"Aduh kak, bangun! Dari tadi bibik udah bangunin masih aja belum bangun." Ucap bik Ani meninggi sambil menggoyang goyangkan badan Nada agar bangun.
Nada tersadar, penglihatan nya masih buram. Dia masih setengah sadar.
"Bibik ih bawel!" Ucap Nada kesal.
"Lho kak Nada ini! Bibik cuma enggak mau kakak terlambat."
"Emang ini jam berapa coba?" berusaha duduk lalu merenggangkan seluruh tubuhnya.
"Jam setengah delapan"
Mata Nada melebar, "Serius bik? Kenapa enggak di bangunin dari tadi sih bik!" loncat dari tempat tidur lalu berlari ke arah kamar mandi.
Bik Ani hanya menggeleng gelengkan kepalanya lalu merapikan kamar Nada.
Baru lima menit Nada masuk kedalam kamar mandi dan saat ini dia sudah keluar lengkap dengan seragam nya yang belum rapi dengan sempurna.
"Ih pasti cuman sikat gigi doang. Bau tau kak" protes bik Ani.
"Enggak sempat lagi bik. Udah deh yang penting aku mau sekolah." protes Nada sambil mengambil buku untuk dimasukkan kedalam tas tanpa memilah-milah dulu.
"Yaudah aku berangkat dulu." lari meninggalkan bik Ani.
"Mamuy nunggu di gerbang ya kak!"
Langkah Nada terhenti. Dia menoleh dengan wajah serius. Bik Ani membalas raut wajah Nada dengan senyum yang merekah. Senyuman Nada ikut merekah kala itu, lalu dia berlari dengan semangat.
***
Ramah sekali pagi hari ini. Macetnya jalanan tidak separah biasanya. Itu termasuk ke ajaiban bagi warga yang sudah menjadi bagian kota yang sesak ini.
Nada keluar dari mobilnya. Gerbangnya tertutup, namun tidak terkunci. Dia membukanya lalu masuk ke area sekolah. Nada dapat melihat barisan murid terlambat. Dia beranjak untuk turut ikut di barisan.
Nada merasa heran, mengapa yang berbicara di depan Bukan Nelza. Biasanya Nelza yang memberi ceramahan bagi murid terlambat dan selanjutnya memberi hukuman. Kini laki-laki itu tidak tampak bersama pengurus PKS lainnya.
Pengurus PKS yang sedang berbicara saat ini membosankan. Nada menoleh ke banyak arah agar tidak merasa bosan. Pandangan nya tiba-tiba terfokus pada murid yang menutupi wajahnya sedari tadi. Nada mendekati nya, Nada menatap murid itu lamat-lamat. Dia tertawa terbahak-bahak.
"Ternyata ketua PKS juga bisa telat." Sindirnya dengan sisa ketawanya.
"Gue bukan malaikat. Lagian gue telat karena nganter lo tadi malam. Emang dasar lo bawa sial."
"Eh, apa? Gue bawa sial?." Tanya Nada dengan suara meninggi.
"Eh, sttt, bukan. Enggak gitu. Iya-iya lo enggak salah sama sekali. Enggak usah teriak-teriak. Malu-maluin!"
"Emang hidup lo penuh pencitraan ya. Gue heran! Hidup dengan tuntunan harus sempurna itu ga ada baiknya." Ucap Nada lalu berlalu kembali ke barisan nya.
Nelza mencerna kata-kata Nada barusan. Tumben kali ini Nada berbicara mengenai hal yang masuk akal.
"Amanah Pak Hamid, kalian semua yang terlambat ikuti teman gue Clara ke belakang sekolah. Kecuali Nada dan Nelza, lo berdua ikut gue." Ares, wakil ketua PKS Memberi ultimatum.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BUMI
Fiksi RemajaNada yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya. Apakah dia salah jika tidak menerima apa yang di putuskan takdir untuknya? Bisakah dia hidup dengan rasa tidak terima? Nada asya aldyan. Panggil dia 'Nada'. Jangan pernah panggil dia 'CKM', ku peringa...