Sesempit inikah?

68 5 0
                                    

'Bagaimana mungkin dia yang udah sempat terlupakan, kemudian hadir lagi namun sebagai kekasih sahabat sendiri?'


  Siang itu dhiba beranjak untuk segera ke tempat dimana keline memerintahkan nya untuk datang. Namun sebelum itu, dhiba akan minta izin kepada jero yang sedang duduk di ruang kerja nya dengan beberapa kertas dan laptop yang menyala.

"Kak nanti siang aku sama keline mau ketemu di cafe cahaya. Keline minta bantuan aku untuk menemani dia bertemu dengan calon suami nya. Boleh kan kak?"

Dhiba menatap jero penuh harap dengan tangan jero yang sedang mengutik laptop itu. Keliatan bahwa jero sedang serius

"Kalau aku gak ngebolehin gimana ya?" Terlihat seperti main main, namun raut wajah jero tak sedikitpun terlihat main main.

"Yaa itu hak kakak. Tapi kan, gak ada salahnya aku bantu sahabat sendiri"

Tutur dhiba semakin melembut

"Huh sayang.. Mana mungkin aku ngekang kamu kayak gitu, yaudah kamu boleh pergi. Tapi ingat, pulang nanti aku yang jemput ya"

Kini jero terlihat kurang serius dan memperhatikan istrinya dengan sungguh

"Huh kakak ini. Iya kak, jemput nya jam jam 4 sorean aja ya kak. Yaudah aku beres beres dulu mau segera pergi"

"Iya sayang" Jawab jero lembut selembut sutra. Namun sempat membatin

'sahabat kamu? Hahaha dhiba dhibaa. Sahabat kamu itu ya cuma ina'

Jero tampak aneh dengan batinnya itu. Entah apa yang ada di fikirannya sampai sampai masih memikirkan ina. Padahal di diri seorang dhiba, dia telah berusaha melupakan digo.

                           **

  "Dhiba"

keline melambaikan tangan ke arah dhiba yang mencari cari dimana tempat duduk keline

"Hey"

jawab dhiba dan kini mereka saling duduk berdua.

"Gimana? Udah siap belum liat calon suami kamu?"

Ledek dhiba sembari melihat wajah pucat keline

"Uh kamu ini. Ohya dhib, sebenarnya.."

                              **

Cruuuusshhh

  Kini pesawat itu telah mendarat di bandara soekarno hatta. Para penumpang dipersilahkan untuk beranjak dari tempat nya masing masing. Termasuk dia. Cowok yang ditunggu tunggu oleh keline dan dhiba di cafe cahaya. Cowok itu menghela nafas lembut sembari tersenyum setelah menginjak lantai bandara itu. Sesekali di tariknya koper berisi beberapa pakaian itu untuk membawa nya ke taxi yang sudah di ambang mata. Sepertinya taxi itu menuju cafe dimana keline dan dhiba lumayan lama menunggu.

          Ciiiitttt

"Disini aja pak"

cowok gagah itu turun namun tak membawa koper lagi, mungkin telah di titipkannya untuk di bawa ke salah satu apartemen yang sudah di sewa nya sejak awal menginjak kota jakarta. Cowok berjaket kulit itu kelihatan aneh dengan ekspresinya saat berjalan menuju tempat dimana keline dan dhiba duduk. Tak ada senyum ketulusan disana.

CHANGESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang