Pengungkapan Roman

721 49 2
                                    


Aku salut pada Roman, dia rela meninggalkan semua kesibukannya hanya untuk menemani Mira di rumah sakit. Katanya, Roman sudah tiga hari nggak masuk kerja. Roman itu, benar-benar penyayang. Mira beruntung, kalaupun umurnya nggak lama lagi, ada Roman disana yang mendampinginya setiap waktu.
Sepulang dari kampus, aku berniat untuk menemui Roman di rumah sakit. Aku khawatir dia kurang istirahat, pola tidur dan pola makannya pasti berantakan. Aku akan membawakan makanan untuknya.
Di rumah sakit, aku melihat Roman sedang duduk di ruang tunggu yang ada di depan ruang rawatnya Mira. Aku langsung menghampirinya.
"Kamu belum makan kan?" Kutanya, lalu aku duduk di sampingnya.
Roman senyum, lalu mengangguk. Wajahnya terlihat lelah. Mungkin karena selama tiga hari ini dia disini menemani Mira. Sungguh, aku semakin jatuh hati pada lelaki ini, melihat sikap tanggung jawabnya yang begitu besar.
"Tapi, hari ini aku lagi manja." Kata Roman. Aku sudah mengerti apa yang diinginkannya. Dia ingin aku menyuapinya.
"Gimana keadaan Mira?" Kutanya Roman sambil lanjut menyuapinya.
"Entahlah, kondisinya semakin lemah, dokter juga hanya bisa memintaku untuk terus berdoa." Jawab Roman.
"Kamu yang sabar ya, aku yakin Mira akan sembuh." Kataku.
"Aamiin, terimakasih, Nad." Kata Roman.
Setelah selesai makan, Roman nggak banyak bicara, dia hanya melamun dengan tatapan kosong. Dia terlihat sangat lelah dengan hati dan pikirannya dipenuhi Mira yang sedang sakit keras.
Aku belum menemukan cara untuk membuat Roman bicara. Setelah beberapa menit hening, akhirnya dia bicara.
"Jauh, jauh sebelum aku kenal kamu, aku sudah berpacaran dengan Mira. Dia itu baik, cantik, mandiri, apapun yang dia lakukan selalu membuatku jatuh hati. Setelah beberapa bulan berpacaran, aku baru tahu bahwa dia menderita penyakit kanker. Sesaat setelah aku tahu tentang penyakitnya, dia memaksaku untuk pergi karena dia merasa nggak bisa memberiku hubungan tanpa masa depan, tapi aku nggak mau. Aku terus membujuk Mira agar mengijinkan aku untuk terus di sampingnya. Aku terus berusaha menenangkan Mira, sampai akhirnya dia sedikit luluh, dia mengijinkanku untuk tetap bersamanya, tapi dengan syarat kalau aku harus menyiapkan pengganti Mira. Sampai akhirnya, aku mengenalmu, Nadya. Hanya kamu, dari sekian banyak wanita yang dekat denganku, hanya kamu yang berhasil mencuri hatiku. Aku bercerita pada Mira tentang semua wanita yang dekat denganku, termasuk kamu. Mira menilai bahwa kamu adalah yang terbaik diantara yang lain, dan dia memintaku untuk memilihmu. Mira punya pemikiran yang sama denganku, tanpa dia harus minta, aku memang sudah jatuh hati dan ingin memilihmu. Aku bukan sedang mencoba untuk menjadi lelaki yang nggak setia, tapi disaat aku belum menyiapkan pengganti Mira, Mira selalu terlihat sedih, marah, bahkan menghindariku, dan ketika aku bisa menjadikan kamu pacarku, Mira bisa kembali ceria. Beberapa waktu lalu, saat kamu mengira bahwa aku mendua, aku nggak bermaksud untuk mengabaikan kamu, bukan bermaksud diam dan enggan menjelaskan. Saat itu, kondisi Mira semakin parah, dia mulai sering keluar masuk rumah sakit, aku sangat sibuk menjaga Mira, hingga aku nggak bisa meluangkan waktu untuk berusaha mencari maaf darimu. Aku juga nggak bermaksud menyembunyikan semua ini, aku hanya nggak mau membuat kamu berada di posisi yang rumit. Aku minta maaf sama kamu, Nad. Aku menyayangimu, tanpa harus diminta siapapun. Maaf jika aku terlalu sering meninggalkanmu, aku hanya minta sedikit waktu untuk Mira. Mira nggak seberuntung kamu, aku menyayangi dia, dan aku juga menyayangi kamu. Egois memang, jika aku menginginkan keduanya. Tapi, untuk sekarang aku nggak bisa beranjak dari sisinya."
Aku benar-benar tersentuh dengan pengungkapan seluruh perasaan Roman. Aku nggak pernah menyangka, Roman yang katanya anak bengal dari Bandung, tukang bikin rusuh, tukang ribut, ternyata punya banyak hal yang disembunyikan dibalik semua cerita kelamnya itu. Wajah lelah itu, menyimpan banyak kasih sayang untuk orang-orang di dekatnya, termasuk aku. Aku salah menilai Roman, dulu aku benar-benar mengira bahwa dia hanyalah seorang pengkhianat, tapi ternyata dia itu adalah malaikat berwujud manusia, yang di uji Tuhan dengan cara menyimpannya di posisi seperti ini.
Aku sangat mengerti jika Roman memang nggak mampu memberi waktunya untukku. Andai Mira bisa sembuh dan berumur panjang, aku akan merelakan Roman untuk Mira demi kebahagiaan mereka. Tapi, untuk sekarang, aku hanya ingin mencoba menghibur dan mendukung Roman dengan cara aku harus ada disampingnya.
"Waktu kita ke puncak, kamu tahu kenapa Mira ada disana? Karena memang dia yang sebenarnya membuat acara ke puncak itu. Bukan untukku, atau teman-temanku, tapi untuk kamu. Mira ingin menatap wajah cantikmu secara langsung. Tapi, kamu malah bersikap seperti waktu itu. Lalu, keesokan harinya, aku tahu kamu baca chat bbm aku dengan Mira, dan memperbincangkan tentang sikap kamu saat di Puncak. Kamu tahu kenapa? Itu karena Mira ingin aku merubahmu, dan dia nggak bermaksud menjelekkanmu. Bahkan, di saat Mira melihat sikapmu waktu itu, dia tetap percaya bahwa kamu akan jadi yang terbaik untukku. Mira melihat, dibalik sikapmu waktu itu, ada rasa cinta yang begitu besar untukku." Roman bercerita panjang lebar. Aku hanya terus menyimak.
Mengetahui kenyataannya seperti itu, aku merasa bersalah pada Roman dan juga Mira. Andai aku tahu, sudah pasti aku tidak akan bersikap seperti itu.
"Waktu aku ulang tahun, aku bukan bermaksud untuk tidak memberitahumu. Tapi, waktu itu aku hanya ingin bersama Mira sepanjang hari di ulang tahunku. Aku takut, itu adalah ulang tahun terakhirku bersama Mira. Saat itu, Mira juga bertanya tentangmu, tapi aku bilang bahwa kamu sibuk dan nggak bisa hadir. Kamu boleh menganggap itu salah, maafkan aku." Kata Roman.
"Aku ngerti posisi kamu, jangan terlalu menyalahkan diri." Kataku.
"Dan maaf, aku berbohong padamu. Aku pindah ke Bogor bukan karena permintaan direktur. Tapi, aku ingin punya lebih banyak waktu untuk Mira. Saat itu, kondisi kesehatannya terus menurun. Maafkan aku."
"Aku sudah melupakan semua rasa sakitku. Bagiku, sekarang yang terpenting adalah kesembuhan Mira, dan aku nggak mau lihat kamu sedih lagi seperti ini." Kataku. Aku menggenggam kedua tangannya.
"Terimakasih, Nad, kamu memang baik. Tapi, kamu perlu tahu semuanya. Waktu kamu marah dan putusin aku, aku mencoba menyembunyikan semua itu dari Mira. Tapi, aku gagal, karena Mira tahu bahwa aku sudah putus denganmu. Dia marah, sangat marah. Itulah sebabnya kenapa dia selalu ingin berbicara empat mata denganmu. Mira ingin menceritakan semuanya padamu, tapi aku hadang karena aku merasa saat itu bukanlah waktu yang tepat." Kata Roman.
"Cukup, Roman! Apapun yang selama ini terjadi, aku sudah mengerti!" Kataku.
"Jangan sampai kamu berpikiran bahwa aku menyayangimu hanya karena permintaan Mira. Itu sangat salah, aku menyayangimu tanpa alasan, dan tanpa pengaruh siapapun."
"Iya, sudah, aku percaya kamu."
"Aku sayang kamu, Nad."
Roman terus mengutarakan isi hatinya, menceritakan semua yang selama ini terjadi. Dia terus bicara saat aku memintanya untuk berhentu membahas itu. Aku nggak mau dia sedih, dan aku nggak mau dia terus merasa bersalah. Aku percaya dia menyayangiku, tanpa harus diminta siapapun.
Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Boleh aku lihat sedikit senyummu?" Kataku meminta. Roman lalu menatapku, dan dia tetap mencoba tersenyum, meski itu terlihat berat.
"Kamu cantik sekali hari ini, Nad." Kata Roman.
"Masih bisa gombal juga ya kamu?" Kataku.
"Apapun yang terjadi, jangan pernah tinggalin aku ya." Kata Roman.
"Aku nggak akan tinggalin kamu, Man." Kataku.
Saat itu, Roman mulai bisa tersenyum lepas. Aku senang melihatnya seperti itu. Berarti, aku bisa cukup berperan untuk membuat Roman tersenyum.
Aku jadi kepikiran yang dibilang Mira kalau Roman ingin melamarku di Spanyol. Kayanya seru, kalau aku godain Roman.
"Aku lagi nabung." Kataku.
"Nabung? Buat?" Tanya Roman.
"Aku ingin liburan ke Spanyol." Kataku.
"Dih, gaya banget, liburan mesti ke Spanyol."
"Mau nonton Real Madrid." Kataku.
"Real Madrid? Sejak kapan kamu suka sepak bola?" Roman masih belum menyadari maksudku.
"Bukan untuk nonton bolanya saja sih, tapi ada cowok yang mau lamar aku di stadionnya, di Santiago Bernabeu." Kataku. Aku sedang menahan diri untuk tidak tertawa.
"Ih, Mira cerita sama kamu?" Roman baru menyadari apa maksudku, lalu dia menggelitiki perutku. Aku tahu kalau dia sedang merasa malu, dia menyembunyikan wajahnya di bahuku. Aku dan Roman tertawa bahagia, seakan kami lupa bahwa kami sedang di rumah sakit.
"Ciye, mau lamar aku." Kataku terus menggodanya.
"Aku sayang kamu, Nad." Kata Roman, dia menatapku, lalu aku menyandarkan kepalaku di bahunya Roman.
"Aku pun begitu." Kataku. Lalu kami berdua kembali hening, seakan menikmati kebersamaan yang menenangkan ini.
Aku hampir lupa, kalau di dalam ruangan ada Mira yang sedang terbaring lemah, sedangkan aku malah bersenang-senang dengan lelakinya disini. Aku merasa sangat bersalah.
Setelah kurasa cukup untuk menghibur Roman, aku pun pamit pulang pada. Sebelum pulang, aku melihat Mira sebentar, dia masih tertidur. Saat itu, Roman mengucpkan kalimat sayang lagi untukku. Mungkin sudah ribuan kali Roman mengatakan itu, tapi rasanya aku nggak pernah bosan dan selalu senang mendengarnya.
Dari pertemuanku dengan Roman malam ini, aku jadi tahu semuanya. Ternyata, nggak ada satupun orang yang mencoba menyakitiku. Roman benar, aku adalah wanita yang beruntung karena begitu banyak orang yang menyayangiku. Aku terlalu cepat menilai sesuatu, dan itu akan kujadikan pelajaran untukky agar bisa jadi lebih baik lagi.
Malam ini, aku merasa sangat berguna untuk Roman. Di tengah rasa lelahnya, aku bisa menghibur dia, membuat dia tertawa. Dan aku jadi lebih banyak tahu tentang Roman dari apa yang ia ungkapkan tadi. Roman benar-benar mengungkapkan seluruh isi hatinya tadi, aku jadi merasa tenang, dan tentunya aku semakin jatuh hati padanya. Tapi, saat ini aku nggak bisa terlalu berbahagia, ada Mira yang harus kuhargai perasaannya.
Terimakasih untuk segelintir tawa di malam ini, Roman, Romanku.

Tentang Seseorang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang