Bangkai Tercium

612 50 0
                                    

Seminggu berlalu, dan Roman sudah begitu jauh dariku. Aku nggak tahu kabar dia gimana. Aku sering bertemu Jordan di kampus. Dia bersikap biasa, dia sering menyapaku. Aku nggak tahu apakah Jordan mengetahui tentang berakhirnya hubunganku dengan Roman.
Jujur, sebenarnya aku rindu Roman, meski minggu lalu dia sangat menghancurkanku. Yang kurindukan adalah kebahagiaan yang pernah Roman berikan. Aku sangat merindukan Roman, tapi nggak mungkin jika aku menelpon Roman. Makin hari, rasa penasaranku semakin jadi. Ingin sekali aku melihat Roman. Memastikan bahwa dia baik-baik saja. Sejak hari saat aku dan Roman putus, Roman nggak pernah menghubungiku lagi.
Hari sabtu, aku sengaja mengosongkan jadwal. Sebelumnya, Ria ngajak pergi belanja, Jani ngajak aku nonton. Tapi, aku nggak ikut karena aku ingin ke kampus untuk melihat Roman.
Roman bubaran jam enam sore. Tapi, saat aku menuju ke kampus, aku terjebak kemacetan sampai akhirnya aku terlambat. Setibanya disana, parkiran sudah sepi, dan aku nggak lihat motor Roman ada disana.
Aku sempat putus asa, tapi tiba-tiba aku merasa bahwa Roman ada di cafe tempat biasa dia makan, yang letaknya disebrang kampus. Akhirnya, aku mencoba untuk melihat ke Cafe itu.
Setelah kuparkirkan mobilku, aku melihat motor merah yang kukenal. Motor itu terparkir di depan Cafe itu. Lalu akupun masuk ke Cafe itu untuk mencari Roman.
Roman ada di cafe itu, dia sedang sendiri. Sebelumnya aku nggak berniat untuk menampakkan diri di depan matanya. Tapi, entah dorongan dari mana, tiba-tiba aku ingin menghampiri Roman.
Aku sudah berdiri di hadapannya. Dia sangat terkejut melihatku ada di hadapannya.
"Nad?" Raut wajahnya tiba-tiba terlihat panik.
"Boleh aku duduk?" Kutanya.
"Tentu." Kata Roman. "Sama siapa kesini?" Tanya Roman.
"Sendiri." Kujawab. Di salah satu kursi, aku melihat sebuah tas. Tapi, tas itu, tas wanita. "Kamu sama siapa? Nongkrong sendiri?" Kutanya.
Belum sempat Roman menjawab, ada suara wanita yang menyebut namaku. Kutengok sumber suara itu, dan itu Mira.
"Hey, apa kabar?" Kutanya Mira. Kutatap Mira, dia terlihat pucat, seperti sedang sakit.
"Baik. Kalian janjian disini?" Tanya Mira kepadaku dan Roman.
"Nggak sih, tadinya emang iseng mau makan disini, kebetulan lihat Roman."
"Oh, kukira kalian janjian." Kata Mira.
"Nggak kok, iya udah deh kalau gitu, aku cari tempat lain ya, takutnya ganggu." Kataku.
"Eh, nggak apa-apa kok, gabung aja disini." Kata Mira.
"Nggak deh, aku pamit ya." Kataku langsung berdiri dan meninggalkan mereka.
Saat aku berjalan meninggalkan mereka, Mira mengejarku sambil terus memanggilku. Aku mencoba mengabaikan Mira, tapi dia berhasil meraih tanganku.
"Nad, tunggu, ada yang mau aku bicarakan." Kata Nadya.
"Maaf, aku buru-buru." Kataku sambil mencoba melepas tangan Mira dari tanganku.
"Sebentar aja, Nad." Mira mencoba membujukku.
"Mau ngomong apa sih? Mau ledek aku karena kamu berhasil rebut Roman? Silakan, Mir, aku sudah lupa sama Roman. Nikmati pengkhianat itu sepuasnya!" Kataku. Mira menatapku, dan kulihat dia meneteskan air mata. Saat itu juga, Mira melepaskan tanganku.
Aku merasa bahwa aku sudah bersikap kasar pada Mira. Tapi aku coba nggak peduli. Kalau Mira merasa sakit hati karena ucapanku, dia harus tahu bahwa aku merasa lebih sakit hati karena dia sudah merebut Roman. Aku mencoba untuk tidak penasaran dengan apa yang ingin Mira bicarakan.
Sepertinya, Roman memang sudah berpacaran dengan Mira. Nggak tahu kenapa, firasat burukku itu nggak pernah salah.
Akhirnya, dengan rasa pedih di hati. Sepanjang jalan, aku mencoba sekuatnya untuk memotivasi diriku sendiri agar bisa melupakan Roman secepatnya. Ternyata, selama ini aku terlalu berharap lebih pada Roman. Aku nggak begitu memberikan kenyamanan untuk Roman. Kenyataannya, ada orang lain yang lebih mampu membuat Roman jatuh hati.
Aku memang merasa sangat kehilangan, tapi aku berhasil menahan air mataku agar nggak terbuang percuma.
Kurasa, Mira sangat mencintai Roman, begitupun sebaliknya. Mira terlihat sangat cocok untuk Roman, wanita yang santai, pandai bergaul.
Ada pedih dalam perasaan ini, ingin sekali kucurahkan isinya. Aku harus curhat ke siapa ya? Sepertinya, Jordan bisa membantu. Jordan pasti tahu banyak tentang Roman.
Aku langsung telpon Jordan, untuk mengetahui keberadaannya dimana sekarang.
"Halo." Kusapa.
"Iya, kenapa Nad?" Tanya Jordan.
"Lagi dimana? Bisa ketemu?" Kutanya.
"Di rumah Ria nih, kesini aja."
"Oh, okay, aku jalan sekarang." Kataku lalu menutup telponnya.
Kebetulan banget, Jordan lagi di rumah Ria. Tanpa berlama-lama, akupun segera menuju kesana. Aku bisa langsung curhat pada Ria juga.

***

Setibanya disana, aku sudah bisa melihat Jordan dan Ria sedang berduaan di teras rumah. Aku langsung menghampiri mereka.
"Hey." Kusapa mereka.
"Hey, kamu kok lesu gitu Nad? Kenapa?" Tanya Ria. Lalu dia bergeser untuk memberiku tempat duduk.
"Lagi badmood aja." Kujawab.
"Tadi, minta ketemu, ada apa Nad?" Tanya Jordan.
"Aku mau banyak nanya, tentang Roman, boleh?" Kataku.
"Oh, boleh sih, tapi nggak semua juga aku tahu." Kata Jordan.
"Kalian tahu kalau aku sudah putus dari Roman?" Kutanya Ria dan Jordan.
"Iya, kita tahu." Jawab Jordan.
"Kalian tahu penyebabnya?" Kutanya lagi.
"Ng... kita nggak tahu, Nad." Jawab Jordan gagap.
"Dia pacaran sama Mira kan?" Kutanya.
Saat itu, Jordan nggak langsung menjawab, tapi dia malah saling tatap dengan Ria. Aku yakin ada banyak yang Jordan tahu tentang Roman.
"Jawab Dan, aku udah nggak akan ngelakuin apapun buat Roman, pengen tahu aja, biar gampang aku lepasin dia." Kataku.
"Iya Nad, dia pacaran sama Mira." Jawab Jordan.
"Sejak kapan?"
"Dua bulan lalu." Jordan langsung menutup mulutnya dengan dua tangannya. Dia seperti merasa salah bicara.
"Dua bulan? Jadi, pas dia masih pacaran sama aku, dia pacaran sama Mira juga? Jadi, dia menduakan Mira?" Kutanya kaget.
"Kurang lebih seperti itu sih, Nad." Kata Jordan. Sepertinya, Jordan merasa keberatan menjawab pertanyaanku. Saat itu, Ria diam saja menyimak perbincangan kami berdua. Ria nggak terlihat kaget, sepertinya dia sudah tahu sejak lama.
"Ria? Kamu tahu juga?" Kutanya Ria. Ria hanya menundukkan kepalanya dan nggak mau natap aku. "Kok tega sih kamu?!" Kutanya lagi Ria.
"Bukan bermaksud gitu, Nad, aku nggak mau aja ikut campur urusan orang lain" Kata Ria.
"Terus, kamu tega ngelihat aku dimainin cowok gitu aja?! Aku itu sahabat kamu, Ria! Kenapa kamu lebih belain orang lain? Nggak nyangka kamu kaya gitu." Kataku kecewa.
"Nad, maaf, iya, Ria memang tahu, aku yang minta dia buat nggak cerita ke kamu. Kalau kamu mau marah, ke aku aja." Kataku.
"Gampang banget kecuci ya otak kamu?! Segitu cepetnya nurut sama pacar kamu!" Kataku pada Ria.
"Nad, maaf Nad." Kata Ria memohon. Dia mencoba memelukku, tapi kulepaskan.
"Ternyata bukan hanya Roman yang mengkhianati aku, tapi kalian berdua juga sama!" Kataku. Aku langsung angkat kaki dan segera pergi dari rumah Ria.
Sumpah, aku merasa sangat sakit hati pada semua orang. Nggak ada satupun yang berpihak padaku. Bukan hanya Roman dan Mira yang merusak kebahagiaanku, tapi Ria dan Jordan pun ikut berperan. Aku nggak tahu apa salahku pada mereka semua.
Aku nggak nyangka, ternyata selama ini aku bukan satu-satunya untuk Roman. Ternyata, Roman sudah berpacaran sejak lama dengan Mira. Aku nggak sadar bahwa aku bisa sebodoh ini.
Aku pulang dalam keadaan menangis. Aku benar-benar nggak nyangka hidupku akan menjadi seperti ini. Kebahagiaanku sudah benar-benar hancur. Ini pertama kalinya aku merasa patah hati separah ini, aku nggak tahu apa yang bisa mengobati luka yang tak nampak ini.
Kuharap, kepedihanku hanya sampai hari ini. Semoga esok hari nggak ada lagi kepedihan baru untukku. Aku ingin bahagia, dan aku berhak bahagia, dengan, ataupun tanpa Roman.

Tentang Seseorang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang