JILID XIV [HOUSE OF CARDS]

478 78 9
                                    

[XIV] HOUSE OF CARDS


It’s a stake, it’s dangerous again. So bad, why? We are…
To with stand it more, to sustain it more… so hard. It can’t.


***
Terkutuklah Nam Junhee dengan segala rencana gilanya. Taehyung menatapnya saksama, lalu sedetik kemudian bibirnya tertarik—menyungging dengan cara yang tidak menyenangkan dalam pandangan Junhee.

Pria itu—Kim Taehyung—yang sedang dia perjuangkan menatapnya remeh dan menganggap bahwa semua kalimatnya adalah sebuah candaan?

Oho! Pria itu belum tahu siapa Nam Junhee dan seberapa gilanya gadis itu.

“Kau tersenyum? Heh, beraninya,” Junhee terkekeh dengan air mata yang keluar dari matanya yang sudah memerah. Tangannya yang menggenggam kartu kian memutih, amarahnya memuncak dan dia tidak tahu bagaimana melampiaskannya dengan cara yang benar.

“Kau benar-benar meremehkanku, Kim Taehyung? Baik. Mari ikuti permainanku!” Junhee menarik tangan Taehyung dengan paksa menuju keluar sel.

Lalu apa yang Taehyung lakukan?

Memberontak?

Tentu saja itu yang dilakukan Taehyung sejak tadi. Tapi Junhee tetap tidak menyerah. Saat Taehyung menghempaskan cengkraman Junhee, Junhee akan kembali menyeretnya. Hingga saat mereka berhasil keluar, alarm tanda bahaya berbunyi lengkap dengan lampu merah yang berkedip-kedip sepanjang lorong.

Seketika suasana yang semula tenang berubah. Seluruh penjaga panik bukan main. Lantai tiga.

Tanda bahaya yang menyala itu berasal dari sana. Lagi-lagi tempat itu adalah tempat di mana kekacauan terjadi. Mereka masih belum bisa melupakan apa yang terjadi seminggu lalu. Berbondong-bondong mereka berlari menuju ke lantai itu.

Suara langkah kasar terdengar dan membuat  Junhee mengalihkan pandangannya dari Taehyung—menuju ke arah mereka yang kini sudah ada di depannya.

“Apa yang anda lakukan?” tanya Jeonghan. Wajahnya yang masih dihiasi perban di bagian tulang pipi kiri itu menatapnya cemas. Tidak hanya dia, semua petugas yang berada di sana juga melakukan hal yang sama. Mereka semua menatap Junhee dengan tatapan bertanya tentang apa yang sebenarnya akan dia lakukan.

“Jangan halangi jalanku,” desis Junhee pelan. Matanya menatap tajam seluruh bawahannya yang berjajar di depannya—seolah menghalanginya. “Aku harus melepaskan Kim Taehyung,” ucapnya lagi.

Tak ada sorot mata gentar, takut, bahkan ragu-ragu sekalipun tak tersirat dalam wajah pucat Nam Junhee. Tangannya yang kini sudah tak menggenggam rantai itu beralih ke pergelangan tangan Taehyung—membuat pria itu mengikuti pergerakan tangan Junhee.

Tangan itu tidak gemetar, tidak berkeringat dingin, dan itu membuat Taehyung takjub juga ketakutan dalam waktu yang bersamaan. Bagaimana bisa Nam Junhee bersikap seceroboh ini? Bukankah ini terlalu buka-bukaan jika ingin melarikan diri?

“Apa maksud anda? Melepaskan Kim Taehyung? Anda ingin membebaskan tahanan utama tanpa adanya surat perintah?”

“Ya!” ucap Junhee tanpa mengangguk. Sejak tadi matanya tak lepas dari sosok-sosok di depannya. Junhee tengah bersiap juga berjaga-jaga akan serangan yang bisa saja dilakukan bawahannya karena tindakannya yang illegal ini.

“Jadi menyingkir dari hadapanku dan biarkan aku melepaskannya. Jangan khawatir, aku akan mengangkapnya kembali jika itulah yang kalian khawatirkan,” tanpa diduga Junhee mengangkat sejata api miliknya—mengarahkannya ke depan, ke arah di mana bawahannya berada. Membuat mereka secara reflek balas mengangkat senjata milik mereka.

“Nam Junhee, kau gila?!” teriak pria di belakangnya.

Adegan mengerikan itu akhirnya bisa Taehyung lihat dengan mata kepalanya sendiri. Tangan kanan gadis itu yang menggenggam miliknya. Dan tangan kirinya yang menggenggam erat senjata api.

Taehyung bahkan bisa mendengar dengan jelas kala gadis itu menarik pelatuk senjata miliknya.

Ini sudah di luar batas. Seharusnya tidak sampai seperti ini. Seharusnya tidak perlu berlarut hingga ke tahap terlalu berlebihan seperti ini. Seharusnya kisah mereka berakhir kala dia memutuskan untuk kalah dan menjauh.

“Hentikan, Jun. Tidak seharusnya seperti ini,” ucap Taehyung tegas. Saat ini, yang dibutuhkan hanya salah satu dari mereka yang berpikir logis, salah satu dari mereka yang menghentikan kegilaan kawannya, salah satu dari mereka yang menenangkan dia yang tengah kacau dan bertindak melenceng dari yang seharusnya.

“Harus!” balas Junhee tanpa berbalik.

THE ARMOR PIERCING BULLET [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang