[IV] Talk To Me
It’s time for you to answer, can you feel it? Talk to me, can you feel it?
***
Junhee tersentak. Tubuhnya terasa membeku. Bukan hanya itu, dia merasa suhu tubuhnya menurun kala lagi-dan lagi tangan pria itu bersentuhan dengan kulitnya. Rasanya hangat. Dan Junhee akui dia butuh itu. Dia membutuhkan perasaan itu kala dingin menjalari tubuhnya.
Junhee masih tidak mau membalikan tubuhnya, dia masih mencari jawaban tentang apa yang harus dia lakukan sekarang. Apa dia harus pura-pura marah? Atau lebih baik pergi dan mengabaikannya saja? Junhee tidak tahu. Dia ingin menangis saja rasanya.
Saat logikanya meminta untuk pergi, hatinya ingin terus di sini. Taehyung sudah memenangkan hatinya sejak awal dan membiarkan dirinya kalah—adalah sebuah kesalahan yang tidak mungkin Junhee sesali. Iyakan? Bagaimana bisa dia menyesal jika jatuh pada seorang Kim Taehyung?
Pria dengan masa lalu yang belum sepenuhnya Junhee tahu itu tiba-tiba hadir dan ikut mengisi lembaran kisah miliknya, dengan kuasa Tuhan mereka diperkenankan untuk berada di sisi yang sama, dan pria itu dengan sepenuh hati rela mengikutinya juga menyerahkan diri.
Ini mungkin memang bukan sebuah rayuan picisan yang membuat hati berbunga-bunga. Taehyung punya caranya sendiri untuk memikat Junhee, meski mungkin itu bukan sebuah taktik.
Junhee sangat menyukai pria yang gentle. Dan pria itu dengan gagahnya menerima semua putusan yang ditujukan padanya. Betapa sikap sadar dirinya itu membuat Junhee luluh.
Bukan hal yang mustahil memang jika seseorang pada akhirnya memilih untuk kembali ke jalan yang benar, tapi, Junhee pun tahu jika hidup—mendekam di penjara bukanlah hal yang mudah untuk dijalani.Dan pria itu malah memilih untuk mempertanggung jawabkan semua kesalahan masa lalunya.
Lagi, Yang Maha Kuasa memberinya kesempatan untuk menyaksikan itu semua. Perjuangan pria itu—kesakitannya—kesepiannya, Junhee melihat semuanya. Pria itu merelakan kebebasannya hanya untuk sebuah rasa tanggung jawab—dan memintanya menunggu?
Junhee melupakan itu.
Gadis itu lupa pernyataan yang Taehyung suarakan pada akhir peperangan mereka.
Malam itu, semua orang tengah berkumpul di salah satu ruang rawat ICU. Dokter mengijinkan mereka untuk melihat keadaan Kinan yang terbaring tidak berdaya dengan beragam alat yang tersambung pada tubuhnya. Junhee dan Taehyung juga ada di sana. Bersama dengan Bunda, Jungkook, tuan Im, juga Kim Min Gyu.
Tidak banyak hal yang bisa Junhee lakukan untuk membuat sahabatnya mau membuka mata, berteriak memanggilnya pun tidak bisa, Junhee yakin itu hanya akan membuatnya diusir karena dianggap mengganggu. Dan sebagai pelampiasan, Junhee memukuli Taehung sambil menahan tangis. Beberapa kali—puluhan atau bahkan mungkin lebih banyak lagi jumlah yang bisa terbilang, Junhee tidak menghitungnya.
Pria itu hanya diam, tidak protes atau balik membentaknya. Pria itu bahkan mengusap punggungnya lembut untuk menenangkannya.
Dan untuk pertama kalinya, Junhee merasa nyaman ada di dekat pria itu. di balik kata-katanya yang sedikit kasar atau bahkan menjengkelkan, Kim Taehyung adalah pria yang hangat, dia tahu bagaimana cara menyikapi tempramen seorang gadis pemarah seperti dirinya.Taehyung selalu paham akan atmosfir di sekitarnya, menyikapinya dengan baik dan balik membuat Junhee tidak mampu berpaling lebih lama.
Sampai sesaat setelahnya, Kinan terbangun dan membuatnya semakin keras menangis. Junhee tidak lagi menyandarkan tubuhnya pada pria itu. Junhee berdiri tegak dengan kedua kakinya, mengusap jejak air mata di pipinya—bersiap untuk memarahi gadis itu karena tidur terlalu lama.
"Anak itu! akan kujambak rambutnya sampai botak!" Junhee menggeram marah, merasa kesal sekali karena dibuat menunggu dengan harap-harap cemas.
Dan lagi, tangan itu menghentikan pergerakannya.
Gadis itu balas mendesis padanya. “Kau—lepas!” Junhee menatap bingung ke arah Taehyung. Dan juga, dia sedikit tidak nyaman bahkan rasa sakit mulai menjalari lengannya yang diremas kuat oleh pria itu.
Mata pria itu berubah, mata tajamnya terasa amat sangat menusuk bola mata Junhee. Aura ini—pertanda jika Taehyung tidak bisa dibantah.
“Urusanmu denganku belum selesai, Nam Junhee,” ucapnya.
Junhee mematung seketika. Apa maksudnya? Dia tidak merasa punya urusan lain dengan pria ini. atau—
“—Ikut aku!” Taehyung kembali bersuara, bahkan dengan kasarnya dia menarik Junhee dari dalam ruangan tanpa sempat Junhee menahan diri untuk tidak mengikutinya.
Demi Tuhan, itu cukup sakit. Lengan gadis itu bahkan sudah memerah. Menunjukan luka fisik yang semakin terlihat jelas karena kulitnya yang putih. Junhee tidak kuasa untuk meronta. Dia tidak mungkin meledak di sepanjang lorong rumah sakit. Iyakan?
Dan tahu-tahu Kim Taehyung sudah membawanya pergi ke halaman belakang rumah sakit yang berada cukup jauh dari bangunan kokoh itu. untuk apa pria itu membawanya ke luar? Junhee mengedar pandang ke sekelilingnya, ini halaman yang cukup luas dan rimbun. Beberapa pohon terlihat berdiri dan dedaunan itu menyamarkan cahaya lampu yang hanya berada di beberapa titik saja. Pencahayaan di sini minim, dan begitu remang-remang. Junhee tidak bisa memahaminya tempat ini. sampai—
“Ah!” Junhee berseru menyuarakan rasa sakitnya saat dia merasa tubuhnya terdorong oleh sesuatu yang kuat dan mendapati dirinya kini tersungkur di atas rerumputan berembun. Telapak tangan yang menyentuh permukaan itu bisa merasakan dingin dari sana.
Junhee terkejut. Saat matanya menatap ke atas dan dia melihat Taehyung berdiri di depannya—menatapnya tanpa belas kasih dan bahkan tidak mengulurkan tangan untuk menolongnya.
“Taehyung—“
“Berdiri!” suara Taehyung bahkan mampu membuat tenggorokan Junhee terasa tercekat—memaksa menahan suaranya agar tidak keluar untuk membantah pria itu. Ada apa dengannya? Junhee susah payah berdiri. Dia merasa sangat takut. Apa lagi tatapan mata tidak ramah itu masih menguncinya sebagai objek.
“Taehyung…,” lagi-lagi Junhee berusaha bertanya. Tubuhnya bahkan sedikit gemetar. Dia benar-benar takut.
“Lawan aku!” dua kata yang yang membuat Junhee terkejut.
“Ha?! A—apa maksudmu?”
“Lawan aku, Nam Junhee! Kau lupa? Kau adalah lawan duelku.” Begitu tenang dan begitu terdengar sangat nyata. Ini bukan sebuah candaan.
“Tae—“
BUGH—
Junhee kembali tersungkur. Gadis itu mengaduh pelan sambil memegangi pipinya yang menjadi lahan mendarat telapak tangan dingin itu. Masih berusaha berdiri, Junhee belum bisa mengerti keadaan. Dia bahkan tidak memaki pria itu, hanya menatapnya dengan tatapan yang semakin membuat Taehyung merasa tidak nyaman karena rasa bersalahnya. Wajah gadis itu memerah, bahkan bekas gambar tangan Taehyung tertinggal di sana, tercetak dengan begitu sempurna.
“Tamparan ini untuk apa?” gadis itu kembali bersuara. Jantung Taehyung bahkan terasa berdenyut nyeri saat gadis itu berucap dengan nada dingin. gadis itu bahkan tidak meringis dan hanya menatapnya—meminta penjelasan.
“Untukmu—tentu saja. Kau ingat perjanjian kita? Setelah bagian Jungkook dan gadis itu selesai, itu akan menjadi bagian kita untuk bertarung.” Taehyung berusaha untuk tetap tenang.
“Aku tidak ingat pernah menyetujui janji bodoh itu—denganmu Kim Taehyung. Jangan bercanda!” Junhee pun tak kalah tenang. Mata Taehyung membesar beberapa detik, tidak bisa dipungkiri bahwa dia pun terkejut setelah mendengar dan melihat reaksi gadis itu. ini sedikit mengecewakannya.
“Aku akan kembali masuk.” Gadis itu melangkah untuk melewatinya. Tapi, bukan Taehyung jika akan semudah itu melepasnya.
“Kau harus melawanku dulu jika ingin pergi.”
“AKU TIDAK MAU!”
“Aku akan memaksa.”
Dan akhirnya Junhee terpaksa ikut turun memenuhi keinginan pria itu. ah, mana mungkin dia mau terus menerus menjadi sasaran pukulan pria itu dengan suka rela.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ARMOR PIERCING BULLET [SUDAH TERBIT]
FanficBullet Series #2 [The Armor Piercing Bullet] Cerita sudah diterbitkan, tapi versi wattpad masih lengkap dan bisa dibaca ❤ Something like that happening to me. Having someone so precious that I can't fall asleep. You-whose heart ached whenever you th...