#6 Berawal dari senyuman

157 20 13
                                    

Tolong maklumi typonya😁

Happy reading😊😀

_________P O S S I B L E________

Carrisa dan Dehaan kini berjalan berdua menuju ruang kesehatan, yang harus dehaan akui kalau ia tidak tau dimana letak ruangan tersebut, salahkan kelakuannya lalu bersama Dianta yang memilih untuk tidak mengikuti sesi pengenalan gedung.
Dan Sebenarnya dehaan bisa saja mengatakan soal ketidaktahuan akan letak tujuan mereka, namun entah kenapa ada rasa malu untuk mengatakannya, dehaan sendiri bingung kenapa ia harus malu padahal selama ini ia tidak punya malu atau bahkan malu-maluin.

Dan Carrisa, ia tau dimana arah ruang kesehatan tapi ia terlalu bingung untuk sekedar sadar kalau mereka kini berjalan tak tentu arah. Yang ada dipikiran nya sekarang adalah metode apa yang harus ia gunakan, Carrisa memanglah tidak berpengalaman dalam hal praktek namun dalam hal teori mungkin carrisa lah masternya.

Dan setelah berpikir cukup lama akhirnya carrisa memilih untuk menggunakan metode Cewek jutek yang jual mahal persis seperti drama yang akhir-akhir ini ia tonton.

Dan kini carrisa tau kalau mereka telah salah arah dan kenyataan kalau dehaan tidak tau dimana letak ruang kesehatan.

"Lo tau jalan gak sih?" Carrisa memulai aksinya

Dehaan terkesiap lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gue tau.. Hanya saja sekarang gue lupa arah" dan dehaan tambah bingung dengan otak dan mulutnya yang tidak sinkron, tadinya ia ingin mengakui ketidaktahuan nya namun yang keluar dari mulutnya malah sebuah kebohongan kecil.

"Yaudah ikutin gue" carrisa berjalan duluan dihadapan dehaan.
Ia kembali tersenyum dengan tindakannya barusan. ya kalau Chasia melihat ini sudah dipastikan gadis itu akan memukul kepalanya dan berkata "kesurupan mba?" mengingat sifat carrissa yang pecicilan akan sangat horor melihatnya dengan sikap dingin. ngomong-ngomong soal Chasia, carrisa akan memberi hadiah pada sahabatnya itu nanti.

.
.
.
.

Kini carrisa telah duduk disalah satu kasur yang yang masih tertata rapi dengan bantal dan juga selimut tipis berwarna putih, didalam ruangan hanya ada carrisa, dehaan dan seorang yang carrisa yakini sebagai perawat dan seorang lagi yang terbaring dengan selimut menutupi kaki hingga kepalanya, mengingatkan carrisa pada mayat korban tabrak lari yang ia nonton di tv kemarin pagi.

Keheningan kembali merasuki keduanya.

"Ehemm, itu dahi lo masih sakit?" dehaan membuka suara sembari menunjuk dahinya sendiri.

"Tadinya sih sakit, tapi karena ngelihat wajah tampan lo sakitnya langsung hilang" itulah jawaban yang hendak digunakan carrisa, tapi sayangnya ia sedang dalam mode cewek jutek yang jual mahal.

"Sakitlah , mana ada orang dilempar kagak sakit" carissa kembali memasuki perannya.

"Sori" dehaan menjawab singkat takut-takut kalau ia salah ngomong lagi.

"Lo kok hanya diem disitu? Ambilin gue obat kek"

Mendengar perintah carissa dehaan langsung berdiri menuju kearah meja tempat seorang perawat yang terlihat sibuk dengan smarphonenya.

"Mba, obat untuk orang yang kena lemparan buku di jidatnya apa yah?"
Pertanyaan dehaan berhasil mengambil alih perhatian sang perawat.

"Gak perlu pake obat, dikompres pake es batu juga sembuh" perawat itu kini memberikan mangkuk yang didalamnya terdapat kantung dari kain yang berisi es batu.

PossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang