Chapter 13. Dia dengan Coklat Fantasi

4.1K 596 324
                                    

Aku cemburu pada mereka~ siapa dia~ yang selalu ada bersamamu, di sisimu dan membutuhkanmu.

Hyemi berbalik, kedua tangannya mengerat dan melangkah kembali ke ranjangnya. Sekali itu ia menoleh, melihat kedekatan Sehun dan Irene yang membuat perih di ulu hatinya, menahannya, lalu memutuskan untuk berbaring dalam diam.

-

Sehun duduk berdiam diri menyaksikan Irene tertidur meski sesenggukan tangis gadis itu kadang muncul. Ia tak banyak bicara ketika Sir Junsu maupun Sir Donghae datang menjenguk, menyatakan penyesalan mereka akan kejadian dimana Irene terbang dan terhempas tanpa dapat mereka cegah. Lalu keduanya memutuskan untuk memberikan Irene toleransi tanpa hadir di kelas sapu terbang minggu depan.

Begitu pun Sir Godric yang menengok sembari memberikan beberapa mantra pereda sakit agar Irene bisa tertidur dengan nyenyak.

"Melihatmu disini, sepertinya kau perduli padanya," Sir Godric menatap Sehun dari balik kacamatanya. "Benarkah?"

Sehun celingusan~mengusap belakang tengkuknya~ ia beralasan karena Irene terjatuh di kelasnya dan ia yang membawanya kemari.

"Aku sedang melihat ramalan dalam bola kristal ketika tubuhnya terhempas hampir saja mengenaiku."

"Ramalan?" Sir Godric mengerutkan keningnya.

"Hanya mencoba," sahut Sehun enteng. "Dan aku tidak tahu apakah yang aku lihat itu nyata?"

"Ramalan tidak sepenuhnya benar, ada bayangan yang bisa kita lihat karena kita menginginkannya atau karena kita memiliki sugesti bahwa hal itu mungkin bisa terjadi. Baguskah hasil ramalanmu?" Sir Godric balik bertanya.

Sehun menggeleng lemah, "sebagian adalah hal buruk."

"Kalau begitu jangan percaya," Sir Godric meletakan kedua tangannya di balik punggung, melempar senyuman tipis kepada Sehun sebelum akhirnya berlalu meninggalkan ruang pengobatan.

Sehun mencondongkan tubuhnya ke arah Irene, bibir gadis itu ia sentuh dan diusapnya lembut dengan ibu jari. Ia meyakinkan dirinya bahwa bibir itu lah yang ia cium dalam gambaran bola kristal beberapa jam lalu. Hanya saja, kenapa ia harus sesakit itu ketika menciumnya?

"Kau mau menciumnya di saat ia tertidur?"

Sehun menarik diri dengan gugup melihat Chanyeol tiba tiba sudah ada di dekat tirai, berdiri dengan tatapan menyelidik. Lalu kepala Joy menyembul dari balik punggung lelaki jangkung itu.

"Katakan suka jika memang suka," Joy ikut bersuara dan ia melangkah, membelai wajah Irene, mengabaikan makian Sehun terhadapnya. "Apa yang Madam Hwarang katakan mengenai kondisi Irene?"

"Dia akan cepat sembuh" Sehun menjawab ketus.

"Soal itu aku tahu," Joy menoleh, memutar dua bola matanya jengah.

Chanyeol berdiri mengambil posisi menengahi keduanya yang sepertinya tidak begitu bersahabat.

"Kelas sapu terbang memang cukup berbahaya bagi pemula. Semua mengalami hal buruk ketika pertama kali mencobanya," memandangi wajah Irene, Chanyeol tersenyum. "Entah kenapa dia selalu membuatku geli. Dia cantik tapi terkadang terlihat begitu buruk karena kebodohannya."

"Aku juga cantik," hardik Joy tak mau kalah, ia menepuk nepuk kedua pipinya menunjukkan kulit wajahnya yang mulus seperti porselen.

Chanyeol melirik Joy dari sudut matanya, menilai gadis itu lalu membandingkannya dengan Irene.

"Well...anggap saja begitu, kalian cantik," Chanyeol menyerah.

"Pentingkah membahas kecantikan disini?" Sehun mencela, menatap punggung Joy dan Sehun dari tempat duduknya. "Dia butuh beristirahat dan ini bukan tempat bersembunyi yang tepat dari kencan rahasia kalian berdua," bangkit dari duduknya, Sehun mendorong tubuh keduanya menjauh dari tepian ranjang.

Higher Ground (Untouchable Man)/ HUNRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang