SEVENTH

9 0 0
                                    

Bel masuk sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu. Namun Nelza masih berada di tengah lapangan untuk mengawasi para marid yang terlambat. Nelza menatap para murid yang terlambat dengan pandangan kosong. Entah pergi kemana pikirannya saat ini

"Za, mereka udah 10 kali keliling. Apa harus kita hentiin sekarang?" Tanya salah satu anggotanya. Clara, dia anak kelas X-IPA2, dia orang yang paling aktif dari seluruh anggota yang lain. Tapi menurut Nelza, Clara hanya ingin kelihatan aktiv di depan dirinya. Dari cara clara menatapnya, sepertinya Clara menyukai Nelza. Tapi Nelza merasa itu biasa. Karena bukan hanya Clara yang menyukainya, masih banyak murid perempuan bahkan kakak kelas yang suka mencari perhatian dengannya.

Pertanyaan Clara barusan mengembalikan kesadaran Nelza, "Eh, yaudah gue aja yang suruh mereka berhenti." Ucapnya.

"Okey semua, Kalian bisa bubar ke kelas masing-masing!" Teriak Nelza kepada seluruh Murid yang tampak ngos-ngosan karena berlari.

Nelza memperhatikan para murid yang bubar, matanya tertuju kepada satu orang, "Kecualil o Nayla! Lo ikut gue!" Pinta Nelza tegas.

Nayla yang  awalnya ingin cepat-cepat menuju kelasnya mematung di tempat, dia menahan nafasnya,matanya melotot, akhirnya yang dia takutkan akan terjadi. Dia tidak berani berbalik untuk melihat wajah Nelza.

"Nay! Lo dengar yang gue bilang kan?" Suara Nelza mulai meninggi, tampak dia tak bisa menahah emosinya lagi.

Dengan sisa keberanian, Nayla berbalik. Benar, saat ini raut wajah kakaknya sangat menyeramkan. "Nad lo bisa ke kelas sendirikan? Gue ada urusan sama Nelza." Ucapnya berbisik.

Nada mengangguk iya, lalu pergi menuju kelasnya, meninggalkan dua kakak beradik yang kini berada di tengah lapangan .

Nelza berjalan ke arah gedung sekolah, Nayla mengikutinya dari belakang. Perasaan Nayla saat ini acak-acakan. Dia tidak menduga bahwaNelza akan semarah ini. Dia berusaha menyeimbangkan denyut jantungnya, dia harus tenang, tidak akan terjadi apa-apa nantinya, dia yakin itu.

Rooftop? GumamNayla dalam hati. Nelza membawa dirinya ke rooftop sekolah, tapi kenapa harus di rooftop? Pikiran Nayla mulai menjalar kemana-mana. Dia berfikir Nelza akan melenyapkannya disini, atau menolaknya ke bawah, atau? Nayla menghentikan fikiran jeleknya. Dia yakin Nelza tidak sejahat itu.

"Kenapa lo ngga angkat telfon dari gue sejak tadi malam?" Tanya Nelza sambil menatap Nayla tajam.

Nayla spontan menunduk, dia tak berani menatap Nelza. Dia menggiigit bibir bawahnya.

"Nay, kakak lo nanya! Lo ngga dengar?"

Nayla masih diam.

"Okey gue ganti pertanyaannya. Lo tadi malam tidur jam berapa?"

Kali ini Nayla berani menatap Nelza. Nelza masih menunggu jawaban darinya, tapi dia masih tidak berani menjawab.

"Perlu gue ganti sama pertanyaan Fisika?"

"Eh jangan!" Jawab Nayla refleks.

"Jadi jawab pertanyaan gue!"

"Gue tidur jam setengah sebelas." Jawab Nayla pelan.

Nelza tertawa hambar. Nayla yang melihat itu merasa bingung. Dia memang tidur jam setengah sebelas tadi malam, lalu apa yang membuat hal itu menjadi lucu?

"Tadi malam lo di ajak kemana sama dia?" Tanya Nelza lagi.

"Maksud lo?" Nayla semakin bingung.

"Iyaaa, lo diajak ke club kan?"

"Tunggu, lo ngeraguin kepribadian gue za?" Tanya Nayla balik yang tidak percaya atas pertanyaan Nelza.

"Lo berteman sama orang pembuat masalah Nay. Jadi gue ngerasa lo mulai ikut-ikutan." Ujar Nelza santai.

LANGIT BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang