Sore itu, sore dimana semuanya menjadi suram. Bahkan terlalu suram dan tak bewarna. Seperti tawa telah dipunahkan dari muka bumi. Beberapa orang terus menangis, bahkan ada yang sampai tak bisa lagi untuk melakukan hal itu karna mungkin, air mata yang dimilikinya telah habis ia keluarkan sejak kemarin, sejak dimana sosok itu dinyatakan pergi untuk selamanya. Meninggalkan berbagai macam luka dan kenangan yang mendalam bagi orang-orang yang ia tinggalkan.
Rhea kini berdiri kaku dengan tatapan kosong yang ia layangkan pada gundukan tanah yang masih baru itu. Orang-orang disekelilingnya terus menangis, mulai dari tangisan histeris sampai tangisan dalam diam seperti yang dilakukan oleh beberapa orang yang cukup ia kenal sebagai senior-senior maupun teman-teman seangkatanya di kampus.
Gadis itu tidak menangis bukan karna ia tidak bersedih atas semua ini. Ia hanya terlalu lelah untuk menangis, karna menangis adalah hal yang telah ia lakukan sejak kemarin tanpa adanya jeda sedikitpun.
Suara tangisan yang mendominasi suasana di pemakaman itu tiba-tiba dikejutkan dengan suara lain yang berasal dari orang-orang yang terkejut melihat seorang gadis yang sedari tadi terus menangis kini jatuh tersungkur keatas tanah.
Rhea tetap berdiri kaku disaat semua orang sibuk mengangkat Zianna yang pingsan menuju mobil, bahkan gadis itu masih tetap setia berdiri disamping gundukan tanah itu saat hampir semua orang telah beranjak pergi meninggalkan pemakaman.
"Rhea" panggil Varen yang kini berdiri disampingnya. "Biarin dia tenang disana" lanjut cowok dengan pakaian serba hitam itu.
Rhea tetap tak perpaling dari gundukan tanah itu. "Dia jahat! Dia udah janji sama gue" akhirnya pertahanannya kembali runtuh , air mata itu kembali mengalir dengan deras. "D..dia dia udah janji gak bakalan ninggalin gue"
"Rhea udah, kita gak bisa ngelakuin apa-apa. Dia udah pergi." Dianta yang sedari tadi berdiri disamping Rhea kini ikut berbicara. Semuanya hadir dalam pemakaman ini, kecuali Alfa yang masih dijerman dan Carissa, Dehaan serta Chasia yang sekarang masih berada dirumah sakit.
"Gak, gue gak terima. Gue gak terima dia udah pergi. Dia masih disini Kan? Iya kan?" gadis itu mengalihkan tatapannya pada orang-orang yang masih berada disekitarnya.
"Rhea, lo harus kuat" Dianta akhirnya memutuskan untuk memeluk sahabatnya itu, mencoba menenangkannya.
"Dia belum pergi.. Dia masih disini. Kai masih disini, Kai ngak mungkin ninggalin gue" gadis itu berteriak histeris dibalik pelukan Dianta.
Dan Pada akhirnya Rhea harus bernasib sama dengan Zianna, pingsan disamping tempat peristirahatan terakhir dengan batu nisan yang bertuliskan nama Kaivan Arvano. Kai adalah salah satu dari lima orang yang menjadi korban Jiwa dalam kecelakaan beruntun kemarin sore.
...
..
.Keheningan terus menyelimuti ruangan bernuasa putih khas rumah sakit tersebut. Tiga orang didalamnya seperti telah sepakat untuk terus berdiam diri. Hingga akhirnya salah satu dari mereka mulai membuka suara.
"Carissa" panggil Dehaan yang tengah berdiri disamping ranjang rumah sakit.
"Apaan?" jawab gadis itu malas.
"Gue mau bicara, berdua!"
"Terus lo mau nyuruh gue keluar gitu?" ucap Chasia tiba-tiba.
"Bicara disini aja" lanjut Carrissa masih dengan nada malas. "Lagian gue capek bicara berdua sama lo, gak ada penyelesaiannya."
Dehaan menghela nafas panjang atas kekeras kepalaan dua cewek yang berada dengannya sekarang.
"Gue mau--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Possible
FanficBerawal dari orang asing yang tak saling kenal, hingga menjadi sahabat sehati sejiwa yang saling melengkapi. "Mungkin hari ini semuanya adalah harapan dan impian. tapi di kemudian hari semuanya akan berubah menjadi kenyataan yang menyenangkan"