Chapter 5. Kelas Mantra (Revisi)

4.7K 636 166
                                    

"Sepertinya Hingher Ground memiliki pasangan baru," seru Baekhyun yang melihat kedatangan Chanyeol bersama Irene entah dari mana, keduanya terlihat begitu dekat berjalan beriringan. Anak anak di asrama Salamander berebut melihat pemandangan langka itu lalu sebagian dari mereka bersiul menggoda.

Chanyeol acuh saja, ia mengantar Irene menuju asrama Neutral hingga sampai di depan kamar dan kebetulan Joy sudah berdiri disana menunggu dengan melipat kedua tangan bosan.

"Terima kasih Chanyeol ssi," Irene membuka pintu kamar dan langsung menutupnya. Ia tidak mau ada orang lain yang mengganggunya dan ia butuh waktu untuk menenangkan diri.

"Aku menemukannya berada di bukit berbintang sedang menangis seorang diri," beritahu Chanyeol dengan melemparkan tatapan seolah menyalahkan Joy yang lengah mengawasi keberadaan sahabatnya. "Kan sudah kubilang untuk mengingatkan sahabatmu itu agar ia tidak berkeliaran sendiri, Faroe itu berbahaya, kau tahu?"

"Kau kan seorang leader, kenapa harus aku yang mengingatkannya? Kau pikir aku security-nya?" dua mata Joy membelalak, ia tidak terima Chanyeol menyudutkannya.

"Maksudku...," Chanyeol menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. "Kalian kan sesama wanita jadi akan lebih mudah untuk berbicara karena aku sebenarnya agak sungkan menghadapi kalian. Kau juga bisa tanyakan kenapa ia menangis disana."

Dari yang semula membelalak, kini mata Joy berubah menyipit, "sejak kapan kau begitu memperdulikan Irene?"

"Aish..!" Chanyeol mengetukan buku buku jarinya di kening Joy. "Aku juga akan memperdulikanmu lain kali jika kau menginginkannya. Selamat malam."

"A-apa apaan dia ini, hey!"

Dari dalam kamar, sebenernya Irene bisa mendengar semua obrolan Chanyeol dan Joy. Tapi sungguh, kali ini ia tidak berminat sama sekali untuk membicarakan sesuatu dengan orang lain. Penolakan Sehun yang secara tidak langsung itu berhasil membuat hati Irene pecah berkeping keping. Bagaimana tidak, lelaki yang ia harap bisa memberikan perasaannya justru menyuruh Irene untuk membencinya.

"Dia pikir membenci orang tanpa alasan itu mudah," senyum getir Irene tersungging di bibir dan ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur menatap kosong langit langit kamar, ia lelah untuk menangis.

Jika Irene sedang merenung di dalam kamarnya, Sehun justru masih berada di bukit berbintang duduk terdiam pada sebatang pohon rendah di dalam kegelapan hutan. Kepalanya ia tengadahkan ke atas menyaksikan langit malam yang tidak biasanya kelam. Rasa sesal, rasa benci, rasa sedih dan semua itu beradu menjadi satu di dalam dadanya hingga ingin rasanya Sehun berteriak keras. Ia tahu betul apa yang dirasakan Irene karena jauh sebelum Irene datang, Sehun pun pernah merasakan hal yang sama bahwa ia sekali itu terluka karena mendapat penolakan dari Hyemi. Luka itu sampai sekarang masih terasa dan Sehun menyesal melakukan hal buruk itu pada Irene. Nyatanya cinta memang tidak bisa dipaksakan dan ia harus mengakui itu.

"Disini kau rupanya," Kai mendarat dari sapu terbangnya dan memilih duduk di samping Sehun, batang pohon itu bergoyang goyang karena bebannya semakin berat. "Ada sesuatu? Sepertinya kau tidak baik baik saja."

"Tidak," jawab Sehun berbohong. "Kau sendiri kenapa malam malam berkeliran disini? Tolong jangan katakan kau sedang mencariku karena merasa rindu."

Kai terkekeh sembari memutar mutar gagang sapu terbangnya. "Hanya tidak memiliki sesuatu yang menarik untuk dikerjakan dan tidak menyangka terbang kesana kemari aku justru menemukan laki laki hilang disini."

"Tentang Kle?" Sehun bertanya dengan kerutan disepanjang garis dahinya.

"Ah, gadis itu seperti kupu kupu," Kai merendahkan kedua bahunya dan mendesah berat. "Bersinar cerah, indah, tapi sulit kutangkap."

Higher Ground (Untouchable Man)/ HUNRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang