10 ~ First Love

731 27 2
                                    


Billy baru saja memasuki kamarnya, semalam ia tertidur di ruang kerjanya. Ia masih lengkap dengan kaca matanya dan rambut yang kusut.

Patt masih tertidur saat Billy mencium keningnya dan meletakkan bingkai foto di meja tepat disamping pembaringannya.

"Bangunlah, ini sudah pagi,  kepalamu akan pusing jika terlalu banyak tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangunlah, ini sudah pagi,  kepalamu akan pusing jika terlalu banyak tidur." Kata Billy mengecup pipi Patt

Patt akhirnya terjaga. Ia menatap Billy tanpa senyuman sedang Billy kembali mencium kening Patt.

"Aku akan mandi duluan" kata Billy berdiri dan segera menuju ke kamar mandi.

Ia bahkan memilihku daripada karirnya, kenapa aku tak bisa mengorbankan Marissa demi dia?  Marissa bahkan akan tetap hidup tanpa aku, batin Billy saat air dari Shower sudah membasahi kepalanya

"Aku harus jujur, agar ia tak lagi salah faham" kata Billy Kemudian sesaat setelah ia menyelesaikan mandinya

Billy baru saja menyelesaikan mandinya, Patt sudah terduduk diatas pembaringan.

"Siapa kamu? " tanya Patt menatap Billy tajam

~Roman Picisan~

Flashback On

Aku terduduk di bangku taman tepat dikompleks rumah baruku, aku baru dua hari pindah dari Singapore.

Aku disuruh Mama bermain disekitaran Kompleks agar aku biaa beradaptasi dengan lingkungan baruku ini.

Usiaku 9 tahun, aku memakai kacamata dengan tubuh tinggi dan kurus.

Kulihat beberapa anak bermain skateboard di lapangan khusus didepanku, beberapa anak-anak sedang berkejaran sambil membawa benang, dan djujungnya sebuah kertas melayang di angkasa.

Namun ada pemandangan aneh, saat seorang anak perempuan yang kira-kira tiga atau empat tahun dibawahku sedang mendorong teman wanita lainnya.

Ia merebut boneka Barbie dari tangan anak perempuan itu dengan kasar dan kemudian ingin memukul anak perempuan itu sekali lagi, Namun ia mengurungkannya. Ibu anak perempuan yang di dorongnya kemudian datang dan mendorongnya balik, ia kemudian tersungkur.

Ya, itu memang balasan untuk anak kurang ajar dan penganggu seperti dia.

Si ibu-ibu itu kemudian mencubit kuping anak perempun itu dan memukul belakangnya serta pahanya dengan sendal.

Sudah sepantasnya Si Ibu marah-marah karena perlakuan tak menyenangkan untuk anaknya. Dasar anak perempuan nakal.

Aku masih menatap mereka dengan seksama.

Roman Picisan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang