Malaikat Pelindungku

667 51 0
                                    


Sudah tiga hari hubunganku dengan Raga berjalan. Aku bersyukur karena sejauh ini, Raga nggak bersikap kurang ajar lagi padaku. Setelah resmi berpacaran, Raga jadi bersikap lembut padaku. Tapi, aku tetap nggak merasakan kenyamanan dibalik hubungan ini, aku hanya bisa memberi senyum-senyum kecil untuk Raga, dan itu hanyalah senyum palsu.
Ria dan Jordan sudah tahu tentang hubunganku dengan Raga yang sudah resmi pacaran. Mereka terlihat merasa iba padaku, Jordan terus meminta maaf karena dia merasa nggak mampu melindungiku, sedangkan Ria hanya berpesan agar aku terus hati-hati sama Raga. Aku terap berterimakasih pada mereka berdua, karena mereka sudah membantuku lebih dari cukup. Sisanya, biar jadi urusanku, aku nggak suka terus merepotkan banyak orang.
"Roman tahu nggak sih?" Tanya Ria pada Jordan. Aku merasa aneh pada Ria, dia selalu melibatkan Roman di setiap masalahku, padahal kan Roman sudah melangkah jauh dari kehidupanku.
"Sebaiknya Roman nggak tahu, dia udah nampung banyak masalah di hidupnya." Kata Jordan.
"Masalah? Roman punya masalah apa? Kukira dia baik-baik saja." Kataku.
"Masalah pribadi dia sih, aku juga nggak tahu pasti." Kata Jordan. Kurasa, Jordan tahu sesuatu tentang Roman, tapi dia menyembunyikannya. Aku juga belum ada rasa ingin tahu tentang masalah Roman, pikiranku sudah dipenuhi kerumitan.

***

Pulang kuliah, aku akan pulang diantar Raga dengan mobilnya. Tapi, saat itu, Raga nggak langsung mengajakku pulang, tapi kami jalan-jalan dulu ke mall. Kami nonton, makan, dan belanja bersama. Nggak perlu tanya apa aku bahagia atau nggak, semua orang pasti tahu jawabannya.
Aku dan Raga baru selesai jalan-jalan, dan sekarang sudah jam sebelas malam. Untungnya, tadi aku sudah ijin lada Ibu lewat telpon. Aku senang karena akan segera diantar pulang.
Saat perjalanan menuju rumahku, tiba-tiba ada sebuah mobil yang menyalip dan memperlambat lajunya sebagai isyarat untuk Raga agar ia menepi.
"Eh, apaan sih ini?!" Kata Raga. Lalu dia keluar dari mobilnya. Dan kulihat juga beberapa orang keluar dari mobil itu. Aku bisa lihat siapa saja mereka, mereka adalah Roman, Ria, dan Jordan. Mengetahui itu, aku langsung ikut turun dari mobil.
"Ngapain lo?!" Kata Raga pada Roman.
"Ternyata lo masih penasaran sama gue." Kata Roman yang saat itu sudah berhadapan dengan Raga. Ria dan Jordan memintaku untuk mendekat ke mereka yang berdiri di samping mobil yang dikendarai Roman.
"Mau lo apa?" Tanya Raga.
"Gue mau lo lepasin Nadya, dan jangan ganggu dia lagi." Kata Roman dengan nada yang santai. Dia berdiri tenang, dengan kedua tangannya yang masuk ke saku celananya.
"Haha, enak banget lo ngomong, nggak bisa, Nadya sekarang pacar gue." Kata Raga.
"Mending lo nurut aja, gue lagi males bikin bonyok orang." Kata Roman.
"Nggak usah sok jago lo."
"Kalau gue emang jago, lo mau apa?" Roman menantang.
Raga sudah emosi, lalu dia mencoba menyerang dengan beberapa pukulan, namun nggak ada satupun yang mengenai sasaran, Roman berhasil menangkisnya.
"Mukul gue aja lo nggak bisa, Ga!" Kata Roman.
Raga mencoba memukul lagi, tapi hasilnya masih sama, Roman mampu menahan semua serangan.
"Lo udah rebut Mira dari gue, dan sekarang lo mau rebut Nadya? Nggak bisa gitu, Man!" Kata Raga. Aku heran, kenapa Raga menyebut nama Mira? Apa Mira yang membuat Raga punya dendam sama Roman?
"Gue nggak rebut Mira ataupun Nadya, itu emang karena nggak ada cewek yang mau sama lo!" Kata Roman.
Raga semakin marah, dia kembali mencoba memukul Roman. Kali ini, Roman bukan hanya bertahan, tapi dia nyerang balik. Dengan beberapa pukulan yang tepat sasaran, Raga terjatuh.
"Lo nggak perlu buang tenaga buat lawan gue, lo belum mampu." Kata Roman.
Raga bangkit dan menyerang lagi, Roman juga terlihat semakin marah. Roman menghajar Raga habis-habisan, bahkan ketika Raga sudah terjatuh, Roman masih terus menghajarnya. Raga hampir nggak bergerak, dia benar-benar dibuat terkapar, dan Roman masih terus menghajar ke arah kepalanya. Kurasa ini cukup, aku harus melerainya.
"Roman, udah cukup!" Kataku sambil mencoba menariknya. Tapi Roman seperti belum puas.
Jordan dan Ria ikut membantu menarik Roman, tapi kami masih kesulitan. Aku terus berusaha melerai, sampai akhirnya aku juga terkena pukulan di kepalaku. Dan saat itu Roman berhenti menghajar Raga.
"Udah, Roman, cukup!" Kataku lalu memeluknya sambil menangis.
Roman mulai sedikit tenang, aku masih memeluknya, sampai aku lupa bahwa Roman bukanlah milikku, tapi milik Mira.
"Aku anterin kamu pulang." Kata Roman. Aku mengangguk.
Aku masuk ke mobil Roman, dan disitu aku baru tahu bahwa Roman ternyata sudah bisa menyetir mobil. Aku meninggalkan Raga yang terkapar di tengah jalan. Dia terlihat sangat hancur! Tapi aku nggak peduli.
Di perjalanan, hampir nggak ada satu orang pun yang berbicara. Semua masih membisu sejak perkelahian tadi. Aku mencoba memecah keheningan ini.
"Kenapa kalian tahu aku lagi bareng Raga?" Kutanya semuanya.
"Kita semua nyari kamu dari tadi, ada yang khawatir banget tuh sama kamu." Kata Ria.
"Hah? Siapa?" Kutanya.
"Pake nanya, itu lah, yang lagi nyetir." Kata Jordan.
"Apaan sih? Mau kuhajar juga kamu Dan?" Kata Roman pada Jordan.
"Kok kamu jadi galak gitu sih?" Kataku pada Roman.
"Nah, mampus dimarahin Nadya." Kata Jordan mengejek.
Aku senyum-senyum saja melihat Roman, dia terlihat masih marah, tapi lucu. Saat itu, aku benar-benar lupa tentang sakit hatiku pad Roman, dan aku seperti nggak sadar bahwa Roman milik Mira. Yang kurasa, malam itu Roman adalah milikku, malaikat pelindungku.
"Kamu, Dan! Kenapa baru bilang kalau Raga gangguin Nadya?" Tanya Roman agak menyentak.
"Iya, maaf bos, aku kan takut bos lagi sibuk." Kata Jordan.
"Kamu juga, kenapa nggak bilang?" Roman bertanya padaku.
"Emang aku siapanya kamu? Kamu siapanya aku?" Kataku. Seketika semua diam dan hening.
Sebenarnya, ada banyak pertanyaan di benakku ini, apalagi tentang Raga yang tadi berkata bahwa Roman telah merebut Mira darinya. Tapi, kurasa sekarang bukan saat yang tepat untuk menanyakan itu. Yang harus kulakukan sekarang, yaitu mencairkan suasana, seisi mobil sepertinya tegang semua.
"Sejak kapan kamu bisa nyetir mobil?" Kutanya Roman.
"Dari dulu juga bisa, pura-pura aja bilang nggak bisa." Jawab Roman.
"Oh, iya deh iya, aku pura-pura percaya aja." Kataku sedikit tertawa.
"Di ajarin apa sih sama si Raga? Kok kamu jadi nyebelin?" Kata Roman.
"Ada yang cemburu nih." Celetuk Jordan.
"Berisik, Dan!"
Jordan tertawa, aku juga. Entahlah, malam itu aku merasa bahagia ada Roman disini. Roman yang membuat hatiku hancur lebur, tapi selalu saja bisa membuatku senyum dengan tindakannya. Dia sudah menyelamatkanku dari Raga, aku sangat yakin bahwa Raga nggak akan berani ganggu aku lagi. Harapanku benar-benar terwujud, Roman datang sebagai pelindungku.
Nggak kerasa, kami semua sudah tiba di depan rumahku.
"Udah, masuk kamu, istirahat." Kata Roman.
"Kalian nggak akan mampir dulu?" Kutanya.
"Udah malem, buruan balik." Kata Roman.
"Ih, bawel banget sih." Kataku.
"Kalau ada apa-apa tuh kabarin." Kata Roman. Sebelum aku turun dari mobil, aku dan Roman saling tatap.
"Makasih ya, Roman." Kataku. Roman hanya tersenyum, lalu aku masuk ke rumah, dan mereka pergi.
Aku langsung merebahkan tubuhku di kasur, sambil tersenyum mengingat apa yang dilakukan Roman hari ini. Aku nggak peduli dia sayang aku atau pun nggak, yang pasti, dia sudah menjadi malaikat pelindungku.
Sejak malam itu, entah kenapa aku merasa bahwa hatiku akan selalu terbuka untuk Roman. Aku menyerah untuk bisa membenci Roman, tapi bukan berarti aku sangat berharap bisa kembali bersamanya.
Masih banyak tanya yang belum terjawab, seperti cara Ria yang selalu menilai Roman itu baik, juga tentang Raga yang berkata bahwa Roman merebut Mira darinya. Tentang perasaan Roman, nggak mungkin kalau dia nggak menyayangiku. Kalau dia nggak sayang aku, dia nggak akan buang tenaganya untuk mencariku, dan memaksa Raga untuk berhenti menggangguku.
Biarlah waktu yang menjawab semua tanya ini.

Tentang Seseorang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang