Zafran terus-menerus menghubungi handphone Zara. Namun selalu dijawab bahwa nomor yang ia tuju sedang tidak aktif. Zafran melempar handphone-nya ke kursi disamping kemudi. Ia menyalahkan dirinya yang membiarkan Zara pergi.
Suara ringtone handphone menyadarkan Zafran. Ia segera meraih handphone tersebut. Gia.
"Halo, Gi."
"Kamu lagi dimana? Katanya mau ke rumah."
"Sorry, Gi. Kayaknya aku engga bisa ke rumah kamu. Aku harus cari Zara, Gi."
"Zara? Emang Zara kenapa? Bukannya tadi kamu bilang mau pulang sama Zara?"
Zafran menghela napasnya. "Ceritanya panjang, Gi. Pokoknya sekarang Zara pergi entah kemana dan aku harus cari dia."
"Kamu mau aku bantu cari?"
Zafran melirik jam tangannya. Pukul 8 malam. "Engga usah, Gi. Kamu dirumah aja. Lagian udah malam. Nanti aku kabarin kamu lagi ya."
"Yaudah kalau gitu. Kamu hati-hati ya."
Zafran melemparkan handphone-nya. "AAARRRGGGHHH!"
Zafran benar-benar tidak tahu harus mencari Zara dimana lagi. Ia kesal pada dirinya.
***
Zafran kembali ke rumahnya semalam pukul 12 malam setelah ia meyakinkan dirinya bahwa Zara baik-baik saja dimana pun ia berada. Tentu saja Zafran pulang disambut dengan kesunyian. Myesha dan Orlando sudah tidur dan tidak mengetahui apa yang terjadi pada anaknya.
Zafran langsung membuka pintu kamar Zara saat tiba di rumahnya. Ia berharap Zara sudah berada di kamarnya. Namun harapannya sia-sia. Bahkan pagi ini, Zafran menyempatkan diri untuk memastikan bahwa Zara memang tidak pulang semalaman.
Pagi ini, Zafran bertemu dengan Myesha dan Orlando saat ia hendak berangkat kuliah.
"Zafran, kamu engga sarapan dulu?" Tanya Orlando saat Zafran melewati ruang makan.
Langkah Zafran terhenti. Ia berpikir apakah ia harus menceritakan kejadian kemarin atau tidak, apa ia harus menceritakan bahwa ia kehilangan Zara atau tidak.
"Engga, Pa. Zafran ada kelas pagi." Zafran menatap Myesha. "Mama lihat Zara?"
"Belum lihat. Mungkin masih tidur." Jawab Myesha sambil mengoleskan selai di rotinya.
Zafran menghampiri Myesha. "Memangnya kapan terakhir kali Mama lihat Zara?"
Myesha menatap Zafran bingung. Kemudian ia berpikir sejenak. "Hmmm, kemarin?" Myesha menggeleng pelan. "Kemarinnya lagi kayaknya. Zara akhir-akhir ini terlihat sibuk ya. Mungkin lagi ada ujian."
Zafran menatap Myesha dengan tatapan sendu. Dalam hati ia merasa sedih terhadap adiknya tersebut. Zafran kemudian pamit kepada kedua orang tuanya.
***
Zara dan Tatiana baru saja tiba di lobby gedung jurusan mereka saat Zara melihat sosok yang sangat ia kenal datang dari kejauhan. Zara langsung menarik Tatiana menuju tangga dan berlari menaiki anak tangga. Tatiana mau tidak mau ikut berlari karena tangan Zara terus menariknya. Zara memperlambat langkahnya ketika mereka sampai diujung anak tangga lantai 3.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Pea
Romance[ON GOING] "Ia adalah Zafran, bukan kekasihku. Ia kembaranku. Kembaranku yang luar biasa. Kembaranku yang tak akan mampu aku tandingi." - Zara yang dunianya berhenti. "Zara adalah adik yang paling luar biasa. Dia adalah wanita kedua yang selalu menj...