[VI ] BLUE ORANGEADE
How in the world could you meet someone the complete opposite of you?
Untuk sebuah alasan, perbedaan itu lebih istimewa.
***
Junhee menatap Taehyung dengan mata membulat. Sejauh itu, sejauh itu Taehyung memikirkannya? Luka yang tercetak di beberapa bagian tubuh pria itu membuat Junhee sedih dan merasa bersalah. Apa harus selalu dengan kekerasan? Astaga.Dunia yang dia tempati benar-benar mengerikan, dan profesi yang dia geluti benar-benar mengijinkan melakukan kekerasan semacam itu.
“Tapi aku harus mengerti. Karena ini bukan hanya tentangku bagimu. Tapi tentangmu bagiku juga.” Junhee tersenyum menenangkan.Kalau yang ingin Taehyung usik adalah perbedaan mereka, Junhee tidak mau menerimanya. Dia tidak bisa ditahan dengan hal semacam itu. Ada banyak jalan keluar untuk semua masalah. Tidak ada kesulitan yang tidak diiringi kemudahan.
Taehyung balas menatap gadis itu dengan ragu. Apa tidak apa? Apa dia diperbolehkan?
“Nam Junhee, aku memperingatkanmu—“keraguan itu tercetak jelas di wajahnya. Sungguh, Taehyung sedang dalam mode yang tidak bisa diajak bercanda. Dan jika Junhee hanya ingin memberinya harapan palsu, lebih baik gadis itu segera berlalu dari hadapannya.
“Kau tidak percaya padaku? kau pikir aku main-main?” Junhee balik menantang Taehyung. Pria ini kenapa? Sebelumnya dia bisa melakukan apapun dengan isi kepalanya yang menakjubkan itu, tapi kenaa dia tiba-tiba melemah seperti ini? Junhee kecewa.
“Kau—apa kau tidak keberatan dengan statusku? Aku—“
“Seorang tahanan? Kau mau mengatakan itu?” Junhee menyela ucapan pria di depannya. Perlahan dia menarik napas untuk mengajukan pendapatnya. Dari matanya Junhee sudah tahu apa yang ingin Taehyung katakan.
“Maaf, tapi jika itu alasannya aku tidak bisa terima. Jika kau mau menolak keberadaanku, harusnya kau bilang kalau kau tidak menyukaiku. Bukan mau-maunya berada di sini untukku. Kau pria yang baik, Tae. Kau tidak seburuk apa yang kau pikirkan. Kau bertanggung jawab pada apa yang pernah kau lakukan. Dengan berada di sini, itu adalah salah satu dari penebusan dosamu, kau membuat langkah yang benar untuk menuju dirimu yang lebih baik.”Junhee menyentuh tangan pria itu, menggenggamnya dengan sedikit kesulitan karena mereka masih terhalang jeruji besi.
Tapi tangan kecil Junhee yang nakal itu mampu menahan rasa sakit yang diakibatkan minimnya jarak antar jeruji yang menahan Taehyung.
“Aku tidak ingat apa aku pernah mengatakannya, tapi, ya, aku menyukaimu sekarang. Atau mungkin jauh sebelumnya aku memang sudah menyukaimu. Jika kau menyalahkan dirimu, aku lebih harus disalahkan karena aku rasa—aku sudah terlalu lancang melewati batas. Kau tidak bersalah sendirian, aku juga. Jadi, tolong, jangan berkata seperti itu lagi,” Junhee berujar frustrasi.Matanya sudah terasa perih dan Junhee yakin sebentar lagi matanya akan mengekresi airmata dengan berlebihan.
Hatinya dilanda rasa gundah, tapi dia harus tetap tenang untuk meyakinkan Taehyung bahwa semua tidak akan seburuk perkiraannya.
“Tapi—“
“Aku akan mengatur bawahanku. Jangan khawatir. Tugasmu hanya satu, tetaplah baik-baik saja dalam pengawasanku. Jangan melakukan apapun karena aku yang bertanggung jawab. Memintamu untuk bertahan di tempat mengerikan seperti ini mungkin benar-benar permintaan yang keji, tapi, aku akan menyertaimu di sini sampai kau bebas. Kau bisa percaya padaku. Aku bersumpah tidak akan meninggalkanmu sendirian,” kata Junhee.
Kalimat menggebu yang Junhee ucapkan tanpa sadar menarik senyum Taehyung untuk terbit. Gadis ini, kenapa harus menggunakan rayuan panjang lebar seperti itu sih? Memaksa dengan cara halus adalah keahliannya, eh?
“Kenapa kau terdengar seperti sedang memaksa, ya?” Taehyung terkikik geli melihat ekspresi gadis itu.
Junhee sama sekali tidak terpancing, dia tidak ikut tertawa atau memarahi Taehyung karena berani menertawakannya. Bagi Junhee ini bukan sesuatu yang lucu.
“Karena aku sungguh-sungguh. Aku tidak mengatakan omong kosong. Aku bicara dengan kesadaran penuh, dan aku tidak mau kau menganggap itu sebuah candaan, karena aku tidak sedang bermain-main. Aku sunguh-sungguh menyukaimu.”
Taehyung tertegun. Tangannya yang digenggam Junhee menegang. Lalu tangan itu bergerak dengan cepat—mendorong bagian belakang kepala Junhee untuk semakin mendekat. Junhee bahkan dibuat terkejut. Dia sangat yakin jika tangan Taehyung lebih besar dari miliknya, tapi kenapa bisa menembus sampai sejauh itu dan dengan kecepatan yang mengejutkannya? Tangannya apa tidak sakit?
Tapi Junhee tidak diijinkan untuk berpikir lebih lama karena Taehyung kini akan mulai bicara dalam jarak dekat dan kembali menatapnya dengan cara yang mengerikan. Kenapa harus menggunakan sorot mata itu sih? Junhee menggerutu dalam hati. Apa Junhee pernah mengatakan jika titik lemahnya adalah dipandangi selekat itu oleh pria ini?
Telapak tangan Taehyung turun—merambat menuju wajah gadis itu, menggerakan ibu jarinya untuk menyentuh Junhee dengan gerakan teratur yang lembut.“Baik. Kalau begitu jangan menyesal. Aku memperingatkanmu!”
Dengan tangannya yang bebas Junhee menumpukkan tangannya di atas tangan Taehyung. “Tidak akan pernah!”
Dan jatuhlah airmata Junhee saat itu juga, membuat Taehyung panik. Ekspresi yang menggelikan untuk dilihat, Junhee bahkan bisa tertawa meski airmatanya tak kunjung mau berhenti.
“Astaga Taehyung, kurasa aku sudah gila. Ra—rasanya aku ingin tertawa keras sekali. Tapi aku harus menyembunyikanmu dengan baik—dengan cara tidak membuat keributan.”
“Ck,” Taehyung berdecak. Sedikit merasa menyesal karena ternyata Junhee itu sedikit aneh. “Kenapa reaksimu berlebihan begitu?”
“Karena bahagia itu harus disyukuri, jadi aku berterima kasih pada Tuhan sampai menangis begini. Bagaimana? Aku gadis yang baik ‘kan? Kau harus merasa terhormat sudah disukai oleh gadis sebaik aku!”
“Ya, kau gadis yang baik. Terima kasih karena sudah memberikan warna baru untukku,” balas Taehyung yang langsung membuat tawa Junhee mereda dengan perlahan.
“Jun, kau pernah minum Blue Orangeade?” tanya Taehyung. Dia tiba-tiba ingat sesuatu yang menarik.
“Blue Orangeade itu air jeruk yang berwarna biru ‘kan?”
“Ya.”
“Pernah. Kenapa?”
“Bagaimana rasanya? Apa kau suka?”
“Suka. Rasanya enak. Saat pertama kali mencobanya aku tidak menyangka jika rasanya akan seperti itu. Padahal dari namanya saja harusnya sudah ketahuan ‘kan? Tapi tetap saja menakjubkan, mengingat jika dalam warna komplementer orange dan biru adalah warna yang berlawanan.”
“Tapi komplementer sendiri artinya saling mengisi, bersifat saling melengkapi. Ya, meski aku juga tidak terlalu paham mengapa orange; warna yang bersifat hangat harus dipadukan dengan biru; warna yang bersipat sejuk, dan menjadi nama minuman,” jelas Taehyung.
Junhee hanya diam sambil mendengarkan. Dia tidak menyangka jika Taehyung akan mengetahui hal-hal kecil seperti itu. Dan mengapa pula menyangkutkan nama minuman dan warna dalam kesepakatan baru yang baru mereka buat ini?
Taehyung melanjutkan deskripsinya, “warna komplementer adalah sepasang warna yang saat dipadukan akan saling membatalkan satu sama lain dan mereka akan menghasilkan skala warna baru. Kau sadar akan sesuatu?”
“Eh?” Junhee tiba-tiba mengerjapkan matanya dengan tatapan kebingungan. Dia sedang asyik mengamati Taehyung yang sedang serius, sumpah demi apapun pria ini terlihat jauh lebih tampan saat wajahnya tidak menunjukan ekspresi menjengkelkan.
“Kita seperti Blue Orangeade itu,” ucap Taehyung diiringi senyuman manis. “Kita terlalu berbeda dan itu yang membuatnya menarik. Aku senang memulainya denganmu, Jun. Lebih dari Blue orangeade yang sedang kita bicarakan, kau adalah warna paling menakjubkan yang pernah aku temui, dan aku membutuhkanmu untuk melengkapiku. Kita adalah warna komplementer itu sendiri di dunia ini.”
Junhee tertawa, Kim Taehyung ternyata pintar dalam hal membuat perumpamaan. Manis sekali.“Apa aku boleh tersanjung?”
“Tidak!” Jawab Taehyung cepat. Matanya kini berubah lagi menjadi menakutkan.
Gadis itu mengerjap. “Kenapa? Aku bahkan baru ingin mengatakan sesuatu juga.”
“Karena ini sudah hampir dini hari dan kau harus turun. Jangan pikir aku akan membiarkanmu bermalam di sini, Nam Junhee.”
Junhee merengut kecewa, tapi secepat kilat dia mengubah ekspresi wajahnya.“Taehyung, berjanjilah satu hal, dan setelah itu aku akan turun,” pinta gadis itu.
“Apa?”
“Berjanjilah akan tetap bertahan,” katanya penuh harap.
“Tidak bisa,” balas Taehyung cepat. “Tapi akan kupertimbangkan. jika kau tidak berulah aku akan menurut.” Lanjut pria itu lagi.
“YAK! Harusnya aku yang mengatakan itu!”
“Hahaha. Selain hangat ternyata orange itu pemarah. Turunlah. Kau harus tidur. Kau harus bertugas besok.” Taehyung menarik tangannya dari kontak fisiknya dengan gadis itu. Lalu berjalan menuju ranjangnya.
“Selamat tidur.”
![](https://img.wattpad.com/cover/89475992-288-k147556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ARMOR PIERCING BULLET [SUDAH TERBIT]
Hayran KurguBullet Series #2 [The Armor Piercing Bullet] Cerita sudah diterbitkan, tapi versi wattpad masih lengkap dan bisa dibaca ❤ Something like that happening to me. Having someone so precious that I can't fall asleep. You-whose heart ached whenever you th...