"Ma-maaf, gue terlambat!" Ucap Nelza terengah-engah.
Seluruh anggota rapat yang sedang berbincang serius spontan kaget dan menatap Nelza. Tidak ada yang mengangkat suara, masih hening di ruangan itu. Mungkin tidak ada yang berani. Siapa yang mau bermain-main dengan Nelza Alzahri, tentu saja tidak ada yang mau.
"Lo terlambat, dan dalam peraturan, lo harus keluar." Ucap seseorang dengan tegas yang memecahkan keheningan.
Nelza melirik kearah suara itu, matanya menyipit.
"Gue ketua dalam rapat ini. Kalau gue nggak ikut, rapat ini nggak bakal jalan." Ucap Nelza sinis.
"Tapi sayangnya, rapat ini tetap jalan meski lo ga ada. 3 menit yang lalu udah diputuskan bahwa ketua dalam rapat kali ini adalah Ares, dan untuk rapat selanjutnya juga."
"Ada rapat selanjutnya? Dan kenapa nggak ada yang kasi tau gue soal itu?" Nelza menatap seluruh anggotanya, mereka semua menunduk, mereka juga tidak salah apa-apa, Nelza tau itu. Ini hanya akal-akalan orang itu, Adit.
"Nggak bisa gitu, lo nggak bisa ngatur-ngatur organisasi gue Cuma karena lo ketua osis. Tanggung jawab lo itu Osis. Lo ngga bisa buat keputusan sepihak di ruangan yang bukan ruangan lo! Lo ngga bisa buat para anggota gue jadi ngga berdaya di ruangan mereka sendiri. Lo harusnya tau ruangan yang mana yang bisa lo buat jadi tempat semena-mena lo! Bukan di ruangan ini!" Nelza sudah tampak emosi.
Adit tersenyum sinis, "Res, tolong lo urus itu anggota lo yang terlambat." PintaAdit yang tidak memperdulikan perkataan Nelza.
Adit memang sensitive terhadap organisasi PKS. Ini memang wajar. Ketua OSIS sebelum Adit juga seperti itu. Hal ini sudah bersifat turun menurun.
Setelah Organisasi PIK ada di SMA Pancasila, Pamor OSIS menurun. Orang jauh lebih takut kepada para anggota PKS. Anggota PIK di hormati dimana-mana, Anggota PIK dipuji setiap saat, dan itu membuat organisasi OSIS tidak di istimewakan lagi seperti sebelumnya.
Rapat dadakan ini hanya alasan Adit agar bisa mengetahui letak kelemahan para anggota PKS, juga ingin menjatuhkan reputasi mereka.
"Gue cuma terlambat, lo juga ngga bisa ngatur wakil gue seenaknya Adit!" Ucap Nelza yang sudah mengepal tangannya. Emosinya sudah menaiki puncak tertinggi. Rasa sopannya hilang, sebutan kak tidak pernah di hilangkannya untuk menyebut orang yg lebih tua dari nya. Tapi sekarang, berlaku sopan tidak ada gunanya untuk menghadapi orang seperti Adit.
"Maaf Za, kak Adit benar, lo harus keluar."
Seluruh anggota rapat spontan menatap kaget Ares. Begitu juga Nelza yang tak kalah kagetnya. Bahkan wakilnya menuruti perintah Adit.
"Za kita anak PKS, dan anak PKS nggak pernah melanggar peraturan. Kita salah jika melanggar peraturan di ruangan kita sendiri. Gue cuman ngelaksanain apa yang benar za." Jelas Ares penuh perhatian.
Nelza tertegun. Ares benar, dia tak seharusnya memperumit masalah ini. Dia beruntung karena memiliki wakil seperti Ares, selama ini Ares selalu mendukungnya karena dia benar, tapi kali ini Ares ada di pihak yang lain, tapi Nelza paham itu, karena untuk saat ini, Nelza lah yang salah. Nelza menghela nafas panjang. Mungkin kali ini dia harus mengalah.
"Ma-maaf, gue nggak seharusnya ganggu. Res, lo harus temuin gue setelah rapat. Gue Cuma mau tau, seberapa penting rapat ini. Gue cuma nggak mau anggota gue ngorbanin waktunya Cuma buat bahas hal yang nggak penting. Permisi." Menatap tajam Adit lalu meninggalkan ruangan.
Adit tersenyum kemenangan, entah apa yang dia lakukan sehingga hari ini dunia memihak kepadanya. Tanpa harus melakukan apa-apa, dia sudah mendapatkan apa yang dia mau.
![](https://img.wattpad.com/cover/103166362-288-k54380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BUMI
Novela JuvenilNada yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya. Apakah dia salah jika tidak menerima apa yang di putuskan takdir untuknya? Bisakah dia hidup dengan rasa tidak terima? Nada asya aldyan. Panggil dia 'Nada'. Jangan pernah panggil dia 'CKM', ku peringa...