JILID VII [Problem]

1.1K 204 18
                                    

[VII] PROBLEM

Here comes a wave meant to wash me away, a tide that is taking me under. Swallowing sand, left with nothing to say.

***

Pagi  telah tiba, dan Junhee akan mengawalinya dengan apel pagi—menerima laporan-laporan dari bawahannya yang bertugas. Tidak banyak hal yang berubah, keadaan masih tetap sama seperti beberapa hari yang lalu, hanya aja, fokus gadis itu kini berlebih, jika itu menyangkut seorang Kim Taehyung.

Apa mereka sudah seperti sepasang kekasih? Junhee harap, iya. Kesepakatan mereka malam itu memang tidak sampai melahirkan gelar baru antara mereka. Tapi Junhee yakin bahwa dia selangkah lebih dekat dengan pria itu. Mereka bukan anak remaja yang mementingkan status semacam itu. Seperti ini pun tidak masalah. Junhee tidak keberatan.

Junhee tidak akan segan memandangi pria itu lekat-lekat. Mendekatinya kala dia kesulitan menjalankan tugas yang diberikan para penjaga, menyeka keringat pria itu kala dia mulai mengeluh kelelahan.

Sama sekali tidak terlihat mencurigakan—pada awalnya, karena Junhee tidak hanya memerhatikan satu sosok, gadis itu akan melakukan hal yang sama jika ada anggota atau penghuni tempat ini yang kesulitan beradaptasi, hanya saja jika itu Taehyung, prilaku dan perhatiannya sedikit Junhee beri bonus.

Mereka ‘kan sepasang kekasih? Dalam anggapan Junhee. Betapa Junhee menyukai julukan itu saat ini.

Namun agaknya Junhee melupan sesuatu yang tak kalah penting, tanpa sadar dia sudah melonggarkan kewaspadaannya pada sekitar.

Dia terlalu terbuai pada suasana tenang yang membelenggunya, hingga mengabaikan beberapa orang yang diam-dia menunggu dirinya lengah untuk kembali bergerak—seperti saat ini, gelagatnya dibaca seseorang yang kini curi-curi kesempatan untuk memandanginya.

Sudut bibirnya terangkat, tersenyum meremehkan sosok itu. Menjijikan sekali mereka—itu yang sejak tadi dia gumamkan.

Melihat kedua orang itu membuat hatinya panas. Bukan karena cemburu, hanya saja, dalam sudut pandangnya itu terlihat menggelikan.

Taehyung berubah. Dia terlalu banyak bergaul dengan Jungkook dan itulah hasilnya. Kedua maknae kebanggaan Bulletproof Boy Scout telah tunduk pada musuh, hanya karena mereka adalah seorang wanita?

Oh, begitu kebodohan mereka akan menarik untuk dia permainkan. Kim Namjoon yang kini diseret paksa itu, menampakan seringaian licik yang menakutkan. Entah apa yang dia rencanakan, yang pasti, itu akan jadi pertanda buruk.

Pengkhianatan yang Taehyung lakukan akan Nam Joon balas dengan pengkhianatan yang lebih besar. Hanya ingin melihat, sampai di mana Taehyung mampu terbuai.

Bukankah dia perlu disadarkan?

Sepeninggal Namjoon, gadis itu kembali bergerak—mendekat ke Taehyung, dia berbisik pelan, “Aku akan mengunjungimu lagi, nanti malam. Tunggu aku ya, Tae.”

Senyum manisya mampu memancing senyum Taehyung untuk ikut terukir, namun, bukannya menjawab iya, pria itu malah berlalu begitu saja, meninggalkan gadis itu tanpa pamit.

Dan reaksi Junhee saat ini adalah menahan diri untuk tidak berteriak keras untuk memaki pria itu. Taehyung yang saat ini diapit oleh dua orang petugas untuk kembali masuk ke dalam sel, hanya melirik gadis itu dan kembali berjalan.

Mood Junhee hancur seketika. Bisa-bisanya pria itu mempermainkannya sedemikian mudah.

***

Junhee sedang duduk di kursi kebesarannya, memangku dagunya, memainkan pena yang dipegangnya—mengetukannya pada dokumen yang ada di atas meja. Tidak. Junhee tidak membacanya.

Gadis itu hanya mendesah pelan beberapa kali, rasanya dia kehilangan semangat. Dan kini muncul suara pintu ruangannya diketuk seseorang dari luar sana.

“Masuklah,” balasnya dari dalam.
Sosok Nayeon memenuhi indra penglihatannya, gadis itu membungkuk memberi hormat sebelum masuk dan duduk di depannya. “Maaf mengganggu waktu anda, Bu.”

Junhee menggeleng, “Tidak, kau tidak mengganggu, ada apa? Ah, apa laporan bulanan yang aku berikan sudah sampai di NIS?”

“Itulah salah satu perihal yang ingin saya bicarakan,” jawab gadis itu, alis Junhee terangkat mendengar jawaban Nayeon. Apa ada masalah? kenapa ini terasa menegangkan.

“Baiklah, katakan. Aku akan mendengarkanmu.”

“Laporan yang anda kirimkan, belum  memenuhi syarat. Mungkin itu juga adalah kesalahan kami. Laporan penjara khusus, harus dilaporkan tidak hanya dalam bentuk laporan tertulis. Keadaan , tempat di tiap sudut pun harus ikut dilaporkan. Seperti yang anda tahu, penjara khusus juga dilengkapi oleh beberapa kamera CCTV yang memantau setiap sudut gedung. Hanya saja, beberapa waktu lalu, kami me-non-aktifkan beberapa kamera yang terpasang di lantai dua dan tiga, dikarenakan kedua lantai itu tidak berpenghuni. Dan, kami lupa memasangnya kembali,” jelas Nayeon panjang lebar, raut menyesal begitu terukir di wajah gadis itu.

THE ARMOR PIERCING BULLET [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang