Part 6

3.2K 142 3
                                    

Setelah beberapa hari dari ulang tahun Famela, Tristan terus menerus membuat Famela bahagia. Saat ini mereka sedang makan dengan menggunakan baju couple yang diberikan oleh Tristan kemarin.

"Tristan?" tanya seseorang, dari suaranya yang terdengar seperti seorang perempuan.

Tristanpun mendongakkan kepalanya, dan menatap terkejut perempuan yang sekarang berdiri disampingnya. Famela yang sedari tadi menikmati makanannya lantas menatap perempuan itu dengan tatapan tajam.

"Ngapaian lo kesini?" ujar Tristan dengan nada tidak sukanya.

"Aku mau nemuin kamu" ucap perempuan tersebut dengan suara yang dibuat menggoda.

"Issh siapa wanita ini, baju aja kurang bahan kalau dia gak punya duit gue beliin aja sekalian sama tokoh bajunya" gumam Famela.

"Oh sama siapa ini Tris?" tanya perempuan tersebut lalu duduk disebelah Tristan.

"Pergi" usir Tristan dengan nada yang dingin dan tatapan datar.

"Iihh aku baru datang dari London, masak udah diusir" ucap perempuan tersebut.

"Kalo tunangan gue bilang pergi ya pergi" kata Famela dengan geram.

"Heh lo itu siapanya Tristan sih? Sewot amat jadi orang" kata perempuan itu.

"Vanessa dengerin gue ya. Kita itu udah lama banget putus, lo tahu udah berapa tahun?" tanya Tristan dengan nada dinginnya.

"Gak" jawab Perempuan itu yang bernama Vanessa.

"Kita sudah putus dua tahun yang lalu, dan dua tahun juga gue hancur GARA GARA LO BEGO" teriak Tristan dengan penuh amarah.

"Sayang kita pergi" ajak Tristan sambil menarik tangan Famela.

Didalam mobil Tristan terus terusan mengambil nafas lalu membuangnya secara kasar.

"Kak" kata Famela.

"Apa?" kata Tristan dengan nada yang masih emosi.

"Emm aku takut kakak" ucap Famela sambil menunduk.

"Maksud kamu?" tanya Tristan.

"Aku takut kalau kakak lagi marah kayak tadi. Kakak kalau udah emosikan biasanya kakak lampiasin" kata Famela.

"Iya kakak tahu makanya kakak berusaha tahan emosi kakak" ucap Tristan.

"Kita makan es krim aja yuk kak" ajak Famela.

"Emang apa hubungannya dengan es krim?" tanya Tristan.

"Ya biar kakak cepat padam hahahaha" kata Famela sambil tertawa kaku.

"Lucu ya?" tanya Tristan.

"Kenapa kak garing ya lawakannya?" tanya Famela sambil menundukkan kepalanya.

"Garing banget tahu, kalau ini baru gak" kata Tristan lalu mengecup bibir Famela dengan singkat.

"KAKAK MESUM" teriak Famela sambil memukul lengan Tristan, Tristan hanya tertawa melihat ekspresi Famela.

Saat mereka sudah sampai dirumah Famela, Tristan melirik kearah Famela yang sedang tertidur.

Ia mengusap rambut Famela, lalu turun ke kening, pipi, dan yang terakhir adalah bibir. Ditatapnya bibir itu dengan lekat. Tristan mulai mendekatkan wajahnya namun saat sedikit lagi wajahnya bersentuhan dengan wajah Famela, Tristan langsung menjauhkan mukanya dan mengacak acak rambutnya frustasi.

"Aaarggghh bego bego bego! Lo harus tahan tolol tinggal 1 minggu lagi! Lo bisa dibacok oleh mami kalau lo cium nih cewek" kata Tristan, Famela yang mendengar langsung mengerang karena suara Tristan yang mengganggu tidurnya.

"Kenapa kak?" tanya Famela yang melihat Tristan mengjambak rambutnya sendiri.

"Oh itu anu kakak tadi lagi pusing" jawab Tristan.

Famela hanya mengangguk lalu membuka pintu, tapi tangan Famela ditarik oleh Tristan sehingga tubuhnya berpelukan dengan Tristan. Famela berusaha melepaskan tubuhnya dari Tristan tapi naas kekuatan yang dipunya oleh dirinya tak bisa mengalahkan kekuatan Tristan.

"Biarin gini dulu" kata Tristan, Famela hanya mengangguk lalu membalas pelukan Tristan.

"Ehem. Lo udah main peluk aja sama bebeb gue" ucap Jackson.

"Anjir, setan lo ya gangguin gue aja" kata Tristan yang melepaskan pelukannya, dan Famela hanya menunduk karena malu.

"Weh tuan putri napa, nunduk mulu" kata Jackson sambil mencolek pipi Famela.

"Udah udah masuk sana sama kak Jackson" kata Tristan sambil mengangkat dagu Famela.

Famela hanya mengangguk lalu keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah bersama Jackson.

"Syukurlah dia sudah mulai membuka hatinya buat gue" kata Tristan lalu tersenyum. Tristan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, tak lupa senyuman manis terukir diwajah tampannya.

Saat sampai dirumah Tristanlangsung dikejutkan dengan suara papinya.

"Tristan sini" kata Papinya Tristan.

Tristanpun berjalan kearah Tv yang disana sudah ada mami dan papinya, serta ayah dan bundanya Famela.

"Ada apa pi, mi?" tanya Tristan lalu duduk diantara papi dan maminya.

"Begini nak mami, papi, serta ayah dan bundanya Famela ingin pernikahan kalian dipercepat" kata maminya Tristan.

"Tristan ikut aja saran dari mami dan papi ataupun om dan tante, tapi masalahnya...." ucap Tristan yang menggantung kalimatnya.

"Tapi apa?" tanya bundanya Famela.

"Apa Famela mau menikah dengan saya? Sedangkan dia masih SMA" kata Tristan.

"Kamu tenang saja nak Tristan, om dan tante yang akan mengurus tentang Famela" kata ayahnya Famela.

Tristan hanya mengangguk dan tersenyum sangat manis kepada ayah dan bundanya Famela.

"Dan setelah kalian menikah nanti, papi akan mengangkat kamu menjadi CEO diperusahaan papi" kata papinya  Tristan dan hanya diangguki oleh Tristan.

"Pi, Mi, Om, Tante Tristan keatas ya" kata Tristan dan hanya diangguki oleh keluarganya.

Saat dikamar Tristan terus menerus tersenyum karena ia membayangkan dirinya dan Famela yang sedang menikah. Tiba tiba terlintaslah bayangan tentang malam pertamanya dengan Famela, Tristan cepat cepat pergi kekamar mandi lalu membasuh mukanya dengan air.

"Apa yang gue pikirin sih" gumam Tristan.

Tristan keluar dari kamar mandi lalu berjalan kearah meja belajarnya dan memperhatikan sebuah foto yang terpajang disana. Terlihat gadis kecil yang memakai baju seragam SMP, tersenyum sangat lebar dan menampakkan gigi gigi rapinya. Gadis itu adalah Famela, Tristan memfoto Famela secara diam diam lalu mencetaknya dan menaruh disebuah bingkai yang tidak terlalu kecil.

Tristan berfikir bahwa dirinya tidak sesempurna Famela, Famela itu sangat sangat sempurna untuk dirinya yang bahkan tak bisa menjaga emosinya sendiri. Famela anak yang periang, tidak pernah disakiti, walaupun ia sedikit tomboy.

Tristan berbaring di tempat tidurnya lalu berusaha untuk memejamkan matanya, namun pikirannya selalu kepada Famela, Famela dan Famela. Tristan sendiri tak tahu sejak kapan ia menyukai gadis kecil yang membuat dirinya menjadi gila sejak dulu.

Beberapa saat ia selalu memikirkan Famela sampai akhirnya ia tertidur lelap dengan senyum yang mengembang.

TBC

Hola all.... Sorry ya 1 bulan kemarin gak up dikarenakan ada urusan keluarga..... Jangan lupa Vote and Commentnya ya

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang