Hari ini adalah hari minggu, tetapi minggu ini tidak secerah minggu minggu kemarin karena diluar sedang hujan lebat.
Famela memandangi air air hujan yang turun membasahi bumi dari dalam kamarnya. Famela nampak asik dengan aktivitasnya itu sampai sampai ia tidak menyadari bahwa ada Tristan yang masuk kekamarnya.
Famela nampak terkejut saat tangan kekar melingkari pinggangnya, ia berusaha melepaskan lilitan tersebut tapi hasilnya nihil lilitan itu tak kunjung kunjung lepas.
"Lepasin" kata Famela.
"Kamu sedang apa?" tanya Tristan yang tidak menghiraukan perkataan Famela.
"Lihatin hujan" ucap Famel, ia membiarkan tangan Tristan yang melilit dipinggangnya.
"Kamu mau membuka hati untuk aku gak?" tanya Tristan dengan nada yang lembut.
"Gak tahu" kata Famela ketus.
Tristan melepaskan pelukannya, dan membalikkan tubuh Famela agar berhadapan dengan dirinya. Tristan menatap mata Famela dalam, ia melihat ada raut kesedihan didalam mata indah Famela.
"Kamu beneran gak mau buka hati?" tanya Tristan.
"Akan aku usahakan" ucap Famela ketus.
Tristan menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia yakin bahwa Famela ingin membuka hati untuk dirinya, namun seperti ada sesuatu yang membuat Famela susah membuka hatinya sendiri.
"Kamu bisa cerita dengan kakak, kalau kamu punya masalah" kata Tristan tulus.
Ia melihat perubahan mimik wajah Famela yang awalnya ketus dan cuek menjadi Famela yang rapuh. Tristan menatap mata Famela, hanya ada kesedihan yang terpancar dari matanya.
"Hiks hiks a aku...." ucap Famela sambil menangis karena mengingat kejadian yang dulu pernah dialaminya.
"Kamu mau cerita sama kakak?" tanya Tristan sambil menggiring tubuh Famela kesofa yang tak jauh dari balkon.
"Aku trauma hiks hiks" kata Famela.
"Kenapa?" tanya Tristan.
"Aku gak mau hiks cerita sekarang. Sakit! Benar benar sakit hiks hiks hiks" kata Famela sambil memukul mukul dadanya, Tristan yang melihat Famela seperti itu lantas memeluk tubuh mungil tunangannya dan mengusap punggungnya dengan lembut.
"Jika kamu sudah siap, kamu cerita sama kakak" kata Tristan, Famela hanya mengangguk.
Famela merasa nyaman saat Tristan memeluk dirinya, ia merasakan kehangatan, kesejukan, dan ketenangan. Saat Tristan melepaskan pelukannya, ada rasa tak rela dan tak ingin melepaskan pelukan tersebut pada dirinya. Entah apa yang terjadi pada Famela saat ini, namun ia benar benar nyaman saat bersama Tristan. Famela tak menyadari bahwa dirinya sudah mencintai Tristan, kebencian yang ada didalam dirinya sekarang berubah menjadi rasa cinta yang teramat dalam. Dinding yang dibangun oleh Famela sejak lama, sudah diruntuhkan oleh Tristan dengan gampangnya. Ia tak yakin kepada dirinya sendiri, apakah ia membenci laki laki itu? Atau bahkan ia mencintainya? Ia benar benar tak bisa membedakan kedua rasa tersebut karena cinta dan benci adalah sebuah rasa yang tak mudah dibedakan.
Tristan menguraikan pelukannya dan menatap Famela yang masih sesegukan. Ia berinisiatif untuk mengambilkannya air putih yang ada dinakas lalu memberikannya kepada Famela.
"Sudah tenangan?" tanya Tristan.
"Makasih" kata Famela, Tristan hanya mengangguk dan mengambil cangkir yang sudah kosong tersebut lalu menaruhnya kembali kenakas.
Beberapa saat kemudian Jackson masuk kedalam kamar Famela tanpa mengetuk pintu.
"Eh maaf, gak tahu kalau timingnya lagi gak pas hehehe" kata Jackson sambil cengengesan lalu menutup pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You
Teen Fiction#193 dalam TEENFICTION - 17 November 2017 #324 dalam TEENFICTION - 16 November 2017 Famela gadis cantik tetapi kelakuan tomboy yang baru berusia 17 tahun dan masih kelas 3 SMA ini, akan dijodohkan dengan laki laki tampan yang sekarang adalah CEO dar...