Terungkap.

73 3 3
                                    

' gak setiap saat air mata itu pantas jatuh, sebenarnya akan lebih pantas lagi air mata itu jatuh karna sebuah penyesalan. Penyesalan karna telah menyia nyiakan aku misalnya.'
*
*
*
'Pohon tanpa daun bagaikan hubungan tanpa kepercayaan. Jika di sebuah hubungan tak terlihat kepercayaan, jangan harap menemukan kebahagiaan'


Sementara itu, saat keline mencari dhiba yang tak kunjung pulang kerumah nya sejak awal tadi, tubuh keline tak sengaja menabrak wanita berkhimar merah jambu yang ingin mendahului nya nyebrang di zebracross itu.

"Duh. Gimana sih jalan pake mata dong"

Keline kelihatan marah karna wanita itu menghancurkan konsentrasi nya dalam mencari dhiba sang sahabat

"Maaf mbak maaf.. Saya buru buru" setelah perkataan itu terlontar, terlihat jero yang melambai ke arah wanita itu di sebrang jalan. Dan wanita itu adalah ina.

"Inaaa cepat" Jero terlihat sibuk

"Eh tunggu"

keline menghentikan langkah ina saat telah mengambil pengertian bahwa ina lah penyebab kehancuran rumah tangga nya dhiba dan jero

"jadi kamu yang namanya ina? Penghancur rumah tangga nya sahabat aku?"

  Ina menunduk tak tentu hala. Ia sangat takut siang itu namun dia cepat mengambil pemahaman bahwa cewek dihadapannya itu adalah sahabat dhiba

"Maaf mbak, permisi.." Terlihat ina yang hendak meninggalkan keline

"Heh, perempuan macam apa sih kamu? Ha? Rela banget ngambil kebahagiaannya dhiba? Apa kamu gak punya hati? Hah, sia sia tu seluruh tubuh kamu di tutupi pakai pakaian panjang kayak gini. Eh hatinya busuk! SAMPAH"

"CUKUP KELINE!"

Jero yang sedari tadi memperhatikan keline bicara, kini tak bisa menahan emosi nya

"Gausah nyampurin urusan orang. Urus aja diri kamu yang belum benar itu. Kamu tau kan cinta itu gak bisa di paksa? Lantas kenapa masih gak terima?"

"Cinta gak bisa di paksa? Haha mudah banget ya kak ngomong gitu. Lantas selama ini apa namanya kalau kakak gak maksa perasaan kakak buat nikahin dhiba yang cinta tulus sama kakak? Ha? Aku tau, orang muka dua kayak kakak cocok banget buat orang yang gak punya muka kayak dia ini. Maaf kalau kasar. Gak ada satupun orang yang mau sahabat nya sendiri terzalimi"

Keline meninggalkan jero dan ina dengan gaya sangat sangat menggigit itu. Jero dan ina sempat menatap ragu

"Udah gausah difikirin, ayo"

Jero menarik tangan ina yang masih diam tanpa kata.

                        **

"Dhiba? Digo? Lah kok kalian bisa bareng?"

Pandangan itu terfokus pada dua manusia yang berdiri di depan pintu rumah keline. Dhiba kini sudah memakai pakaian seperti biasa yang menutupi aurat nya kembali dan semua itu karna digo yang disamping nya.

Tanpa berlama lama, digo langsung masuk kerumah keline dan mulai menjelaskan.

"Maaf sebelumnya, aku mau jujur kalau sebenarnya aku dan dhiba itu udah kenal sejak SMA. Kita berdua udah saling memahami satu sama lain"

CHANGESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang