereka sedang berada di pantai untuk melihat matahari terbenam. Shellyn duduk di pinggir pantai. Matanya terpejam. Senja memang membawa keceriaan sesaat sebelum sang surya benar benar beranjak.
"Nih minum dulu, Shell." Sheryn memberikan sebotol minuman jeruk untuk Shellyn.
"Makasih ya. Papa mama ke mana?" tanya Shellyn sambil celingukan mencari dua sosok yang sangat dicintai.
"Syutt lagi pacaran," ujar Sheryn terkikik. Shellyn mengangguk sambil tersenyum.

Tak lama Sheryn terpaku melihat keindahan yang ada di depannya kini. Benar-benar ciptaan Allah memang luar biasa. Sayup-sayup terdengar suara azan, mereka berdua pun bergegas menuju musolla untuk melaksanakan salat maghrib.

***

Pukul 8 mereka makan malam bersama di salah satu restoran cepat saji yang tak jauh dari pantai. Suasananya sangat ramai. Hingga mata Sheryn tertuju pada seseorang yang sedang duduk menikmati santapannya. Sheryn menyenggol lengan Shellyn dan memberikan kode dengan lirikan matanya menuju seseorang.

Shellyn yang merasa bingung, hanya menaikkan bahunya. Merasa kedua putrinya sedang saling memberi kode, papa pun bertanya, "Ada apa?"
"Enggak, Pa." Keduanya menjawab serempak. Papanya pun melihat arah pandangan mereka sebelumnya.
"Siapa? Kalian kenal?"
"Temen kita, Pa. Shellyn harusnya ikut olimpiade sama dia, tapi kita keburu pindah," jawab Sheryn.
"Ajak gih. Dia kayaknya sendiri."

Mendengar ucapan papanya, Sheryn tersenyum gembira sambil bergegas menuju meja orang itu.
"Bagas!"
"Eh, Sheryn? Apa kabar? Kok di sini?" tanya Bagas kaget.
"Alhamdulillah baik, Gas. Kamu gimana?"
"Alhamdulillah."
"Oh ya papa ngajak kamu gabung bareng kita di sana. Ada Shellyn juga."
Bagas pun hanya mengangguk lalu bergabung bersama mereka di sana.

Awalnya Bagas merasa canggung, namun perlahan bisa membaur juga karena keluarga tersebut sangatlah ramah. Obrolan kecil pun banyak mengundang tawa karena ulah papa si kembar yang menceritakan pengalamannya sewaktu muda.
"Dulu nih, papa suka banget pelajaran bahasa Inggris. Suatu hari, guru Inggris ngomong pake bahasa Inggris. Karena papa gak ngerti, jadi papa bilang yes aja paling keras dan paling semangat saking favorit banget. Eh ternyata gurunya lagi jualan buku dan papa harus bayar karena namanya langsung dicatat buat beli buku. Mana lagi gak ada uang."
"HAHAHAHA"
"Papa juga pernah saking takutnya sama guru matematika, ngumpet di bawah meja kantin karena disuruh pulang semua padahal papa masih pengen nongkrong. Eh taunya papa salah ngumpet, malah kepalanya yang masuk ke bawah meja, sedangkan kakinya di luar. Parahnya kaki papa diinjek sama anaknya bibi kantin. Karena kaget, malah jadinya kepala papa ngejeduk ke meja. Jadi ketahuan deh."
"HAHAHAHA"
"Dulu papa sering banget ikut olimpiade. Oh ya denger-denger kamu harusnya olimpiade bareng Shellyn ya?" tanya papa ke Bagas.
"Hehe iya om."
"Gimana olimpiadenya? Berhasil?"
"Alhamdulillah kedua, om."
"Alhamdulillah. Maaf ya Shellyn gak bisa nemenin kamu karena saat itu bener-bener terdesak dan harus segera pindahan. Tapi ada penggantinya, kan?"
"Gak apa-apa om. Karena saat itu mepet banget, jadi Bagas perwakilan sendiri."

***

Makanan sudah habis, obrolan pun masih banyak, tetapi Sheryn sudah menguap beberapa kali. Hari yang sangat panjang membuat Sheryn kelelahan.
"Sheryn udah ngantuk. Lebih baik istirahat dulu om tante. Saya pamit pulang ya," ujar Bagas. Setelah berpamitan, Bagas pun bergegas untuk pulang. Sebelumnya Bagas sempat tersenyum manis ke arah Shellyn.

***

Setibanya di kamar hotel, Sheryn terlelap. Sedangkan Shellyn masih terduduk di depan jendela melihat keindahan langit malam. Pikirannya melayang pada kegiatannya di hari ini, terlebih saat tiba-tiba bertemu Bagas. Beberapa kali dia menggeleng untuk menghilangkan pikiran tersebut namun nihil. Akhirnya Shellyn memutuskan untuk berbaring menunggu dirinya memasuki alam mimpi.

***

Pagi harinya, duo kembar itu lari-lari kecil di pantai untuk menghabiskan waktu bersama yang tersisa sebelum kembali ke kota masing-masing. Sebenarnya mereka masih ingin tetap menikmati waktu bersama, tetapi mungkin bulan depan masih dapat berkumpul kembali.

Setelah sarapan pagi bersama dilanjutkan dengan jalan-jalan santai di sekitar pantai, keluarga yang terlihat kompak dengan baju yang berwarna putih ini melakukan sesi foto. Tak lupa wefie menjadi hal yang penting untuk menjadi obat dikala rindu datang.

***

Senin yang cerah tapi tidak secerah dua hari kemarin. Shellyn sudah siap dengan seragam putih abunya memasuki kawasan sekolah untuk mengikuti upacara bendera. Di Medan ini, dia bersahabat dengan Tari. Sejak awal pindah, Tari selalu ke rumah Shellyn untuk berangkat bersama. Tari selalu menjadi pendengar yang baik saat Shellyn butuh seseorang untuk berbagi keluh kesah. Begitupun sebaliknya.

Sayang seribu sayang. Di Surabaya, tampaknya Sheryn tidak mendapat sahabat seperti Shellyn. Sheryn malah diajak bergabung bersama temannya yang nakal. Sheryn hanya berniat untuk berteman saja supaya dia tidak terlalu sendiri di sekolah. Namun, beberapa kali Sheryn hampir terjerumus kembali. Entah kenapa, dia selalu teringat perkataan Shellyn saat hal buruk menimpanya. Sheryn pun belajar sabar dalam menghadapi teman-temannya tersebut.

***

"Sheryn, makalah biologi udah dikumpulin? Hasil kerja kamu kan?" tanya Raka yang merupakan teman sekelas Sheryn.
"Udah kok. Ya iyalah hasil aku. Masa hasil orang lain," jawab Sheryn sambil mengangguk.
"Tapi kok sama persis sama makalahnya Siska cs?" tanya Raka kebingungan.
"Masa sih? Mereka copas kali," balas Sheryn.
"Engga Sher. Kamu yang copas," ujar Raka sambil memberikan makalah yang sudah disilang besar oleh gurunya.
"Apaan? Wah ini sih aku dijebak."

Bersambung

Yeayy akhirnya bisa lanjut lagi!
Maaf yaa gantungnya berbulan-bulan😁
Dilanjut seminggu sekali yaa guys!
Beri vote dan komentar jika kalian ingin lanjut lagi ya✌ eh biar semangat lanjutnya😅

S I N A R ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang