"Kak, kayak nya ini bakal macet panjang," Evi memberi tahu setelah memperhatikan dengan seksama keadaan jalan raya pagi ini.
"Iya, terus?" Tanya Nada cuek, dari tadi tatapannya tidak berpaling dari langi-langit mobilnya.
"Gimana kalau kakak jalan? Kan udah dekat,"
Nada menatap ibunya, dia diam sejenak sampai akhirnya dia mengangguk iya. Di salamnya evi lalu membuka pintu mobil untuk turun. Namun belum sempat dia turun, Evi menahan lengannya, dia spontan berbalik menatap Evi dengan raut wajah bingung.
"Jangan Cabut," Ucap Evi lembut.
"Kan ini hari pertama,"
Timbul lekukan bulan sabit di bibir Evi setelah mendengar jawaban putrinya, "Hari selanjutnya juga jangan cabut!" Kali ini evi memperingatkan dengan tegas.
Nada hanya membalasnya dengan senyum. Senyuman itu hanya sekedar untuk mambuat evi tidak khawatir lagi, Nada tidak berkata iya, karena suatu hari dia pasti akan cabut, mustahil kalau tidak.
Nada berjalan terburu-buru, dia tidak memperdulikan pejalan kaki yang lain, banyak bahu pejalan kaki yang dia tabrak dengan sengaja tanpa rasa bersalah. Sebenarnya dia tidak masalah jika terlambat, karena itu adalah hobinya. Tapi dia takut ibunya akan malu nantinnya jika tau putrinya terlambat di hari pertama dia sekolah.
Dia sibuk berlari, pendengarannya memberi tahu bahwa ada orang yang sedang ada di belakangnya dengan memakai motor, suara motor itu semakin dekat, Nada tidak menghiraukannya.
"Eh, awas, minggir!"
Shitt!!
***
Nada mendengus kesal, jam tangannya menunjukan pukul 10.00 WIB. Keterlambatannya hari ini sangat berlebihan. Dia memang hobi terlambat, tapi tidak setelat ini. Ditambah kejadian yang baru dia alami tadi benar-benar membuat dia emosi bukan main.
Benda tinggi itu menghalanginya, dia mencari kesekeliling arah, namun tidak ada celah yang bisa membuat dia dapat masuk ke dalam.
"Gerbangnya pake di kunci segala lagi, jadi gue gimana bisa masuk." Ujarnya bermonolog.
"Gue harus cari cara, yakali gue nunggu disini lama-lama. Ayo otak berfikir keras!" Memukul-mukul kepalanya pelan.
"Iyaa, gue tau harus apa!" Ucapnya antusias disertai senyum sumringahnya.
***
"Za!! Lo mau kemana?" Teriak Kevin, teman sebangku Nelza.
"Biasalah! lo luan aja, ntar gue nyusul kekelas."
"Aelahhh, beberapa hari ini gue rasa lo sibuk terus, sampai ga ada waktu buat gue." Kevin mengeluh dengan raut wajah yang menjijikan bagi Nelza.
Nelza menaikan satu alisnya lalu menjitak jidat Kevin.
"Berlebihan lo! Udah ahg gue lagi males becanda! Sono sono jangan ganggu orang sibuk!" Tak lupa dengan wajah angkuhnya.
Kevin bukan hanya teman sebangku buat Nelza. Nelza sudah menganggap Kevin sahabatnya. Saat masa orientasi, Kevin yang selalu ikut kemana pun Nelza pergi, sudah seperti ekor yang tak ingin terlepas oleh badan. Nelza juga tidak merasa terganggu, sifat Kevin yang heboh membuat Nelza selalu terhibur jika berlama-lama dengan Kevin. Namun, ada satu hal yang Nelza tidak tahu dari Kevin, bahwa Kevin menyukai orang yang Nelza sayang, Nayla.
"Memang lo ya! Yaudin gue pergi! Tapi gue in-"
"Pr fisika gue di tas, ambil aja! Udah udah sono!" Mendorong Kevin.
"Memang lo the best Za! Daaaaaa!" Meninggalkan Nelza di tengah lapangan.
Hari ini adalah hari kelima Nelza menjabat sebagai ketua PKS, lima hari yang lalu dia baru dilantik oleh ketua PKS yang lama. Maka tak heran lagi bagi murid Sma Pancasila bahwa sekarang teman mereka nelza Alzahri adalah orang paling sibuk kedua setelah kepala sekolah.
Sma Pancasila dikenal dengan para muridnya yang suka tawuran. Itulah sebabnya organisasi PKS lebih dibutuhkan pihak sekolah dari pada organisasi lainnya. Tapi, selama dua tahun berurut turut gejolak para murid untuk tawuran sudah tidak ada lagi semenjak ketua PKS yang profesional dalam menghadapi para anak nakal yang merasa bahwa tawuran adalah ajang untuk menentukan harga diri siapa paling tinggi.
Bagi Nelza jabatannya merupakan keputusan yang paling berisiko yang pernah dia pilih dalam hidupnya. Tapi dia harus memiliki kemajuan dalam menjadi anggota sekolah yang aktif. Dia sangat benci dengan anak nakal.
Bagi gue anak nakal itu manusia paling menjijikan. Menyianyiakan hidupnya dengan hal yang tak berguna hanya untuk tawa sesaat. Mereka tidak melihat sekeliling mereka yang menangis karena keegoisan mereka. Apa yang mereka dapatkan dengan mengganggu orang? kesenangan? Bukankah itu menjijikkan! Merampas ketenangan orang lain untuk tawa tak guna mereka! Makanya gue mau jadi ketua PKS, biar gue bisa ngemusnahin kata nakal di sekolah gue sendiri, jelasnya kepada murid yang menanyakan mengapa dia sangat anti dengan anak nakal.
Sudah menjadi tradisi Sma Pancasila, bahwa ketua PKS beserta anggotanya memiliki kewajiban untuk mengawasi pekarangan sekolah, dengan meninggalkan 30 menit jam pelajaran pertama mereka. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk melihat siapa yang bolos, cabut, atau prilaku yang tidak pantas lainnya yang di lakukan murid Sma Pancasila.
Bagi anak pemalas, organisasi yang tepat untuk mereka adalah PKS ini. Bahkan saat didata, organisasi yang ada di Sma Pancasila yang paling banyak anggotanya adalah PKS.
Saking banyaknya, dibuatlah sesi pengeluaran anggota di setiap bulannya. Agar tidak terlalu padat. Terutama buat anak pemalas, merekalah orang pertama yang akan dikeluarkan karena tidak berguna sama sekali. Masuk organisasi hanya untuk menghindari jam petama pelajaran lalu membuat keributan.
"Za!" panggil salah satu anggotanya. Nelza menoleh kearahnya.
"Gue udah keliling di pekarangan belakang sekolah. Di sana kosong ga ada tanda-tanda yang mau bolos. Gue mau masuk kekelas," sebelum di izinkan, dia sudah langsung pergi saja.
"Oh iya! Bagian gerbang belum ada yang liat, anak lainnya udah pada masuk kekelas. Jadi mending lo kesana sapa tau disana ada yang mau cabut" melanjutkan jalannya.
Nelza mengernyit, "Dia ga sadar merintahin siapa! Pergi ga pakek pamit lagi." cetus Nelza yang menganggap bahwa kelakuan anggotanya itu benar benar tidak sopan.
Nelza pun berjalan menuju gerbang, sebenarnya siasia gue jalan jauh ke sana, pasti ga ada apa apa nantinya. Tapi apa salahnya gue cek biar nampak lebih sibuk gitu, batinnya.
***
"Gilaa!" dengan suara yang ditekan agar tidak ada yang mendengarnya. Nelza terkejut dengan apa yang ada di depannya sekarang. Cewek dengan seragam yang berantakan dan penuh lumpur, rambut yang antara bisa dibilang sudah hampir mirip dengan orang abis kesetrum. Dan keringat yang memenuhi seluruh tubuhnya.
Nelza menelan ludahnya. Perempuan itu tidak sadar bahwa ada yang memperhatikannya.
Nelza membenci ini! Ini pelanggaran! "Diam lo disana! Dan jangan bergerak sebelum gue suruh!" Bentak Nelza.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BUMI
Teen FictionNada yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya. Apakah dia salah jika tidak menerima apa yang di putuskan takdir untuknya? Bisakah dia hidup dengan rasa tidak terima? Nada asya aldyan. Panggil dia 'Nada'. Jangan pernah panggil dia 'CKM', ku peringa...