Chapter 22. Laskar Filsufus

3.8K 608 366
                                    

Burung hantu berbulu putih itu terbang rendah mengepakan sayapnya yang indah di sekitar sisi kastil Higher Ground. Kedua kakinya mencengkeram sebuah gulungan perkamen kecil berpita hitam. Ia berputar-putar seolah sedang memamerkan kelihaian terbangnya atau memang tidak tahu kemana ia harus mendarat karena belum ada jendela disana yang terbuka, terkecuali satu, di sebuah asrama Fairy.

Seorang gadis yang baru bangun tidur terlalu pagi di asramanya melihat pemandangan itu dan ia berdiri di depan jendela kamar, melambai pada burung hantu itu. Ia terkejut mendapati burung hantu itu justru terbang ke arah asramanya dan hinggap tepat di permukaan kayu jendela. Ragu-ragu si gadis mengambil gulungan perkamen itu dan membiarkan si burung hantu kembali terbang jauh menembus awan.

Untuk Sir Godric, ia membacanya dalam hati.

Gadis itu tidak pernah merasa seaneh ini kenapa sebuah surat datang pada orang yang salah. Jadi diam-diam ia memberanikan diri membuka ikatan tali itu dan sedikit membaca isinya. Ia tahu perbuatannya lancang namun apa yang ia baca mampu membuat dua bola matanya membulat sempurna. Cepat-cepat ia menggulung perkamen itu kembali dan mengikatnya seperti semula. Ia merutuki si pengirim yang memang bodoh dengan tidak menyegel suratnya.

"Kenapa semuanya menjadi rumit...?"

*****

Chanyeol menerima sebuah surat dari Sir Godric untuk ia serahkan ke Laskar Filsufus yang mana pamannya menjadi ketua disana. Ia sengaja tidak memberitahu Sehun sebelumnya karena Chanyeol merasa pertemuan ini tidak semudah yang akan anak itu bayangkan. Lagipula Sehun pasti sangat menginginkan kalung Irene kembali dan kadang ia tidak berpikir panjang dengan memikirkan resikonya apa yang nantinya akan terjadi.

Berurusan dengan orang-orang barbar tentunya harus dihadapi dengan sabar. Pun begitu saat Chanyeol harus bertanya satu persatu pada orang-orang di kota dimana Laskar itu berada. Sudah dua jam ia mencari kesana kemari dan kini ia berjalan di gang sempit diantara bangunan-bangunan  toko yang kokoh, banyak para penyihir hitam berseliweran disana namun mereka terkesan acuh.

"Hey anak muda, sedang apa kau di sini?" laki-laki tinggi berjenggot tebal itu menghentikan langkah Chanyeol seketika.

"Aku sedang mencari pamanku, Park Junki," jawab Chanyeol datar.

Wajah lelaki dihadapan Chanyeol sedikit berjengit, satu alisnya terangkat sembari melemparkan tatapan menelanjangi dengan melihat Chanyeol dari atas ke bawah, lalu kembali lagi ke atas.

"Anda mengenalnya?" Chanyeol bertanya.

"Dia ada di dalam, "

Chanyeol mengikuti langkah lelaki itu menuju sebuah bangunan tua tak jauh dari tempatnya tadi berdiri. Ia diminta menunggu di depan bersama beberapa lelaki tua yang menatapnya tajam, lalu tak lama lelaki itu meminta Chanyeol untuk masuk.

Ruangan itu memiliki beberapa sekat, ada satu atau dua orang yang sedang duduk menikmati makan siang mereka dan sisanya hanya tiduran santai di atas meja. Tak ada dari mereka yang tak memiliki jenggot tebal jadi Chanyeol pikir bukankah lebih baik kelompok ini dinamakan Laskar Berjenggot saja?

Chanyeol dibawa masuk ke sebuah ruangan cukup besar dimana seorang laki-laki~ yang berjenggot juga~ sedang duduk disana menghembuskan asap dari sebuah cerutu kayu. Ia memandangi Chanyeol cukup lama dan kemudian tersenyum.

"Apa kabar keponakanku, sudah besar kau rupanya," ciri khas suaranya yang serak tak membuat Chanyeol lupa kenangan masa kecil bersamanya.

"Kupikir kau lupa denganku," Chanyeol berjalan mendekat setelah si lelaki yang ditemuinya dijalan berlalu.

Higher Ground (Untouchable Man)/ HUNRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang