#3 Pernyataan dan Kerja sama

134 17 4
                                    

Hati-hati typo masih berkeliaran .

Happy reading😀
..
..

Setelah menunjukan keberadaannya pada orang yang mungkin pernah sangat berarti baginya. Viana langsung beranjak mengikuti Alfa yang telah lebih dulu menempati sebuah meja yang tidak jauh dengan meja tiga orang gadis yang terlihat begitu menikmati makanan masing-masing.

"Alfa, makasih" Viana berucap sambil tersenyum.

"Iya, gue tau lo laparkan makannya gue ngajak lo kesini" setelah memesan dua porsi nasi goreng karena alfa sudah hapal diluar kepala makanan kesukaan sepupunya ini. Alfa menjawab dengan santai.

Viana kembali tersenyum ia memang berterima kasih karena alfa telah mengajaknya kesini. tapi, bukan karena ia lapar melainkan karena pertemuannya dengan orang itulah yang ia terima kasikan.

Viana kembali memandang orang disebrang sana, yang kini tengah menatap keluar dinding kaca cafe.
Ada berbagai macam rasa yang kini menyelimuti hatinya. Antara rindu, sayang, kecewa dan benci. Tapi mungkin untuk sekarang ini  rasa rindulah yang lebih dominan.

.
.
.
.

“a—apa putus?” seorang gadis berteriak marah pada cowok yang berdiri dihadapannya. Bagaimana ia tidak marah. Cowok brengsek namun tampan dihadapannya ini tengah memutuskan hubungan yang demi tuhan! Baru seminggu mereka jalani.

Dan sang pelaku hanya mengangguk malas. Hingga sebuah tamparan mengenai pipi kirinya.

“Brengsek” gadis itu segera pergi dengan air mata yang mengalir.

“Drama banget ” seseorang yang daritadi berada tidak jauh dari tempat kejadian menghampiri si pelaku

“Cantik sih, Tapi berisik” dan Alfa nama orang yang sedari tadi memperhatikan, kini merangkul pundak Kai sang pelaku pemutusan.

“Gila! sakit juga tamparan tuh cewek” kai kini menyentuh pipinya yang kini mulai meninggalkan bekas kemerahan.

Dari kejauhan Rhea tanpa sengaja telah menyaksikan semua kejadian tadi, sang gadis yang baru saja diputuskan adalah salah satu temannya dalam mata kuliah Manajemen dan Rhea masih mengingat betapa bangganya gadis itu menceritakan keberuntungannya yang dapat memacari salah satu senior paling tampan di fakultas ekonomi itu kemarin.

Rhea bergidik ngeri, ia sungguh tidak menyukai perlakuan seperti itu. Kasih sayang yang berlebihan diawal hubungan, hingga berakhir tragis dengan pemutusan sacara sepihak.

Hingga tatapan keduanya bertemu. Ada rasa takut sekaligus terpesona dalam hatinya. Ia akui Kai memanglah tampan tapi, sungguh aura yang senior itu keluarkan entah kenapa membuat Rhea merasa tidak nyaman. Dan akhirnya Rhea lah yang pertama memutuskan kontak mata itu. Dengan rasa canggung karena kedapatan melihat kejadian barusan Rhea berjalan melewati kedua seniornya itu untuk menghadari kelas pagi ini.

“Tunggu”
Rhea terhenti sejenak. Suara Kai yang sarat akan aura memerintah memasuki gendang telinganya. Namun Rhea segera melanjutkan langkahnya dipikirnya Kai sedang berbicara dengan senior tinggi bertelinga lebar yang tadi.

“Lo, dengar gak? Gue bilang tunggu” lengan Rhea tertarik kebelakang yang otomatis membuat langkahnya kembali terhenti.

“G—gue ?” Rhea menunjuk dirinya sendiri gugup.

“Lo mau gak jadi pacar gue?” Kai berucap tanpa melepaskan cengkramannya pada lengan Rhea.

Rhea melongo, otaknya masih memproses keadaan hingga suara Kai mengintrupsi.

“Gue anggap diemnya lo sebagai jawaban iya” Kai membuat gerakan hedak mencium punggung tangan Rhea. Namun Dengan segera Rhea bangun dari keterkejutannya hingga dengan kasar ia melepaskan tanggannya dari genggaman Kai.

PossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang