#22 Random

136 16 8
                                    

Satu lagi Pesawat jurusan London-Indonesia yang berhasil melakukan pendaratan mulusnya di bandara paling besar di negeri ini, dan bersamaan dengan pendaratan itu, seorang cowok dengan setelan jas lengkap melangkahkan kakinya untuk memasuki pintu masuk bandara, seperti kebanyakan orang disini, cowok itu juga hendak menjemput seseorang.

“Aku sudah di Bandara.” ujar cowok itu pada benda pipih yang ia tempelkan ditelinganya sekarang.

“.....”

“Iya, iya aku sudah tau namanya, ayah sudah mengatakan itu lebih dari sepuluh kali sejak semalam.”

“....”

“tenang saja, aku akan melakukannya sesuai dengan perintah ayah” mata cowok itu kini mulai menyusuri para penumpang yang baru saja keluar dari pesawat, mencari-cari sosok yang hendak ia jemput sore hari ini.

“Kurasa aku sudah menemukannya” cowok itu berkata seperti itu karna matanya telah menangkap sosok seorang gadis dengan baju kuning yang juga terlihat tengah mencari-cari sesorang, “Baiklah, aku tutup.” lalu setelahnya cowok bersetelan jas hitam itu menghampiri gadis berbaju kuning disana.

“Rhea Agatha?” sapa cowok itu setelah ia sudah berada disamping sang gadis.

Dan yang dipanggil segera memalingkan wajahnya menuju sumber suara, “Ah iya. saya Rhea, kamu..” gadis itu sengaja menggantungkan ucapannya karna jujur ia tidak mengetahui nama cowok dihadapannya sekarang, namun satu hal yang ia tahu, cowok itu adalah cowok yang sama dengan yang dibicarakan ibunya kemarin.

“Nama saya Zio, Azio Geraldo.” balas Zio dengan senyuman tipis.

“Apa kau...” Rhea hendak bertanya memastikan kalau Zio benarlah orang itu, namun ucapanya sudah lebih dulu dipotong oleh Zio.

“Iya saya kesini untuk menjemput kamu.” ucap Zio menjelaskan maksudnya.
dan hal itu hanya ditanggapi Rhea dengan anggukan mengerti, sepertinya berteman dengan cowok ini tidak terlalu buruk, pikir Rhea dalam hati.

...
...

“Serius kamu gak mau diantar sampai dalam?” tanya Zio setelah mereka sampai didepan gedung apartemen Rhea.

“Iya serius, lagian saya sudah terlalu banyak merepotkan.” Rhea tersenyum tipis, “Kalau begitu saya masuk duluan yah, sekali lagi terima kasih untuk tumpangannya” lalu gadis itu segera berlalu masuk kedalam gedung.

Zio yang semula terseyum kini kembali memasang wajah datarnya, ia terlalu lelah jika harus terus-terusan memasang topeng bahagianya dihadapan orang-orang. karna kenyataanya hampir seluruh kisah hidupnya hanyalah sandiwara semata, termasuk perjodohan ini. Ia harus berpura-pura setuju dengan rencana ayahnya, karna hanya dengan itulah ia bisa melihat kebahagian kembali diwajah muram ayahnya.

...

...

Sore ini Dehaan terlihat sedang bimbang sambil menatap layar handphonenya.

"Telepon gak yah ?", Gumam Dehaan samar.

"Telepon aja deh...", akhirnya Dehaan memutuskan. Tapi saat Ia akan menekan tombol panggilan, tiba-tiba handphonenya bergetar disusul dengan nama Carissa tertera dilayar handphonenya.
Dehaan tersenyum senang dan sebelum mengangkat telepon, dia menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskan nya perlahan, lalu menggeser tombol hijau.

"Hemm, Halo ??", Terdengar suara Dehaan yang dibuat sok cool.

"Pfft...", Carissa menahan tawanya saat mendengar nada ketus dari Dehaan.

"Kenapa sih ?, gak jelas banget". Dehaan pura-pura kesal.

"Ciiee... Yang merajuuuk, uuuhh sayang.....", Goda Carissa.

PossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang