THIRTEENTH

5 0 0
                                    

"Udah hilang baunya Nad. Masuk lagi sini!" Perintah Raka.

"Enggak. Gue ngga mau masuk. Kentut lo baunya abadi!" Ucap Nada.

"Is, udah hilang Nad. Coba lo masuk dulu deh, biar percaya. Lagian lo ngga malu berdiri ngga jelas gitu disana."

Nada berfikir sejenak. Nelza benar. Mungkin sekarang orang merasa bingung melihat dia berdiri dari tadi di pinggir jalan. Dia pun memutuskan untuk masuk kedalam mobil dengan ragu.

"Benarkan? Ngga bau lagi." Tanya Raka memastikan.

Nada membalas pertanyaan Raka dengan tatapan sinis. Raka tertawa pelan melihat tingkah Nada yang masih kesal.

"Lo disini dulu. Jangan keluar lagi. Gue nggak mau pulang-pulang  lo sakit karena kedinginan diluar." Ucap Raka lalu mengelus pelan Puncak kepala Nada dan membuka pintu mobil untuk keluar.

"Ih apaan sih Rak!" Teriak Nada sebab tidak suka atas perlakuan Raka barusan.

Raka hanya tertawa dan berjalan ke arah pedagang di pinggir jalan.

Nada memperhatikan apa yang Raka lakukan disana. Dia kelihatan sedang memesan sesuatu. Hanya sebentar Nada memperhatikan dan setelah itu dirinya memilih untuk membuka ponselnya.

Terdengar bunyi pintu mobil yang terbuka. Fokus Nada pada layar ponselnya beralih dan menatap Raka yang memasuki mobil.

"Buat lo." Raka menyerahkan sebuah kotak.

Nada mengangkat sebelah alisnya.

"Martabak." Raka memang selalu begitu. Selalu jelas sebelum ditanya. Mungkin dia bisa membaca pikiran Nada.

"Gue nggak suka." Ucap Nada ketus lalu kembali fokus pada ponselnya seperti tidak peduli.

"Rasa srikaya Nad."

Nada merasa kaget. Raka bisa tau dirinya suka martabak rasa srikaya dari mana? Nada berusaha menutupi rasa kagetnya dan masih fokus pada ponselnya. Sebenarnya jika orang lain yang memberikan dia akan langsung melahapnya.

"Serius lo nggak mau? Lo belum makan kan? Gue sengaja beliin ini buat lo."

Nada masih diam.

Raka menghela nafas pasrah.

"Yauda biar gue balikin ke penjualnya." Ucap Raka dengan lemah. Dia tampak kecewa.

"Eh jangan! Iya gue mau." Ucap Nada yang memang dari tadi tidak mampu menahan seleranya pada martabak srikaya. Dia sangat suka. Bahkan cinta.

Raka senang melihat Nada yang mau menerima pemberiannya. Dengan semangat dia membuka kotak martabak tersebut dan memberikan nya pada Nada.

Raka memperhatikan Nada yang lahap menikmati martabak. Bahkan, melihat Nada makan belepotan saja membuat dia bahagia. Rasanya ingin dia bawa selalu pemandangan seperti itu.

"Gue haus!"

"Eh, lo haus? Ntar gue cariin minum. Ingat! Jangan keluar!"

"Iya ah! Bawel!"

***

Tampak sebuah mobil berhenti di depan rumah Nada. Seseorang keluarga dari mobil tersebut dan membuka pagar rumah.

"Lo? Ngapain datang malam-malam?" Tanya Nada heran saat melihat Nelza duduk manis di teras rumahnya.

"Lo ngapain diluar sampe pulang jam segini?" Nelza yang malah bertanya balik.

"Bukan urusan lo. Lo ngapain sih?"

"Rencana mau ngajak lo jalan sih tadi."

"Hah? Nggak salah?"

LANGIT BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang