Nada berjalan di sepanjang koridor mau menuju kelasnya. Dia beberapa kali menoleh kebelakang untuk memastikan Raka tidak mengikutinya. Dia senang kali ini Raka tidak mengikutinya lagi. Mesti begitu, ada rasa aneh juga yang dia rasakan. Seperti rindu. Ah, Nada membuang jauh-jauh rasa itu.
Nada melihat Nelza berjalan berlawanan arah dengannya. Nada sempat melihat Nelza menatapnya, dia langsung mengalihkan pandangannya. Nelza menegurnya saat mereka sudah sejajar.
"Tumben lo nggak telat. Kesambet apa?" Tawa pelan Nelza jelas terdengar di telinga Nada.
Nada menatap tajam Nelza. Pagi-pagi Nelza sudah membuat dirinya marah.
"Nggak bisa ya, sehari aja nggak usah bikin gue emosi. Mulut lo ngerasa gatal gitu, kalau nggak nyindir gue?" Ucap Nada.
Nelza kembali tertawa. "Lo gemesin sih."
Nada menatap jijik Nelza. Dia sepertinya salah dengar. "Lo bilang apa?" Tanya Nada memastikan.
"Cewek kayak lo itu gemesin. Gemesin bukan karena hal biasa. Tapi karena kelakuan minus lo. Lo memang pantes dihukum tiap hari. Pembuat masalah. CKM." Ucap Nelza dengan menekan kata CKM di akhir.
Nada melotot. Dia tidak terima di sindir seperti itu. Namun dalam pikirannya, dia bertanya-tanya apa maksud CKM yang Nelza katakan.
"Ckm?" Ucap Nada pelan nyaris tidak didengar Nelza. Namun Nelza masih dapat mendengarnya.
"Iya Ckm. Cewek. Kebanyakan. Minus."
"Kebanyakan minus? Maksud lo apa?" Tanya Nada meninggi.
"Yaa kan benar. Kelakuan lo lebih banyak minusnya. Tukang bolos, tukang telat, tukang cabut, pembuat masalah, tukang tawuran, perokok, sensian, pemalas, jelek, dekil, dll." Jelas Nelza sejelas-jelasnya.
"Dekil? Gue nggak dekil!" Protes Nada.
"Nggak dekil lo bilang? Lo jarang mandikan? Yauda lo dekil!"
"Lo sok tau banget!"
"Logika aja. Lo sering telat, dan itu karena lo bangun telat, dan, pasti lo nggak sempat buat mandi."
"Heran gue sama lo. Semudah itu lo nyimpulin kehidupan orang lain. Ternyata otak lo dangkal ya, cara pikir lo sesederhana itu." Ucap Nada. Dia lelah berdebat dengan Nelza. Dia memutuskan untuk melanjutkan jalannya.
"CKM!" Teriak Nelza setelah beberapa langkah Nada berjalan.
Emosi Nada naik. Dia sudah mengalah ingin menyudahi tapi Nelza tetap ingin memancing emosi nya. Dengan tangan yang terkepal kuat dia berbalik menatap Nelza tajam.
"Siapa yang manggil lo. Nggak usah GR, gue manggil dia." Ucap Nelza sambil mengarahkan telunjuknya ke perempuan yang sedang berjalan dari bawah.
Mata Nada mengikuti arah yang Nelza tunjuk. Tampak perempuan cupu dengan kaca mata super tebal menatap bingung. Emosi Nada makin dipermainkan. Dia menatap sinis Nelza dan melanjutkan langkahnya.
***
Bel istirahat baru saja terdengar menyadarkan seluruh murid SMA pancasila. Bel ini juga yang di tunggu tunggu Nayla, dia benar-benar kelihatan tidak sabar untuk cepat keluar dari kelas.
"Nad! Ayo! Pokoknya gue mau dapat bangku penonton paling depan biar bisa liat kakak itu dengan jelas." Desak Nayla pada Nada tidak sabaran.
"Iya nay iyaa!" Ucap Nada sedikit kesal.
Dari tadi pagi Nayla sibuk membujuk Nada untuk dapat menemaninya menonton pertandingan futsal, dan Nada terpaksa menurutinya. Nayla selalu bisa membuat Nada luluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BUMI
Novela JuvenilNada yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya. Apakah dia salah jika tidak menerima apa yang di putuskan takdir untuknya? Bisakah dia hidup dengan rasa tidak terima? Nada asya aldyan. Panggil dia 'Nada'. Jangan pernah panggil dia 'CKM', ku peringa...