Kyoto, 1467
Suara seorang bocah lelaki yang selalu terdengar bercengkerama sendirian sudah menjadi sesuatu yang sangat wajar di kediaman sang daimyo.
"Onii-san janji akan selalu menjaga Tetsuya ... meskipun Okaa-sama sudah meninggal, Onii-san akan pastikan Tetsuya tidak akan kekurangan kasih sayang."
Namun sebenarnya ia tidak sedang bercengkerama sendiri. Mayuzumi Chihiro, lima tahun, duduk menekuk kaki, memangku adiknya, Mayuzumi Tetsuya yang baru berusia sebelas bulan. Bayi dengan mata biru besar itu menatap takjub pada kakaknya sambil menghisap ibu jari. Tekun mendengarkan Chihiro seolah-olah ia mengerti.
"Kalau boleh Onii-san bercerita, Onii-san sebenarnya sedang bingung, Tetsuya," Chihiro kembali bicara, bayi Tetsuya menanggapinya dengan celotehan seadanya. "Tetsuya, orang-orang dewasa selalu saja sibuk membicarakan tentang perebutan kekuasaan ... katanya, dulu Paman Shogun Akashi Masaomi ingin mewariskan kekuasan pada keluarga kita, jika berhasil menikah dengan Bibi Shiori. Tapi Onii-san tidak mengerti, kenapa Onii-san yang diberikan tugas sebagai pemimpin? Onii-san tidak suka. Onii-san hanya ingin jadi penjaga Tetsuya."
Chihiro mendekap adiknya, mencium pipinya berkali-kali. Tetsuya kegelian dan tertawa-tawa.
"Sekarang, mereka sedang perang. Mereka tidak bertanya dulu apa Onii-san mau menjadi penguasa, padahal kalaupun Paman Shogun mengingkari janji, Onii-san tidak apa-apa. Tetsuya, Onii-san tidak mau jadi pemimpin. Onii-san hanya mau jadi pelindung Tetsuya kalau sudah besar nanti. Onii-san ingin menghabiskan hidup Onii-san untuk menjaga Tetsuya dan menjadi suami Tetsuya."
Chihiro menggenggam tangan mungil adiknya.
"Apa Tetsuya janji, kalau kita selamanya tidak akan berpisah, Tetsuya? Janji?"
Ia menautkan kedua kelingking mereka.
"Nah, dengan begini, Onii-san tidak akan pernah berpisah dengan Tetsuya, selama-lamanya."
***
"Masaomi-sama!"
Malam itu barangkali akan dikenang Akashi Shiori sebagai malam paling berdarah sepanjang hidupnya.
"Bagaimana mungkin kami pergi dari sini, Masaomi-sama? Seijuurou tidak mungkin kuajak hidup di dalam kuil bersama para pendeta! Dia masih bayi! Lagipula ... bagaimana aku bisa pergi sementara suamiku sedang berada dalam bahaya? Aku tidak bisa pergi. Tidak, Masaomi-sama. Kalau memang satu klan Akashi harus mati, aku tidak boleh melarikan diri begitu saja!"
"Hentikan, Shiori! Turuti aku dan pergilah dari sini! Siapa yang akan meneruskan Keshogunan Akashi jika Seijuurou mati!? Ini bukan masalah nyawaku, ini demi Seijuurou dan kau, Shiori! Pergilah!"
"Tapi, Masaomi-sama—"
"Pergilah, Shiori! Jangan mengulur waktu!"
Air mata wanita itu terpecah. Ia mendekap sang bayi yang menangis sangat keras—seolah tahu jika di luar tembok istana keshogunan sedang terjadi pertempuran besar. Nyaris dua puluh empat jam tanpa jeda, Shiori selalu melihat suaminya menggenggam tsurugi.
Ini semua memang salahku. Aku yang telah mengingkari janji pada saudaraku.
Akashi Masaomi, shogun kedelapan, tahu bahwa dirinya akan menyesal seumur hidup. Menyadari bahwa janji yang telah dibuatnya untuk menjadikan Mayuzumi Chihiro sebagai pewaris jabatan sebagai jenderal tertinggi, adalah sebuah keputusan yang salah. Demi meminang Mayuzumi Shiori—yang sekarang telah menjadi Akashi Shiori—ia menghalalkan segala cara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senbazuru E-VERSION ✅
Ficção HistóricaKuroko Tetsuya tahu, Putra Sang Shogun dan Samurai pengembara itu berlomba untuk membelinya. [Semi Historical Fiction - Completed]