Sedikit menjadi bukit.

61 3 0
                                    

*suatu saat kamu bakal tau, siapa yang mencintaimu sedemikian dalam*

Reinaself.
1 tahun silam. 360 hari. Jangan katakan aku munafik karna aku juga telah melakukan beribu hal untuk menjauhi dia. Kak jero. Sama seperti dhiba. Dhiba sekali, namun aku berkali kali. Banyak hal yang sudah ku lakukan, namun semua nya gagal karna sosok ayah. Iya. Ayahlah yang melarangku untuk menjauhi kak jero, aku bingung. Aku memang menyimpan rasa untuknya, aku mengagumi nya. Tapi aku tak bisa menagatakan itu, karna Allah tak menyukai hal itu. Namun itu semua belum sempat ku tanyakan pada ayah.

Dhiba. Dia juga tak tau bahwa aku telah banyak menghabiskan waktu untuk jauh dari kak jero. Namun kak jero sering mengatakan 'Ingat ina, gak selamanya laki laki itu berdampak buruk bagi seorang muslimah'. Tapi aku sudah dapat menghindarinya saat ini dengan hal sederhana yaitu tidak pulang bersamanya.

Kulangkahkan kaki untuk masuk ke rumah ku, tetapi..

"Assalam-"

"Eh kamu udah nyampek"

Lagi lagi aku kaget. Kulihat ada kak jero yang duduk di ruang tamu ku bersama ayah. Aku tak biasa melihat hal ini. Kecurigaanku pertanda aku semakin ingin tau. Namun, hati kecil ku sempat merasakan musim bunga melihat sosok orang yang ku kagumi.

Aku mendekat ke ayah dan bersalaman dengan nya juga kak jero.

"Duduklah na"

Ucap ayah. Dan aku duduk diantara ayah dan kak jero namun berjarak.

Aku masih diam

"Kenapa gak pulang bareng nak jero?" Ayah membuyarkan fikiranku. Alasan ku adalah ingin menghindarinya.

"Tadi ina mau cepat pulang ayah. Lagian gak mau ngerepoti kak jero yang membantu ibu nya"

"Gak ada kerepotan untuk mu ina. Aku membantu mu karna ikhlas bukan karna terpaksa. Lagian bukannya tadi kamu sudah melihat ku menunggumu di depan pagar sekolah? Kenapa gak menghampiri ku saja?"

Kak jero menyekak jawabanku.

Hening.
Ayah melihatku.
Kak jero menunggu jawabanku.
Dan aku tertunduk diam.

"Ayah tau, selama ini kamu pasti menyimpan keheranan pada ulah ayah dengan jero bukan?" Ayah berhasil membuat ku menoleh cepat ke arah ayah.

"Ayah tau, kamu takut mendapat murka Allah kan?" Sambung ayah dan aku semakin fokus pada perkataanya.

"Ayah punya 1 cara agar Allah tak memandang kalian iba"

Hening.
Lagi lagi suasana sore itu sering hening karna dingin nya kata perkata.

Aku menajamkan tatapanku. Kurasa ayah mengerti aku mengibaratkan kata 'apa'.

"Sebenarnya selama ini nak jero menyukai mu ina. Dia amat sangat menyayangi mu. Apa tak tersirat di benakmu soal ini melalui tindakan nya?" Aku terpaku. Aku deg deg an tak karuan. Rasanya ini mustahil. Aku tak pernah tersirat sedikitpun bahwa kak jero menyukai ku. Ya walau perbuatannya semanis madu. Tapi, sepontan aku merasakan musim bunga itu lagi. Karna aku juga mempunyai hal yang sama.

Tatapanku mempererat kepada kak jero. Dan dia juga terlihat tak sabar ingin bicara

"Iya ina. Aku mencintai kamu. Salah satu faktor nya adalah Allah. Aku takkan punya rasa itu kecuali berasal dari Allah. Maka aku mencintaimu karna Allah"

Ucapan nya benar benar menghancurkan dunia ku. Apa ini mimpi? Atau khayalan? Jika benar, segera hentikan ini karna ku tak sanggup.

Aku diam namun menyembunyikan ribuan pertanyaan. Ayah? Mengapa ayah memilih mempercayai kak jero? Dan kak jero? Kenapa dia memilih mencintai ku? Banyak lagi yang ingin kupertanyakan namun ekspetasi nya adalah aku hanya diam

CHANGESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang