Seminar Tere Liye

858 56 0
                                    

Hari ini, ada acara seminar di kampusku. Pengisi acara di seminar ini adalah salah satu penulis yang sangat terkenal. Dia adalah Darwis Tere Liye. Aku jadi ingat tentang pembicaraanku dengan Roman tiga bulan lalu.
"Siapa penulis favorit kamu?" Kutanya Roman.
"Nanti, tiga bulan lagi akan ada acara seminar si kampus kita ini, nah dia yang akan jadi bintang tamunya." Jawab Roman.
Sekarang aku tahu, penulis yang difavoritkan Roman adalah Darwis Tere Liye. Entah dari mana Roman tahu bahwa di kampus akan ada seminar yang menghadirkan penulis kawakan ini. Sepertinya, lingkungan dan wawasan Roman tentang dunia sastra sangatlah luas. Sangat jauh dari apa yang bisa kulakukan tentang sastra, sangat jauh dari yang bisa kuduga.
Acara seminar ini, tadinya khusus untuk jurusan sastra. Tapi, karena banyak yang protes, akhirnya mahasiswa dari jurusan lain juga boleh hadir.
Saat acara seminar dimulai, aku sudah tahu Roman duduk dimana. Pastinya, dia berada di barisan terdepan. Aku pun ada di barisan terdepan, tapi cukup berjarak dengan Roman. Mahasiswa dari jurusan lain juga banyak yang datang, tapi nggak banyak. Anak sastra tetap lebih banyak.
Dengan datangnya Tere Liye di seminar ini, tentu pengetahuanku tentang sastra menjadi bertambah. Aku mendapatkan ilmu yang berguna dari Tere Liye. Dia juga membacakan beberapa puisi, dan itu terdengar sangat indah, semua puisinya bagus. Mendengar puisi, aku jadi ingat Roman.
Ditengah acara, Tere Liye memberi sebuah kuis untuk seluruh peserta seminar.
"Saya akan bagikan tiga buku saya, dan hadiah lainnya, untuk siapapun yang mau membacakan puisi karya sendiri. Ingat, karya sendiri!" Kata Tere Liye.
Suasana menjadi gaduh, sepertinya banyak sekali yang menginginkan hadiah yang ditawarkan Tere Liye. Tapi aku nggak bisa nebak siapa yang akan memenangkannya.
"Yang mau, angkat tangannya sekarang juga." Kata Tere Liye.
Suasana kembali hening, tapi belum ada satu pun yang angkat tangan. Tiba-tiba, semua orang mengalihkan tatapannya pada seseorang yang saat itu mengangkat tangannya. Kucari tahu siapa gerangan, dan ternyata satu-satunya orang yang mengangkat tangan disana, hanyalah Roman. Pastilah dia ditunjuk dan dipersilakan maju ke depan. Langkah kakinya diiringi tepuk tangan dari ribuan peserta seminar. Berbagai macam teriakan dan siulan juga bisa kudengar, aku mendengar teriakan nama Roman dari banyak wanita disini, dan sepertinya mereka penggemar Roman. Nggak aneh!
Dia berdiri disana, dihadapan ribuan peserta seminar yang hadir. Lagi-lagi, dia terlihat santai. Rasanya, nggak pernah aku lihat dia gugup. Aku akui, aku kagum padanya. Dan sepertinya, bukan hanya aku yang mengaguminya.
"Siapa namamu?" Tanya Tere Liye.
"Roman." Jawabnya.
"Kamu angkatan berapa?"
"Aku masih di semester pertama." Jawab Roman dengan begitu percaya diri. "Tapi aku bukan dari jurusan Sastra." Lanjut Roman.
"Hah? Lalu kamu jurusan apa?"
"Manajemen." Jawab Roman.
"Anak manajemen? Yang sastra kemana nih? Nggak ada yang angkat tangan?" Kata Tere Liye.
Semua orang diam membisu, termasuk aku, nggak ada satupun yang berniat maju ke depan bersama Roman. Aku yakin, Roman pasti mampu mengerjakan kuis dari Tere Liye.
"Baiklah, Roman, apa judul puisi yang akan kamu bacakan?" Tanya Tere Liye.
"Judulnya...." Roman menggunakan tatapan matanya untuk mencari seseorang. Dan tatapannya berhenti untukku! Dia menatapku!
"Apa judulnya?" Tanya Tere Liye lagi.
"Tentang seseorang." Kata Roman dengan matanya yang masih menatapku.
"Bagus, silakan." Kata Tere Liye mempersilakan.
Sebelum membacakan puisinya, Roman mengambil gitar yang ada di samping panggung itu. Roman akan membaca puisi, dan memainkan instrumennya sendiri. Seketika, tepukan tangan kembali meriah.
Roman sudah bersiap di posisinya, dan suasana kembali hening ketika Roman mulai memetik gitarnya.

"Tentang Seseorang"

Teruntukmu Nadyaku
Pemikat, pengikat, yang buatku terus terpikat.
Selalu kamu Nadyaku
Angan-angan, kenangan, yg buatku terus simpan perasaan.
Tak ada yang lain selain kamu, Nadyaku.
Sang puisi, inspirasi, yang membuatku tak pernah mau untuk pergi.
Masih tentangmu, Nadyaku.
Sang cerita, cinta, segala hal yang kujadikan cita cita.
Tentang seseorang, yang kujadikan tempat pertaruhan seluruh perasaan, hanya untuk sebuah kesempatan.
Dan tentang seseorang, yang selalu kujadikan tempat untuk mencinta, dan ingin dicinta.
Cinta, hanyalah cinta.
Hidup dan mati untukmu.
Mungkinkah semua tanya kau yang jawab?
Dan tentang seseorang.
Itu pula dirimu, ku bersumpah akan mencinta.

Tentang Seseorang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang