Eighth

7 0 0
                                    

Masi disini,

Di tengah malam,

Dalam keadaan yang sama

Menunggu.

Apakah harus seperti ini?

Mencari-cari semua jawaban?

Hingga selarut ini?

Cukup!

Lelah selalu Nada hindari.

Tapi datang seenaknya seperti angin.

Dad? Dimana? Nada Kangen, sangat.

***

Aneh. Pak Hamid memanggil Nada untuk datang ke ruangannya. Namun mengapa harus sepagi ini? Tentu tujuan dia dipanggil untuk hal penting. Tapi hal penting apa? Sudahlah, nanti dia juga akan tahu. Setidaknya, karena dia di panggil, dia bisa menghindari hukuman dari Nelza untuk pagi hari ini. Ya, dia suka akan telat, itu hobinya.

"Bapak Panggil Saya?" Tanyanya begitu ia memasuki ruangan.

"Duduk!" Perintah Pak Hamid.

Nada mengangkat sebelah alisnya. Dari raut wajah pak Hamid, menjelaskan bahwa dirinya sedang kesal.

"Apa ini Nada?" Tanya Pak Hamid yang sedang memegang sebuah berkas.

Nada mengehela nafas. Ternyata perihal surat pengajuan yang dia berikan kemarin.

"Itu surat pengajuan organisasi baru pak. Bapak belum baca?" Tanyanya balik.

"Iya saya tau. Tapi mengapa kamu tidak berfikir dulu sebelum memberikan ini kepada saya? Kamu pikir saya akan setuju."

"Maksud bapak? Bapak tidak mau menyetujui usulan saya? Pak saya disini berinovasi, harusnya bapak mendukung."

"Apa pantas saya menyetujui organisasi ini? Organisasi IPS, Ikatan Pemberontak Siswa. Visi, Mendirikan arti kekeluargaan melalui tawuran dan memberantas anggota PKS yang campur tangan." Membacakan isi surat tersebut.

Pak Hamid membanting berkas tersebut di hadapan Nada.

"Ini tidak bisa di terima nona Lisara!" Ucapnya dengan menekan kalimatnya.

Nada menatap tajam Pak Hamid. Darah di dalam tubuhnya memanas. Ini di luar perkiraannya. Dia mengambil berkasnya dengan kasar.

"Tanpa persetujuan bapak saya bisa buat organisasi ini. Organisasi Ilegal ini akan berhasil. Tanpa Bapak." Ucapnya tajam lalu berlalu dari ruangan Kepala sekolah.

Nada mengambil keputusan yang tergesa-gesa. Maklum saja,karena dia adalah Nada.

Langkahnya begitu cepat. Emosinya belum juga mereda. Matanya menatap ke depan, dengan tatapan kebencian.

"Nad ada kakak kelas yang nyariin lo." Ucap Nayla dengan wajah antusiasnya.

"Siapa?" Tanya Nada ketus.

"Kak Ceo. Dia kelas XII. Lo ada cari masalah sama dia?" Tanya Nayla yang masih antusias.

"Enggak, lo kenapa responnya berlebihan gitu?" Tanya Nada kesal karena tingkah Nayla.

"Is Nad, Kak Ceo itu murid yang paling di takuti di sekolah ini. Semua orang segan sama dia. Enggak ada satu murid pun yang mau cari masalah sama dia. Gue heran kenapa lo bisa di panggil sama kak Ceo."

"Dia dimana?" Nada masih tampak tidak peduli.

"Di taman. Gue ikut ya."

"nggak usah. Gue bisa sendiri."

LANGIT BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang