Epilog

1.3K 59 6
                                    

Empat puluh hari setelah kepergian Mira, aku dan Roman berziarah ke makamnya Mira. Kali ini, Roman nggak terlalu terlihat bersedih. Roman lebih banyak tersenyum bahagia, dan kurasa Roman memang berniat membagi kebahagiaannya untuk Mira. Aku dan Roman menabur bunga dan mengirim doa untuk Mira.
"Mira, sayang, ada Nadya disini. Tahu kenapa dia kuajak kesini? Karena ternyata bukan hanya aku yang merindukanmu, Nadya juga. Tenang disana sayang, aku tahu kamu pasti bahagia di Surga-Nya." Kata Roman.
Aku senang melihat Roman seperti ini, bukan karena Mira yang sudah tiada lalu membuat Roman kini hanya bersamaku. Tapi, aku bahagia karena nggak ada lagi tangisan dan air mata. Roman selalu tersenyum bahagia karena aku, sesuai dengan yang kujanjikan pada Mira sebelum dia pergi. Tapi, tanpa harus aku berjanji pada Mira, aku memang akan melakukan ini. Aku juga seperti Roman, menyayanginya tanpa karena, dan tanpa dipengaruhi siapapun.
Setelah itu, Roman berdiri menghadapku, dan kami berhadapan didepan makamnya Mira.
"Mungkin, sekarang waktunya." Kata Roman.
"Waktunya apa?" Kutanya. Tiba-tiba Roman berlutut di hadapanku sambil menggenggam kedua tanganku.
"Waktunya kita buka lembaran baru. Nad, kita sudah tahu perasaan kita seperti apa. Aku ingin kita memulai hubungan lagi, tapi aku ingin sesuatu yang beda, aku nggak mau hubungan ini betakhir seperti kemarin. Aku sayang kamu, Nad, selalu sayang." Kata Roman.
"Perasaan kita selalu sama, Roman, aku pun selalu sayang kamu." Kataku.
"Kita, pacaran lagi?" Kata Roman yang saat itu langsung berdiri dan menunjukkan jari kelingkingnya. Kali ini, Roman nggak perlu mabuk untuk menembakku.
"Iya, sayang." Kataku. Aku meraih kelingkingnya, dengan kelingkingku juga.
Aku memeluk Roman seerat mungkin. Memang, rencana Tuhan itu selalu indah. Musibah, dan kehancuran yang selama ini terjadi di hidupku hanyalah suatu cara yang Tuhan lakukan untuk membuatku menjadi manusia yang lebih sabar dan tangguh. Dan sepertinya, aku sudah lulus dalam ujian itu, lalu aku dihadiahi Tuhan atas kelulusan itu. Kembalinya Roman ke pelukanku adalah hadiah terindah.
"Mira pasti bahagia melihat kita seperti ini." Kata Roman. Aku tersenyum setuju. Hari ini, tepat empat puluh hari setelah kepergian Mira, aku dan Roman memutuskan untuk kembali membentuk suatu ikatan. Semoga, ikatan ini nggak lagi terlepas.

***

Hubunganku dengan Roman terus berjalan baik. Kami selalu saling sayang, kami selalu mesra, meski terkadang kami marahan hanya karena masalah kecil. Tapi, kami mampu bisa melewati itu semua. Sampai saat ini, hubungan kami sudah berjalan dua tahun. Nggak kerasa, waktu berjalan begitu cepat.
Aku dan Roman menulis sebuah buku tentang perjalanan kisah cinta kami. Buku itu sudah terbit dan dalam waktu cepat bisa menjadi buku best seller. Roman memang selalu hebat. Tanpa dia, aku nggak akan pernah merasakan bagaimana rasanya melihat namaku ada dalam sebuah buku.
Oh, iya, tentang Ria dan Jordan. Mereka sudah mendahului aku dan Roman. Enam bulan lalu, mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Banyak yang bilang, kalau Ria itu hamil duluan. Tapi, semua gosip itu salah, karena sampai saat perut Ria tidak kunjung membesar, karena memang dia tidak hamil.
Di pesta pernikahan Ria dan Jordan, Roman sempat nyanyi satu lagu di panggung hiburan. Setelah dia nyanyi, dia berkata pada seluruh tamu disana bahwa dia akan segera menikahiku juga. Roman benar-benar menunjukku, dan menyebut namaku di hadapan semua tamu yang seketika membuat mereka langsung menatapku dan memberi tepuk tangan. Aku memang malu saat itu, tapi aku senang mendengar niat Roman untuk segera menikahiku.
Saat kuliah menginjak tahun terakhir, Roman resmi diangkat menjadi direktur perusahaan. Pamannya sudah cukup tua dan mulai sakit-sakitan. Jadi, beliau memutuskan untuk pensiun. Roman nggak langsung ditunjuk untuk menjadi direktur. Roman tetap diuji dan diseleksi terlebih dahulu. Roman terpilih karena dia dinilai mampu melanjutkan perusahaannya.
Kukira, jabatan Roman sebagai direktur akan membuat Roman meninggalkan kuliahnya. Tapi, lagi-lagi aku salah, Roman terus berjuang dan dia mampu menyelesaikan kuliahnya sampai akhirnya dia bergelar sarjana. Sekarang, aku dan Roman sudah bergelar sarjana.
Setelah kuliah selesai, Roman mengajakku untuk pergi ke Spanyol! Aku jadi ingat tentang cita-citanya yang ingin melamarku di Spanyol, sambil nonton Real Madrid. Dan benar saja, Roman memang melamarku di Santiago Bernabeu, sesaat setelah pertandingan Real Madrid melawan Valencia selesai. Aku sungguh bahagia.
Sepulangnya dari spanyol, Roman melamarku lagi, tapi kali ini dia membawa keluarganya dan melamarku langsung di depan orang tuaku. Dengan senang hati, Ayah dan Ibuku merestui, dan mereka langsung meminta agar aku dan Roman segera mempersiapkan acara pernikahan yang harus dilaksanakan dua bulan lagi. Aku dan Roman setuju dan siap.
Aku dan Roman terus disibukkan persiapan pernikahan. Mulai dari tempat, baju pernikahan, dan lain-lainnya. Oh, iya, aku dan Roman melaksanakan foto pre-wedding di Kepulauan Seribu. Moment itu bagiku sangat romantis.
Waktunya pun tiba, aku dan Roman melangsungkan pernikahan di salah satu hotel di Jakarta. Acara begitu meriah, dan dihadiri banyak tamu. Stef, dan Raga juga hadir menyaksikan kebahagiaanku dengan Roman. Tapi, sekarang mereka sudah berhubungan baik dengan Roman. Ada satu tamu spesial lainnya, dia adalah Dilla. Dilla juga datang bersama suami dan anaknya. Aku baru tahu kalau dia sudah menikah.
Hari pernikahanku, adalah hari yang nggak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Aku masih ingat ketika Roman mengucap: "Saya terima nikahnya, Cut Nadya Gista Maharani binti Hadi Usman Ramadan, dengan mas kawin emas seberat dua puluh gram, dan uang tunai sebesar dua puluh juta rupiah, dibayar tunai." Saat itu, Jordan yang berteriak "Sah!" paling keras di antara saksi lainnya. Dan sejak itu, aku dan Roman resmi menjadi suami istri.
Setelah resmi jadi istrinya Roman, aku tinggal di rumahnya. Aku sedikit sedih karena harus berpisah rumah dari Ayah dan Ibu. Tapi, Ayah dan Ibu terus meyakinkanku bahwa memang itulah yang harus kulakukan. Sekarang, Roman yang bertanggung jawab untukku. Ibu berpesan, agar aku menjadi Istri yang baik, patuh, dan menyayangi sepenuh hati. Aku melaksanakan pesan Ibuku, aku akan mematuhi permintaan Roman yang tidak mengijinkanku untuk bekerja. Aku sih nurut aja, selama itu jadi yang terbaik.
Hidupku berlangsung bahagia, selalu senyum dan tawa yang hadir setiap harinya. Kebahagiaanku semakin lengkap ketika aku dan Roman dianugerahi sepasang anak kembar satu tahun setelah pernikahan. Bayi laki-lakiku, diberi nama Ibrahim Arbani, dan yang perempuan diberi nama Mira Maharani. Mereka terlahir sehat, dan aku sendiri yang melahirkan mereka juga sehat.

***

Aku sudah nggak tahu lagi bagaimana cara menceritakan kebahagiaan hidupku. Jadi, kusudahi ceritanya sampai disini. Cerita tentang seseorang, seseorang yang awalnya membuatku penasaran sampai akhirnya aku jatuh cinta. Seseorang yang mencintaiku tanpa alasan. Seseorang yang benar-benar mengubah hidupku sampai akhirnya aku memiliki seluruh kebahagiaan yang utuh.
Hari ini, suamiku sedang libur, dan dia menyerahkan seluruh waktu luangnya untuk istri dan anak kembarnya. Meski hanya bersantai di rumah, kami selalu bahagia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Seseorang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang