Tampaknya begitu terik hari ini. Matahari bersinar tanpa malu. Awan pun tampaknya menjauh seperti memberi tahu bahwa hari ini matahari sebagai penguasa langit penuh. Jalanan yang begitu macet menambah kekesalan warga kota yang sesak itu.
Nada masih fokus menatap jalanan. Tak henti dia bersumpah serapah tiap kali jalanan yang lagi-lagi penuh dengan kendaraan yang ikut terjebak dalam kemacetan yang haqiqi. Kalau saja bukan karena pak Hamid dia tidak akan seribet ini. Sekarang dia harus terjebak bersama Nelza. Mereka ingin ke gramedia untuk membeli buku-buku yang bisa Nada gunakan untuk persiapan OSN. Awalnya Nada menolak untuk pergi, tapi lagi-lagi pak Hamid tidak memberi celah Nada untuk menolak.
"Lo kenapa sih nerima tawaran kepsek?" Tanya Nada membuka pembicaraan setelah sekian lama hening diantara mereka.
"Gue bukan tipekal pembangkang kayak lo." Ucap Nelza yang terfokus menatap jalanan.
"Dih! Lo nggak bisa ya, sekali aja nggak nyari masalah."
"Gue ngomong fakta."
"Serah daaa" Ucap Nada sebagai penutup dari percakapan singkat mereka.
Beberapa menit kemudian mereka sampai ke gramedia. Nada turun dari motor lalu masuk tanpa menunggu Nelza yang sedang membuka helm. Nelza hanya menggeleng-geleng melihat tingkah Nada.
Nelza menuju kedalam ruangan, pendingin ruangan menyambut nya ramah. Nelza lega setelah merasakan suasa yang membaik. Nelza mengikuti langkah Nada menuju ke lantai 2. Nelza bertanya pada karyawan disana dimana letak buku yang dia ingin cari. Karyawan tersebut dengan ramah mengantarkan Nelza ketempat yang Nelza maksud. Nelza mencari buku yang tepat yang bisa membantu nya memberi pembekalan pada Nada. Sambil terus mencari, sempat iya menoleh ke banyak arah untuk mengetahui keberadaan Nada. Nelza melihat Nada sedang memperhatikan buku di salah satu rak bertuliskan romance. Nelza terseyum licik lalu melanjutkan pencariannya.
3 buku dengan penerbit yang berbeda di rasa cukup buat Nelza untuk membantunya menjalankan amanah Pak Hamid. Nelza meninggalkan kumpulan rak buku pendidikan dan berderap ke arah rak tempat Nada hanyut dalam buku yang dia baca. Nelza sekarang tepat di depan Nada. Namun gadis itu tidak sadar kalau Nelza memperhatikan nya dengan sangat dekat. Nelza menatap buku yang Nada baca, sekilas dia membaca buku yang Nada pegang.
"Owhhh, lo lagi jatuh cinta." Tembak Nelza dengan seringaiannya.
Nada kaget lalu meletakkan buku yang dia baca dengan tergesa-gesa.
"Apaansih lo! Udah ngagetin ngefitnah lagi!" Ucap Nada membentak.
"Lo pikir gue bego? Gue punya adik perempuan, dan tingkah lo tadi nggak jauh persis sama tingkah Nayla kalau lagi jatuh cinta."
"Is dibilangin enggak!"
"Iya!"
"Ngeselin banget sih!" Teriak Nada lalu meraih satu buku dan melemparkannya pada Nelza.
Nada berjalan meninggalkan Nelza. Dia merasa salah tingkah. Tapi dia juga bingung, apa iya sekarang dia sedang jatuh cinta? Dia membenci hubungan lalu mengapa dia harus bingung. Tentu dia bukan sedang jatuh cinta, dia hanya sedang tertarik pada kisah romantis. Itu saja.
Nada menunggu Nelza di depan kasir. Tampak Laki-laki itu belum ingin meninggalkan rak buku tempat dia menemukan buku yang menarik perhatiannya tadi. Begitu lama Nelza disana sampai akhirnya dia berjalan menuju kasir. Sampainya Nelza dikasir Nada memalingkan wajahnya, dia berusaha menghindari tatapan Nelza. Takut kalau Nelza berpikir kembali yang aneh-aneh mengenai dirinya.
Setelah membayar Nelza langsung mengajak Nada keluar. Selama berjalan ke parkiran tidak ada yang ingin membuka suara.
Nelza menyalakan motornya lalu menjalankannya ke arah yang dia inginkan. Nada yang tau kalau arah yang dibawa Nelza bukan arah menuju rumahnya langsung mengeluarkan suara.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BUMI
Teen FictionNada yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya. Apakah dia salah jika tidak menerima apa yang di putuskan takdir untuknya? Bisakah dia hidup dengan rasa tidak terima? Nada asya aldyan. Panggil dia 'Nada'. Jangan pernah panggil dia 'CKM', ku peringa...