Jedakan rasamu.

53 2 0
                                    

"Kau tau, aku selalu merindukanmu bahkan dalam usaha melupakanmu"

Saat bel pulang itu berbunyi, tubuh ina langsung mendapat sebuah bayangan gagah. Itu ternyata adalah tubuh digo. Kenapa digo menghampiri ina? Siang itu, dhiba masih berada di perpus menyelesaikan tugas harian nya. Dia sudah biasa seperti itu.

"Assalammualaikum ina"

digo terlihat gugup namun mencoba untuk santai. Dengan cepat, ina langsung memalingkan muka ke bawah tanah.

"Eh, waalaikummussalam. Ada apa kak digo?"

Jawab ina dengan beribu keheranan. Jarang sekali ketua osis itu menghampiri diri dia kecuali jika ada masalah osis. Selain anggota paskib, ina juga pengurus osis.

"Aku mau ngomong bentar. Kira kira bisa gak?"

"Boleh kak, selagi tak mengundang dosa"

Selesai ucapan itu, digo membatin 'segitunya mereka takut dengan bukan mahrom. YaAllah berikan aku sebuah pemahaman agar aku tidak dilema seperti ini'

Mereka pun berteduh disalah satu pepohonan untuk membicarakan sebuah hal. Iya, hanya berdua namun dihiasi beberapa orang yang hendak pulang kerumah.

"Bagaimana dengan dhiba sekarang? Apa keimanan nya semakin bertambah setelah dia jauh dari aku?"

Ucapan digo seketika membuat ina menatap nya dengan iba.

"Kak? Kakak mau bahas dhiba? Aku rasa aku tidak bisa kak, ku fikir soal organisasi. Maaf kak aku harus pulang"

Ina langsung melangkah kan kaki untuk jauh dari digo namun..

"Ina tunggu. Apa kamu juga gak faham sama rasa sayang aku ke dhiba melebihi apapun? Aku menyayanginya tulus na. Tak ada alasan apapun, aku juga mecoba menghindar dari rasa ini dan.. Nyatanya aku lebih sulit menjauh dari dhiba. Karna aku faham sama hati aku, rasa kali ini bukan untuk di permainkan. Tapi di perjuangkan. Kau tau, aku benar benar merindukan dia, bahkan saat dalam usaha melupakannya.  Tolong bantu aku memperjuangkan hal itu ina"

digo agak sedikit memekik. Dan ina mulai faham sehingga dia menghentikan langkah nya. Dan kembali mendekat ke digo.

"Maaf kak. Iya aku faham. Aku faham kalau rasa kakak yang satu ini memang tulus dari hati. Tapi kak, cinta gak harus memiliki. Apalagi memang belum saat nya memiliki. Kakak itu seorang ketua osis, harus banyak yang kakak fokuskan. Apalagi menjelang ujian seperti ini. Dan dhiba , alhamdulillah keimanan dia semakin hari semakin bertambah kak. Aku ikut senang soal itu. Tapi maaf kak, kalau membantu kakak untuk kembali memperjuangkan itu aku tidak bisa. Bukan niat tak ingin membantu, hanya saja itu tak wajar ku lakukan karna telah melihat susah payah nya si sahabat itu mencoba belajar taat. Tapi aku punya saran, kakak bisa mencintai dhiba dalam diam. Serahkan semua nya kepada Allah kak. Curahkan apa yang ingin kakak lalukan untuk dhiba, sesungguhnya Allah maha mendengar untuk hamba nya yang sholeh. InsyaAllah itu berkah kak" Mata digo sempat berlinang namun tak menetes karna masih sanggup menahan.

"Tapi na.. Apa dhiba akan mencintaiku juga jika aku telah menyebut namanya dalam do'a ku?"

"Hehe aduh aku bukan peramal kak. Sudah lah, seburuk dan sebaik yang terjadi pasti terbaik di mata Allah. Yang penting adalah usaha nya"

Ina tersenyum kecil melihat digo yang tampak benar benar tergila gila oleh dhiba.

Di waktu yang sama, dekat dalam perpustakaan. Terlihat dhiba sedang beres beres untuk segera pulang. Namun tiba tiba dihadapan nya terdapat sosok jero.

"Dhib?"

"Eh asstaghfir.."

"Gausah kaget. Maaf gak ngucap salam"

CHANGESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang