JILID V [A SECRET]

1.7K 262 37
                                    

[V] A SECRET

All Night, I tossed and turned, my heart feels off. I’m staring to get sneppy. What do I do?


***

Sebenarnya, kau itu apa Kim Taehyung?

Tak sampai pada jawaban yang ingin dia dapatkan, suara langkah tergesa dan beberapa teriakan terdengar. Sedikit menggemparkan, dan Junhee tidak bisa menjelaskan apapun saat  suara itu mulai memenuhi indra pendengarnya dengan pertanyaan, ‘apa anda baik-baik saja?’ kepalanya begitu pening. Dan dia hanya mampu bersandar pada dinding saat ada sesuatu yang terasa melepas genggaman Taehyung yang semula bertengger indah di pergelangan tangannya.

Beberapa orang yang samar-samar terlihat itu—menjauh, entah itu apa, yang jelas Junhee merasa sekarang tubuhnya dipapah untuk memasuki ruangan pribadi miliknya.

“Anda mau minum sesuatu? Anda terlihat tidak baik,”  tanya seseorang. Itu seperti suara Nayeon—salah satu penjaga di sini, sama seperti Jeonghan.

Junhee mengangguk lemah. Pelipisnya sakit bukan main. “Kepalaku pusing, aku mau teh hangat,” balasnya. Dan bawahannya itu menurut, dia membawakan satu gelas teh hangat yang manis, dan aroma melati yang mengepul dengan uap hangat dari teh itu membuatnya tenang.

“Apa anda tidak tidur semalam?” tanya gadis itu, dia kini mendudukan diri di depannya.

Dia mengangguk kecil, “ya, karena aku harus menyelesaikan laporan bulanan selama bertugas di sini semalam. Tolong bawa berkasnya, ya—Yeon, aku sudah menandatanginya. Tolong antarkan itu ke markas utama NIS. Sepertinya, aku tidak bisa mengantarkannya sendiri hari ini.” Junhee masih memijat pelipisnya yang terasa menegang. dia butuh relaksasi. Pria itu berefek buruk baginya—ternyata.

“Baik, Bu. Saya akan mengantarkannya sekarang. Istirahatlah. Saya pergi.”

“Terima kasih, Nayeon.”

Gadis itu hanya membalasnya dengan senyum simpul dan anggukan kepala. Kepalanya kembali berdenyut. Dan denyutan itu diiringi dengan bayangan Taehyung yang entah dari mana celahnya hingga dia bisa masuk dan begitu jelas terlihat.

“Kim Taehyung, apa yang pria itu lakukan padaku sebenarnya?” Junhee menggigit bibir dalamnya kuat-kuat. Hatinya bergemuruh dan dia berkeringat dingin.

Tangannya tergerak untuk mengambil ponsel pintar berbentuk persegi dengan warna putih, dia menghubungi seseorang di seberang sana. Hanya pendapatnyalah yang mungkin bisa menjawab apa yang Junhee pertanyakan. Kinan itu pakar cinta. Dia sudah hatam buku-buku yang menceritakan tentang kisah cinta. Mungkin salah satu dari kisah itu ada yang seperti kisahnya. Siapa tahu kan?

Baiklah, ini mungkin terdengar gila. Dan Junhee yakin Kinan yang menyebalkan dan sayangnya sangat pintar itu pasti akan menghujaninya dengan kalimat candaan menyebalkan khas dirinya. Tapi, Kinan begitu menghargai sebuah perasaan selucu apapun itu, dia tidak akan menertawakannya, Junhee yakin itu.

Detak jantungnya berdetak seiring dengan bunyi nada tunggu—tanda bahwa panggilannya tersambung.

Begitu terdengar kata “hallo?” dari seberang sana. Junhee langsung bicara tanpa basa-basi.

“Im, jantung berdetak cepat,  telapak tangan berkeringat dingin, apa yang terjadi padaku, Im?” Junhee menggigiti ujung kukunya karena terlalu gugup dan tegang.

“Kau punya penyakit jantung?”

Mata Junhee membesar mendengar jawaban gadis itu. “Kau mendo’akan ku?!”

“Aku ‘kan hanya bertanya, kenapa kau marah?!”

“Dasar tidak bisa diandalkan!” sudah dia duga, Kinan pasti menyebalkan di saat-saat penting.

“Hey, jangan marah dulu. Pertanyaanmu itu ambigu. Coba ulangi lagi pertanyaannya, Jun. kumohon dengan kalimat yang mudah dipahami, okay? Kau baik-baik saja ‘kan di sana? Nada suaramu membuatku takut, kau seperti orang yang sedang frustrasi.”

Junhee diam untuk beberapa saat. Apa harus dia ceritakan pada Kinan? apa tidak apa?

“Aku tidak sedang baik-baik saja, Im. Aku nyaris kehilangan diriku. Aku tidak mengenali diriku yang sekarang. Aku harus bagaimana?”

“Kenapa? Kau tidak kerasan di sana? Tugasmu sangat berat? Atau—“

“Bukan. Bukan itu. aku kerasan di sini. Tempat ini tidak seburuk yang dikatakan orang-orang. Tempat ini juga tidak berhantu, tidak seperti yang Tzuyu katakan. Yang aneh bukan tempat ini. Tapi aku. Sepertinya ada yang aneh dengan tubuhku. Aku tidak tahu kenapa, hanya saja , itu hanya akan berekasi jika aku berada dalam wilayah tertentu,” ucapnya. Junhee meracau dengan kalimat yang benar-benar berbelit.

Contohnya?”

“Radius di mana ada seorang Kim Taehyung di dalamnya.” Junhee membekap mulutnya, sedikit menggerutu karena bisa-bisanya dia keceplosan bicara. Mari kita dengar gelak tawa dari gadis di seberang sana beberapa saat lagi.

“HAHAHAHA. Dasar bodoh! Junhee kau benar-benar lucu,” komentarnya. Benar kan dia tertawa. Kentara sekali dia tertawa mengejek.  “Kau jatuh cinta, um?”

“Hah?!” Junhee terkejut bukan main. Dia bahkan berteriak di telepon.
Kinan seketika menghentikan tawanya. Jatuh cinta pada seseorang itu bukan hal yang lucu. Tidak ada yang berhak menertawakan seseorang hanya karena seseorang yang lain jatuh cinta.

Jantung yang berdetak cepat saat di dekatnya, gugup saat beradu pandang dengannya, berkeringat dingin saat bersentuhan dengannya, tersenyum aneh atau kebingungan saat memikirkannya. Itu reaksi tubuh kala hatimu merasakan perasaan itu. Junhee sudah besar ya, sudah bisa jatuh cinta.”

Junhee diam. Hatinya sedang beradu memperebutkan jawaban mana yang benar, ya atau tidak? Junhee ragu pada dirinya sendiri.

Jun, cinta itu kadang memang tidak butuh deskripsi. Kau hanya perlu meyakinkan diri. Tidak ada yang salah dengan semua reaksi yang kau dapatkan dari aksimu mencintai seseorang. Jangan khawatir, kau baik-baik saja. Tapi, bukankah itu cukup memberi efek yang menyenangkan? Mencintai seseorang itu pemancing rasa bahagia, Jun. kau harus bersyukur.”

“T—tapi, Im. Aku tidak yakin. Aku takut—“

Apa yang kau takutkan?”

“Im, bukankah kami berbeda? apa itu diperbolehkan? Maksudku, apa aku boleh—“

“Boleh! Kau boleh mencintai siapapun. Terlepas dari siapa dia, dia adalah seseorang yang dipilih hatimu. Kau tidak bisa merencanakan akan jatuh pada siapa. Jangan pernah menganggapnya sebagai sebuah kesalahan. Seperti kataku tadi, kau harusnya bersyukur.”

Junhee semakin dibuat termenung, namun seulas senyum tipis terukir di bibirnya yang kecil. Dia mulai merasa tenang sekarang.

“Sudah. jangan terlalu diambil pusing, kau hanya harus menikmatinya saja. Sampaikan salamku untuk Taehyung ya? Ah, matta, bisa kau foto wajahnya untukku? Aku ingin tahu, apa pria itu masih sangat tampan saat tinggal di penjara khusus. Ya?”

Mata Junhee kembali membulat dan perkataan seseorang di seberang sana membuatnya mendidih. “JANGAN HARAP!” 

Plip. Junhee memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Mode serius gadis itu benar-benar tidak bisa bertahan lama.

THE ARMOR PIERCING BULLET [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang