1 tahun kemudian

58 2 0
                                    

Adhibaself.

Assalammualaikum. Sekarang aku dan teman teman ku sudah duduk di kelas 2 SMA. Aku sudah belajar menjadi muslimah sejati. Kali ini keputusanku bukan main main. Ini adalah hariku sekolah dengan pakaian lebih tertutup berbeda dari biasanya. Aku telah banyak menemukan celotehan celotehan perih di belakang maupun langsung dari depan sekalipun. Namun karna aku menjaga sholat ku,aku yakin bahwa Allah bersamaku. Aku menyikapi dengan sabar dan lapang dada. Karna aku pernah mendengar sebuah hadist bahwa
'Apabila mereka menghina dan mencaci maki mu, maka bersabarlah. Sesungguh nya saat itu beribu malaikat sedang mendo'akanmu'.

Sekarang aku mulai sering sharing ke social media di gadjet ku. Aku mulai mencari tau dimana letak jati diriku sendiri. Lama kelamaan aku mulai faham bahwa kewajiban menutup aurat itu memang benar. Alhamdulillah skarang pakaian ku sudah bisa ku jaga, namun aku tak tau ridho-Nya bisa kudapatkan atau tidak. Aku hanya bisa berusaha di bantu sahabat muslimah ku REINA AYUSITA. Ya. Aku menyayanginya.  Dia lah salah satu penyemangat harian ku. Aku di dukung olehnya dan aku juga mendukungnya, kami sama sama mendukung. Maka kami juga sama sama sangat menyayangi. Tak ada kata yang lebih pantas untuk bersyukur kepada Allah sang maha bijaksana karna telah mempertemukan kami.

Satu hal yang masih belum bisa ku atasi, yaitu jauh dari bukan mahram itu. Kak Digo. Kini kak digo sudah kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan mengalami ujian akhir sekolah. Semakin banyak kenangan manis yang telah kami lewati bersama. Apalagi dia yang perkataan nya selalu menyimpulkan bahwa dia mencintai ku. Dia semakin mendalami hal itu, aku sudah menganggap acuh namun susah di pahami.
Hari ini, aku dan ina telah merencanakan hal ini. Hal yang sejak awal hijrah, belum sanggup untuk mengatakan nya. Apalagi dengan respon kak digo yang kini semakin mendekat dengan ku. Namun anehnya, kadang dia sering bilang bahwa dia lebih menyukai aku dengan canda tawa lawakku meski itu sudah takkan ku lakukan lagi. Tapi siang ini, aku benar benar harus melakukannya. Aku harus menjauhi kak digo yang rasa nya semakin dalam dengan ku padahal sikap ku menyikapi nya adalah dengan sewajarnya saja.

"Ayo dhib, kamu pasti bisa. Ingat Allah. Pilih lah pilihan yang bisa mendekat kan mu pada-Nya. Maka akan datang hikmah nya di kemudian hari"

Ina menguatkan ku dari jarak kurang lebih 4 meter itu.

"Doa kan aku ina"

"Pasti. Bissmillah"

Aku melangkahkan kaki untuk menuju bukit belakang sekolah dengan pakaian hijab ku. Aku yang memang menginginkan pertemuan ini. Dengan kak digo. Iya. Kak digo. Hingga akhirnya kak digo datang dengan nafas terpengkal.

"Lama ya dhib? Maaf ya, gue tadi nulis formulir lomba besok" Kak digo mendekati tubuhku.

"Duduk lah kak. Namun jaga jarak"

Ucapku. Dia menuruti perkataan ku dan duduk agak jauh dari ku. Kini panas terik mulai menghampiri keadaan kami. Mata ku yang tadinya membelalak, kini mulai menyipit karna silau nya mentari siang itu. Suasana masih tetap hening walau terik semakin panas. Aku harus bisa mengatur nafas ku.

"Ada apa dhib, kok sepertinya penting sekali?"

"Kak?"

Walau aku tak memandang kak digo. Tapi malah kak digo yang memandang ku dengan kerutan di dahi itu

"Ya?" Jawab nya cuek padahal kita semua pasti tau bahwa dia benar benar heran dengan sikap dingin ku.

"Tau kan bahwa aku memilih untuk lebih taat kepada-Nya?" Aku memejamkan mata ku seakan tak sanggup dengan terik matahari, namun realita nya aku malah tak sanggup melihat reaksi kak digo yang dulunya seorang devil bagiku.

"Iya gue tau. Terus?" Dia terlihat semakin penasaran. Dan aku bener bener semakin takut untuk mengutarakan hal ini.

"Jadi.. Aku mau kita jaga jarak kak. Untuk saat ini, aku tidak akan pulang atau bahkan berdekatan dengan mu kak"

CHANGESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang