#21 Jodoh

113 17 3
                                    

Seorang manusia berparas abstrak terlihat tengah menggulung dirinya sendiri didalam selimut tebal berwarna Abu-abu muda, gulungan selimut+orang itu terus menggeliat seiiring dengan suara bel pintu diluar sana.

Dan setelah suara bel semakin membrutal cowok itu bangkit dari kasur empuknya yang nyaman, berbagai umpatan keluar dari mulut cowok itu, dan ia mengutuk siapa saja yang datang bertamu di waktu sepagi ini. Demi dewa, ini baru jam 5 pagi, waktu dimana kebanyakan orang masih setia bernaung didalam selimut menikmati bunga tidur yang indah, atau setidaknya itu hanyalah pemikiran Reynand mengingat dirinya yang mengatakan bahwasanya waktu normal untuk bangun pagi adalah pukul 7 pagi. Oh! ternyata pemikiran ini tidak hanya dimiliki oleh Reynand karna melihat seorang gadis yang meringkuk diatas kasur mengabaikan keributan diluar sana. Yah, Savina adik perempuan Reynand bahkan lebih parah daripada kakaknya dalam urusan bangun pagi.

Reynand berjalan menuju pintu dengan kesadaran yang masih setengah, rambut hitamnya acak-acakan yang mana malah membuatnya terlihat persis seperti sarang burung berjalan. Pakaiannya sungguh sederhana, celana bokser hitam selutut bersama kaos putih berlengan panjang.

Klik...

Pintu terbuka, menampakan halaman rumahnya yang luas dan langit gelap yang sedikit demi sedikit mulai membiru dan selain itu tidak ada lagi yang dapat diamati dibalik pintu itu atau lebih rincinya ‘tidak ada orang disana' dibalik pintu yang sedari tadi memohon untuk dibuka.

“Sialan!!” umpatan itu keluar begitu saja dari mulut Reynand begitu melihat tak ada orang diluar sana. 

Pintu itu kembali tertutup dengan sedikit bantingan oleh Reynand, efek kemurkaannya pada siapapun yang melakukan hal paling konyol didunia itu, membunyikan bel rumah orang pagi-pagi buta hanya untuk melakukan keisengan, sungguh konyol dan menyebalkan.

Baru saja Reynand menidurkan dirinya diatas kasur, bel pintu didepan kembali berbunyi. dengan langkah berat penuh kemarahan Reynand kembali menuju pintu, lalu membuka potongan kayu berwarna putih itu dengan kasar.

“Anjing lo, lo kira ini jam berapa-“

“Reynand?” suara seorang gadis menyadarkan Reynad dari kemurkaannya yang tidak menyadari bahwa didepannya telah berdiri sang gadis pujaan hati, yah siapa lagi kalau bukan Belviana.

“Viana, ini beneran lo?” tanya Reynand sembari mengucek matanya, sekedar meyakinkan penglihatannya.

“Ini gue! dan barusan lo bilang gue apa?” tanya gadis itu tiba-tiba dengan nada tajam.

“Hehehe.. Sorry sayang” cowok itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Gue kira lo anak iseng yang tadi” tambahnya lagi.

“maksud lo?”

“Tadi bel rumah gue juga bunyi, tapi saat gue bukaiin pintu orangnya gak ada” jawab Reynand jujur.

“Itu gue bodoh! Lo sih lama banget buka pintunya, makanya gue jalan kesamping rumah lo, nyari pintu yang lain tapi gue gak nemu jadi deh gue balik lagi kesini. Lo tega banget sama gue, disini itu dingin dan gue udah berdiri disini selama 15 menit” Jelas gadis itu dengan wajah ditekuk.

“Jadi itu Lo? Astaga yaudah lo masuk dulu” Ajak Reynand.

“Kenapa sih lo lama banget ngebuka pintunya” gadis itu kembali melayangkan protesnya saat ia sudah berhasil mendudukan dirinya diatas sofa.

“Gue gak tau kalau itu lo, lagian lo ngak ngabarin gue dulu kalau mau dateng. tapi gue heran, emangnya ada urusan apa sampai lo datang pagi-pagi begini?” tanya Reynand dengan wajah mengantuk.

“Gue mau ngajak lo pergi Rey” ucap Viana dengan nada sedihnya.

“Lo kenapa?” Tanya Reynand panik, melihat Viana yang hampir menangis.

PossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang