CHAPTER 1 - SWEET PEA

27 0 0
                                    

Cahaya bulan menembus jendela dari balik tirai memberikan bantuan penyinaran di ruangan berukuran 5x5 meter. Ruangan tersebut didominasi oleh furniture berwarna putih senada dengan cat di dinding. Sebuah lampu terletak di atas meja di sisi kanan tempat tidur membantu bulan menyinari ruangan tersebut. Seorang gadis berusia 20 tahun terlihat tertidur dengan nyaman di tempat tidurnya. Tersirat senyum tipis di bibirnya. Mungkin ia bermimpi sesuatu yang menyenangkan.

Gadis tersebut memang sedang bermimpi indah. Ia bermimpi duduk bersama dengan seorang pria di sebuah taman ditemani bunga sweet pea disekeliling mereka. Sweet pea adalah bunga kesukaan sang gadis tersebut. Bunga cantik yang berbentuk seperti kupu-kupu dengan kelopak yang lembut dan berwarna cerah juga memiliki aroma yang manis. Wanita pada umumnya menyukai bunga mawar, namun gadis ini berbeda. Tidak hanya bunga favorit, banyak hal pada dirinya yang berbeda dengan wanita lain. Gadis tersebut adalah Zara.

Zara terlihat tersenyum bahagia demi melihat wajah pria yang menemaninya meskipun hanya di dalam mimpinya. Pria ini selalu menemaninya selama 6 tahun terakhir. Pria tersebut tidak banyak melakukan apapun dalam mimpi Zara. Ia hanya tersenyum dan menemani Zara. Anehnya, Zara bahkan tidak tahu siapa pria itu. Namun pria itu selalu hadir dalam mimpinya.

***

Sepertinya sinar matahari pagi yang ceria hari ini tidak menyinari ruang makan di sebuah rumah yang cukup besar. Disinilah Zara, Zafran, Myesha dan Orlando berada, duduk di sebuah meja makan, menikmati sarapan masing-masing dalam sunyi. Suasana yang tidak ingin dirasakan oleh siapapun.

"Zafran, gimana kuliah kamu?" Orlando membuka suara sambil memotong roti yang sudah diberi selai kacang oleh Myesha.

"Lancar-lancar aja, Pa." Zafran mengangguk sambil menyuapi nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Engga ada masalah? Kamu bisa mengikuti? Sudah sampai mana pembahasan kamu di kampus?" Tanya Orlando.

"Sekarang sih lebih banyak ngebahas tentang respiratory system."

Orlando mengangguk-angguk. "Papa senang ada yang melanjutkan karir Papa." Orlando melirik Zara sekilas.

"Pa..." Myesha menyentuh lengan Orlando untuk memperingatkan Orlando.

Zara tahu betul bahwa ia sedang terlintas di pikiran Orlando saat mengucapkan kalimat tersebut. Tapi ia tidak peduli dan tetap melanjutkan kegiatannya mengolesi rotinya dengan selai coklat kesukaannya.

Zafran melirik Zara sekilas. "Zara juga kuliahnya lancar, Pa. IPK-nya tertinggi loh di jurusannya." Ucap Zafran sambil menatap Orlando dengan senyum yang mengembang, menandakan betapa bangganya Zafran pada adik kembarnya.

Orlando mengangguk.

"Wah... benar, Zar? Putri Mama memang hebat." Myesha mengacungkan kedua ibu jarinya.

Zara membalas dengan senyum seadanya. Ia kembali memakan rotinya.

Zafran meminum susu dan kemudian berpamitan dengan Myesha dan Orlando. Zara mengikuti.

Sayup-sayup Zara mendengar pembicaraan Myesha dan Orlando.

"Tuh kan Papa kebiasaan deh selalu cuek sama Zara. Kasih ucapan selamat dong, Pa." Ucap Myesha.

Papa hanya mengangkat bahunya. "Salah Zara yang memilih jalannya sendiri."

"Papa!" Myesha membentak Orlando.

Zara yang sudah berada didepan pintu rumahnya, menghentikan langkahnya. Ia menatap Zafran yang sudah berlalu menuju ke mobil.

"Ma, Papa mau makan jadi engga selera makan kalau Mama kayak gini."

Sweet PeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang